Memahami Bahasa Roh : Dari Pentakosta Ke Era Digital

Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si.
1. Pendahuluan: Memahami Fenomena Bahasa Roh
Bahasa Roh, yang juga dikenal sebagai Speaking in Tongues atau glossolalia, merupakan salah satu karunia rohani yang paling menonjol dan seringkali menjadi subjek perdebatan sengit dalam Kekristenan. Fenomena ini melibatkan pengucapan suara atau kata-kata yang diyakini berasal dari ilahi, seringkali tidak dipahami oleh pembicara maupun pendengar.1
Untuk memahami Bahasa Roh secara komprehensif, diperlukan pendekatan multi-disipliner yang mencakup dimensi teologis, filosofis, historis, hermeneutis, dan kontemporer.
Tulisan kali ini, Penulis akan menggali berbagai pandangan dan perdebatan seputar karunia ini, menyajikan analisis yang mendalam. Fenomena Bahasa Roh bukanlah konsep tunggal dengan interpretasi universal. Keberadaannya melibatkan dimensi teologis, linguistik, psikologis, dan historis yang beragam, yang mengarah pada berbagai penjelasan.
Penjelasan ini berkisar dari respons psikologis hingga fenomena neurologis, atau sebagai tanda kehadiran ilahi.1 Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan yang bernuansa dan multi-disipliner dalam memahami fenomena ini secara menyeluruh.
2. Dasar Alkitabiah dan Definisi Bahasa Roh
Apa yang dimaksud dengan Bahasa Roh menurut Alkitab?
Konsep “Roh” dalam Alkitab berakar pada kata Ibrani Ruach dan Yunani Pneuma, keduanya berarti “nafas” atau “angin”.3 Istilah-istilah ini juga diartikan sebagai entitas yang mampu menggerakkan tubuh manusia dan sangat berkaitan dengan kehidupan.3
Dalam konteks ini, Bahasa Roh didefinisikan sebagai istilah dalam jajaran karunia-karunia Roh Kudus, yang merupakan manifestasi adikodrati dari Roh Kudus. Ini adalah ucapan yang diilhami Roh Kudus melalui mana seseorang berbicara dalam bahasa yang belum pernah dipelajari sebelumnya.6 Lebih lanjut, Bahasa Roh dipahami sebagai cara Allah berkomunikasi dengan manusia, menginspirasi pemahaman ilahi dan kekristenan sejati.3
Meskipun “Bahasa Roh” ditegaskan sebagai alkitabiah, terdapat perbedaan yang jelas dalam manifestasi dan tujuannya antara kitab Kisah Para Rasul dan 1 Korintus. Perbedaan ini merupakan hal yang sangat penting untuk memahami perdebatan teologis yang muncul di kemudian hari.
Dalam Kisah Para Rasul, Bahasa Roh seringkali dimanifestasikan sebagai bahasa yang dapat dimengerti oleh pendengar dari berbagai bangsa, berfungsi sebagai alat penginjilan.6 Sebaliknya, dalam 1 Korintus, Paulus menggambarkan Bahasa Roh sebagai bahasa yang tidak dimengerti oleh pembicara maupun pendengar, yang lebih ditujukan untuk doa pribadi atau pembangunan diri.6
Penekanan pada akar etimologis “Roh” (napas, kekuatan hidup) yang berkaitan dengan esensi animasi ilahi dan komunikasi, memperkuat sifat supranatural dari karunia ini. Pemahaman bahwa “Roh Kudus” adalah manifestasi Allah itu sendiri 3 mengangkat tindakan berbahasa roh melampaui ucapan manusia biasa menjadi interaksi ilahi langsung. Ini menandakan bahwa berbahasa roh bukan sekadar berbicara suatu bahasa, melainkan berbicara melalui napas atau roh Allah itu sendiri, menjadikannya tindakan spiritual yang mendalam.
Apakah bahasa roh dan bahasa lidah itu sama?
Ya, kedua istilah ini, “bahasa roh” dan “bahasa lidah,” pada dasarnya adalah sama dan berasal dari Roh yang sama, yaitu Roh Kudus.10 Istilah “bahasa roh” merupakan terjemahan dari istilah Yunani “glossalalia,” yang dibangun dari dua kata: “glossa” (yang berarti lidah atau bahasa) dan “lalia” (yang berarti pembicaraan atau perkataan).6
Apa singkatan roh?
Dalam konteks kekristenan, “Roh” merujuk pada Roh Kudus (Rohulkudus), yang dipandang sebagai oknum ketiga dari Allah Tritunggal.4 Secara etimologis, “Roh” berarti “nafas” atau “penghidupan,” yang berakar pada pengertian akal dan jiwa.5
Apakah di Alkitab ada bahasa roh?
Ya, Bahasa Roh adalah Alkitabiah dan dicatat di beberapa bagian Alkitab. Peristiwa-peristiwa penting termasuk pencurahan Roh Kudus pada Hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:4), pencurahan Roh Kudus atas keluarga Kornelius (Kisah Para Rasul 10:45-47), dan penerimaan Roh Kudus oleh murid-murid di Efesus (Kisah Para Rasul 19:6).7 Selain itu, surat 1 Korintus (1 Korintus 12:7-10; 14:1-40) membahas secara ekstensif penggunaan dan pedoman Bahasa Roh.7 Yesus sendiri juga menjanjikan tanda-tanda yang akan menyertai orang percaya, termasuk berbicara dalam bahasa-bahasa baru (Markus 16:17).12
3. Glossolalia dan Xenolalia: Membedah Bentuk Pengucapan
Apa beda glossolalia dan xenolalia?
Dalam studi Bahasa Roh, penting untuk membedakan antara glossolalia dan xenolalia.
- Glossolalia merujuk pada pengucapan suara atau suku kata yang tidak dapat dimengerti oleh manusia, dan bukan merupakan bahasa manusia yang dikenal.1 Ini sering dianggap sebagai bahasa yang diucapkan kepada Allah, di mana Roh Kudus mengungkapkan misteri melalui pembicara.14 Konteks utamanya adalah dalam 1 Korintus 12-14, di mana Paulus menekankan perlunya penafsiran agar dapat membangun jemaat.6
- Xenolalia (atau Xenoglossia) mengacu pada kemampuan berbicara atau berdoa dalam bahasa manusia yang sudah ada dan dikenal, tetapi bahasa tersebut tidak pernah dipelajari oleh pembicara secara alami.1 Peristiwa Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2 adalah contoh utama xenolalia, di mana para rasul berbicara dalam berbagai bahasa asing yang dimengerti oleh orang-orang dari berbagai bangsa yang hadir.1
Perbedaan antara glossolalia (tidak dapat dimengerti, pribadi/doa) dan xenolalia (dapat dimengerti, evangelistis) menyoroti divergensi fungsional dari karunia ini.
Divergensi ini merupakan sumber utama perdebatan teologis dan praktik modern, karena beberapa gereja menekankan satu jenis di atas yang lain, atau menggabungkannya. Peristiwa Pentakosta dalam Kisah Para Rasul 2 menunjukkan bahwa meskipun para rasul berbicara dalam bahasa-bahasa asing yang dikenal (xenolalia), beberapa orang yang hadir tetap menganggap mereka mabuk atau berbicara omong kosong.14 Hal ini menunjukkan bahwa meskipun karunia tersebut adalah bahasa yang sebenarnya, tidak semua orang memahaminya, yang mengarah pada salah tafsir. Ini memperlihatkan bahwa tujuan dan penerimaan karunia tidak selalu selaras, yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dan kontroversi. Divergensi fungsional ini merupakan inti dari tantangan hermeneutis dan praktik gereja modern.
Untuk lebih jelasnya, Tabel 1 menyajikan perbandingan antara glossolalia dan xenolalia:
Tabel 1: Perbandingan Glossolalia dan Xenolalia
Fitur | Glossolalia (Bahasa Roh) | Xenolalia (Bahasa Asing/Lidah) |
Definisi | Ucapan seperti bahasa yang tidak dimengerti oleh manusia. | Berbicara dalam bahasa manusia yang dikenal, tetapi tidak dipelajari oleh pembicara. |
Karakteristik | Seringkali terdengar seperti “omong kosong” atau suara yang tidak beraturan. Dianggap sebagai bahasa yang diucapkan kepada Allah. | Bahasa yang dikenali dan dimengerti oleh penutur asli bahasa tersebut. |
Tujuan Utama | Doa pribadi, pembangunan diri rohani, mengungkapkan misteri ilahi. | Penginjilan, penyebaran Injil, memuliakan Allah di hadapan orang banyak. |
Konteks Alkitabiah | 1 Korintus 14:2, 14:4, 14:14-19 (membutuhkan penafsiran untuk publik). | Kisah Para Rasul 2:4-11 (peristiwa Pentakosta). |
Pemahaman Pendengar | Umumnya tidak dimengerti kecuali ada karunia penafsiran. | Dimengerti oleh orang-orang yang berbicara bahasa tersebut. |
4. Pandangan Teologis dan Filosofis tentang Bahasa Roh
Pandangan Teolog: Debat Cessationism vs. Continuationism
Perdebatan teologis mengenai Bahasa Roh seringkali terpusat pada dua pandangan utama: cessationism dan continuationism.
- Cessationism adalah pandangan yang meyakini bahwa karunia-karunia mukjizat, termasuk Bahasa Roh, telah berhenti setelah era kerasulan dan kanonisasi Alkitab selesai.17 Para penganut pandangan ini sering mengutip 1 Korintus 13:8-10, menafsirkan frasa “yang sempurna” sebagai penyelesaian Alkitab.19 Tokoh seperti Calvin berpendapat bahwa karunia-karunia ini berfungsi sebagai peneguh kebenaran Injil yang telah berakhir, sehingga tidak lagi relevan di masa kini.17 Sejarah gereja, menurut pandangan ini, menunjukkan penurunan drastis praktik Bahasa Roh setelah era apostolik, dengan kemunculannya yang sporadis sering dikaitkan dengan gerakan-gerakan yang dianggap bidat.18
- Continuationism (termasuk Reformed Continuationism) adalah pandangan yang percaya bahwa karunia-karunia Roh Kudus, termasuk Bahasa Roh, masih berlanjut hingga saat ini dan tersedia bagi orang percaya.17 Mereka menafsirkan “yang sempurna” dalam 1 Korintus 13:10 sebagai kedatangan Kristus yang kedua kali, di mana pengetahuan dan karunia akan mencapai puncaknya.19 Para penganut continuationism juga menunjukkan bahwa Alkitab mencatat beberapa orang yang bukan rasul, seperti Stefanus dan Filipus, melakukan mukjizat dan penyembuhan.19 Selain itu, Paulus mendorong karunia ini di Korintus, yang menunjukkan bahwa karunia-karunia tersebut tidak hanya terbatas pada para rasul.19
Perdebatan cessationism-continuationism bukan hanya tentang keberadaan karunia, tetapi juga tentang bagaimana Alkitab diinterpretasikan (hermeneutika) dan sifat aktivitas Allah yang berkelanjutan di dunia.
Bukti historisnya sangat kompleks; sementara bapa gereja arus utama mungkin tidak menekankan atau bahkan mencatat praktik Bahasa Roh secara luas, kelompok-kelompok lain (seperti Montanis) mempraktikkannya, seringkali menyebabkan mereka dicap sebagai bidat.18
Ini menunjukkan adanya bias historis dalam catatan dan ketegangan yang mendalam antara pengalaman spiritual spontan dan struktur teologis atau eklesiastikal yang mapan. Argumen tentang “bidat” seringkali muncul dari jenis glossolalia yang dipraktikkan (ekstatis, tidak dapat dimengerti) dan kurangnya ketertiban atau penafsiran yang dirasakan, bukan hanya karunia itu sendiri. Pergeseran pemahaman dari xenolalia (bahasa yang dimengerti) ke glossolalia (bahasa yang tidak dimengerti) juga berperan dalam penerimaan historis ini.
Refleksi Filosofis tentang Bahasa Roh
Analisis filosofis juga memberikan dimensi lain dalam memahami Bahasa Roh. Beberapa studi membandingkan konsep Bahasa Roh dalam teologi Pentakosta dengan konsep Rede (wacana atau pembicaraan) dalam filsafat Martin Heidegger.22 Keduanya memiliki kemiripan dalam karakter komunikatif, menyingkapkan, dapat dimengerti, dan merupakan karakter dari manusia yang otentik (Dasein).22
Meskipun ada kemiripan, Bahasa Roh memiliki kekhasan karena tidak hanya mencakup ranah rasionalitas manusia tetapi juga ranah iman, yang melampaui pemahaman rasional semata.22 Ini menunjukkan bahwa Bahasa Roh dapat menjadi bentuk komunikasi yang mendalam antara roh manusia dan ilahi.22
Perbandingan dengan Rede Heidegger mengangkat diskusi “Bahasa Roh” melampaui fenomena supranatural semata menjadi aspek fundamental dari keberadaan manusia yang otentik dan komunikasi dengan ilahi. Ini menunjukkan bahwa “Bahasa Roh” bukan hanya “berbicara” tetapi tindakan “menyingkapkan” atau “mengungkapkan” (aletheia Heideggerian) yang mendalam, menghubungkan roh manusia (Dasein) dengan ilahi. Inklusi “iman” sebagai elemen unik membedakannya dari konsep filosofis yang murni rasional, menambahkan lapisan kedalaman intelektual pada pemahaman fenomena tersebut.
5. Hermeneutika Bahasa Roh: Penafsiran Teks Kunci
Penafsiran Alkitabiah terhadap Bahasa Roh sangat bergantung pada konteks teks-teks kunci di Perjanjian Baru.
Kisah Para Rasul 2: Peristiwa Pentakosta dan Bahasa Roh
Pada Hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan kepada para murid Yesus, dan mereka mulai berbicara dalam bahasa-bahasa lain yang belum pernah mereka pelajari.6 Peristiwa ini adalah manifestasi xenolalia yang mencolok, di mana orang-orang dari berbagai bangsa yang hadir di Yerusalem mendengar Injil diberitakan dalam bahasa ibu mereka sendiri.8
Peristiwa ini berfungsi sebagai tanda bagi orang yang tidak percaya dan alat penginjilan yang efektif, menghasilkan banyak petobat baru.25 Meskipun demikian, beberapa orang menganggap para rasul mabuk, menunjukkan bahwa tidak semua orang memahami atau menerima fenomena tersebut.14
1 Korintus 14: Pedoman Penggunaan Bahasa Roh dalam Jemaat
Surat Paulus kepada jemaat Korintus memberikan pedoman ketat mengenai penggunaan Bahasa Roh, terutama yang cenderung mempraktikkan glossolalia (bahasa yang tidak dimengerti). Paulus menyatakan bahwa berbicara dalam bahasa roh tanpa penafsiran hanya membangun diri sendiri (edifikasi pribadi), bukan jemaat secara keseluruhan.6 Ia menekankan bahwa dalam ibadah umum, lebih baik mengucapkan beberapa kata yang dimengerti daripada ribuan kata dalam bahasa roh tanpa penafsiran, karena tujuan utama ibadah adalah pembangunan bersama.9
Paulus menetapkan aturan ketertiban yang jelas: jika ada yang berbahasa roh di depan umum, haruslah dua atau paling banyak tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada yang menafsirkannya.9 Jika tidak ada penafsir, pembicara harus berdiam diri dan berbicara kepada diri sendiri dan kepada Allah.9 Di atas segalanya, Paulus menekankan pentingnya kasih sebagai karunia yang lebih utama dari bahasa roh (1 Korintus 13:1-13). Tanpa kasih, bahasa roh tidak ada artinya dan menjadi seperti “gong yang berkumandang atau canang yang gemerincing”.6
Catatan yang kontras dalam Kisah Para Rasul 2 dan 1 Korintus 14 menciptakan ketegangan hermeneutis yang signifikan.
Kisah Para Rasul menyajikan bahasa roh sebagai tanda publik yang dapat dimengerti untuk penginjilan, sementara 1 Korintus menekankan sifat pribadinya yang tidak dapat dimengerti untuk pembangunan diri, dengan aturan ketat untuk penggunaan publik.6
Ketegangan ini memerlukan interpretasi kontekstual dari setiap bagian, menghindari pandangan monolitik tentang “Bahasa Roh” di seluruh Perjanjian Baru. Kisah Para Rasul menggambarkan peristiwa historis pemberdayaan untuk misi, sedangkan 1 Korintus adalah surat pastoral yang membahas penyalahgunaan dan memberikan pedoman untuk gereja tertentu. Peran penafsiran dalam 1 Korintus 14 sangat penting untuk pembangunan publik, menyoroti bahwa nilai karunia terikat pada kebermaknaannya bagi komunitas.9
Apa yang Roma 8:26 katakan tentang berbicara dalam bahasa roh?
Roma 8:26 menyatakan bahwa Roh Kudus membantu orang percaya dalam kelemahan mereka, karena seringkali mereka tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa. Roh itu sendiri berdoa untuk mereka kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan.28 Ayat ini sering diinterpretasikan dalam konteks Bahasa Roh sebagai bentuk doa supernatural di mana Roh Kudus berdoa melalui orang percaya, melampaui akal budi dan pemahaman manusia.12 Ini memungkinkan doa yang sempurna sesuai dengan kehendak Allah.12
Ayat ini memperluas pemahaman karunia Bahasa Roh melampaui pemahaman manusia. Ayat ini menggambarkan peran syafaat Roh Kudus sebagai komunikasi non-verbal yang mendalam dengan Allah, terutama dalam kelemahan manusia.28 Ini menunjukkan bahwa “Bahasa Roh” dapat menjadi bentuk doa yang melampaui pemahaman intelektual, memungkinkan Roh untuk berdoa dengan sempurna melalui orang percaya, selaras dengan kehendak Allah.12
Hal ini menggeser diskusi dari sekadar vokalisasi menjadi persekutuan spiritual yang mendalam, memberikan rasionalisasi teologis untuk doa yang tidak dapat dimengerti, dan menunjukkan bahwa keterbatasan manusia dalam mengartikulasikan doa diatasi oleh syafaat Roh yang sempurna.
6. Tinjauan Historis Bahasa Roh dalam Kekristenan
Dari mana asalnya bahasa roh?
Asal-usul Bahasa Roh dalam Kekristenan adalah ilahi, berasal dari Roh Kudus.24 Yesus sendiri menjanjikan pencurahan Roh Kudus yang akan disertai tanda-tanda, termasuk berbicara dalam bahasa-bahasa baru (Markus 16:17).12 Janji ini digenapi pada Hari Pentakosta, menandai dimulainya era gereja.12
Gereja Mula-mula dan Era Apostolik
Bahasa Roh adalah tanda penting yang menyertai baptisan Roh Kudus pada hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:4).24 Peristiwa ini menjadi titik balik bagi para murid dan berkontribusi pada pertumbuhan gereja mula-mula, di mana mereka berbicara dalam bahasa-bahasa yang dimengerti oleh orang-orang dari berbagai bangsa untuk memberitakan Injil.3 Bapa-bapa gereja pasca-rasuli, seperti Irenaeus dan Tertullian, percaya bahwa karunia-karunia Roh Kudus, termasuk bahasa roh, masih ada di zaman mereka. Namun, mereka umumnya memahami bahasa roh sebagai kemampuan berbicara dalam bahasa asing yang otentik untuk tujuan membangun orang lain, dan tidak semua orang Kristen memiliki karunia ini.31
Periode Abad Pertengahan dan Reformasi
Bukti glossolalia selama Abad Pertengahan sangat jarang, kemungkinan besar karena penekanan Gereja Katolik Roma terhadap praktik-praktik yang dianggap “bidat”.18 Meskipun demikian, ada laporan sporadis tentang praktik ini di antara kelompok-kelompok seperti Waldenses pada abad ke-12.32
Selama Reformasi Protestan, Bahasa Roh tidak memainkan peran sentral dalam gerakan arus utama.33 Namun, beberapa kelompok yang dianggap “radikal” atau di luar arus utama, seperti Anabaptis pada abad ke-16 dan Cevennol Prophets pada abad ke-17 di Prancis, menunjukkan fenomena ekstatis dan berbahasa roh.18 Pada abad ke-19, Edward Irving di London dan gerakan Shaker yang dipimpin Ann Lee juga menunjukkan manifestasi Bahasa Roh, seringkali dalam bentuk ucapan yang tidak dapat dimengerti dan disertai dengan kegembiraan atau tarian.21
Kebangkitan Pentakosta dan Karismatik Modern
Gerakan Pentakosta yang muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, terutama melalui kebangunan rohani Azusa Street (1906-1908) di Los Angeles, menjadikan Bahasa Roh sebagai fenomena global dan tanda utama baptisan Roh Kudus.1 Gerakan Karismatik, yang berkembang pada pertengahan abad ke-20, kemudian membawa praktik Bahasa Roh ke dalam denominasi-denominasi Kristen yang lebih luas, memandangnya sebagai salah satu dari banyak karunia Roh Kudus yang tersedia bagi orang percaya.20
Sejarah glossolalia dalam Kekristenan tampak siklus: periode manifestasi yang menonjol (apostolik, Montanisme, Irvingites, kebangunan rohani Pentakosta/Karismatik) seringkali disambut dengan resistensi institusional, skeptisisme, atau marginalisasi, kadang-kadang menyebabkan pelabelan praktisi sebagai bidat.18 Ini menunjukkan ketegangan yang berulang antara pengalaman spiritual spontan dan struktur teologis atau eklesiastikal yang mapan.
Narasi historis juga mengungkapkan evolusi dalam pemahaman dan tujuan bahasa roh. Awalnya (Kisah Para Rasul), itu adalah xenolalia untuk penginjilan.6 Kemudian, bergeser ke ucapan ekstatis yang tidak dapat dimengerti (glossolalia) yang sering disalahpahami atau ditafsirkan ulang.
Misalnya, upaya misionaris Pentakosta awal yang berharap berbicara dalam bahasa asing (xenolalia) seringkali gagal, yang kemudian mengarah pada reklasifikasi praktik mereka sebagai “bahasa doa pribadi” (glossolalia).34 Evolusi ini sangat memengaruhi penerimaan teologis dan aplikasi praktisnya sepanjang sejarah.
Untuk gambaran kronologis yang lebih jelas, Tabel 2 menyajikan sejarah Bahasa Roh dalam Kekristenan:
Tabel 2: Sejarah Bahasa Roh dalam Kekristenan
Periode | Gerakan/Tokoh Kunci | Karakteristik Bahasa Roh | Penerimaan/Penolakan |
Gereja Mula-mula (abad 1 M) | Para Rasul, 120 murid di Pentakosta | Xenolalia (bahasa manusia yang dikenal, untuk penginjilan). | Diterima sebagai tanda pencurahan Roh Kudus, memicu pertobatan. |
Pasca-Apostolik (abad 2-5 M) | Montanisme, Irenaeus, Tertullian, Agustinus | Glossolalia (ekstatis, tidak dimengerti) dan Xenolalia (diakui bapa gereja sebagai bahasa asing). | Montanisme dicap bidat; praktik menurun di gereja arus utama. |
Abad Pertengahan (abad 6-16 M) | Waldenses (sporadis) | Sedikit bukti, sering dihubungkan dengan kelompok “bidat”. | Sangat jarang, ditekan oleh gereja dominan. |
Reformasi (abad 16-17 M) | Anabaptis, Cevennol Prophets | Fenomena ekstatis, Bahasa Roh muncul di kelompok radikal. | Tidak sentral dalam Reformasi, sering dipandang skeptis. |
Pra-Pentakosta Modern (abad 18-19 M) | Edward Irving, Shaker (Ann Lee) | Glossolalia (ucapan tidak dimengerti), sering kacau. | Terisolasi, sering menyebabkan perpecahan. |
Pentakosta & Karismatik Modern (abad 20-21 M) | Azusa Street Revival, Gerakan Karismatik Global | Glossolalia (doa pribadi, pembangunan diri) dan Xenolalia (jarang). | Diterima luas di kalangan Pentakosta/Karismatik, namun masih diperdebatkan di denominasi lain. |
7. Menjawab Pertanyaan Kunci tentang Bahasa Roh
Apakah semua orang bisa berbahasa roh?
Terdapat perbedaan pandangan yang signifikan mengenai apakah semua orang percaya dapat berbahasa roh. Beberapa teolog dan gereja, terutama dalam tradisi Pentakosta dan Karismatik, percaya bahwa semua orang percaya dapat berbahasa roh jika dibaptis Roh Kudus.12 Pandangan ini sering merujuk pada nubuat Yoel 2:28-29 dan Kisah Para Rasul 2:17-18, yang berbicara tentang pencurahan Roh Kudus atas semua orang.35 Mereka berpendapat bahwa karunia ini adalah anugerah besar yang tersedia bagi semua murid Tuhan.35
Namun, pandangan lain, termasuk dari beberapa denominasi Protestan, menyatakan bahwa Bahasa Roh adalah salah satu dari banyak karunia Roh Kudus, dan tidak semua orang Kristen menerima karunia yang sama.31 Mereka berpendapat bahwa karunia ini tidak wajib bagi setiap orang percaya dan bukan merupakan tanda kedewasaan rohani.36 Bapa gereja awal juga mencatat bahwa tidak setiap orang Kristen menerima karunia berbahasa roh.31 Kontradiksi langsung ini mengenai universalitas karunia berbahasa roh menyoroti perpecahan teologis fundamental, terutama antara tradisi Pentakosta/Karismatik dan non-Pentakosta/Karismatik. Jawaban atas pertanyaan ini sangat bergantung pada kerangka teologis yang dianut.
Apa guna bahasa roh?
Fungsi Bahasa Roh sangat multifaset, melayani tujuan pribadi dan publik.
- Tujuan Pribadi: Bahasa Roh berfungsi untuk membangun diri sendiri (edifikasi pribadi), memungkinkan doa yang sempurna kepada Allah yang melampaui pemahaman akal budi.6 Ini juga membantu mengungkapkan keluhan atau kerinduan yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata biasa, sebagaimana digambarkan dalam Roma 8:26-27, di mana Roh Kudus berdoa melalui orang percaya dengan keluhan yang tidak terucapkan.28 Beberapa juga menganggapnya sebagai “pintu gerbang” menuju karunia-karunia Roh lainnya.14
- Tujuan Publik: Dalam konteks tertentu, seperti pada peristiwa Pentakosta, Bahasa Roh berfungsi sebagai tanda bagi orang yang tidak percaya, memampukan pemberitaan Injil dalam berbagai bahasa.6 Jika disertai penafsiran, Bahasa Roh dapat membangun jemaat dan menyampaikan pesan dari Allah, meskipun Paulus menekankan bahwa nubuat lebih utama untuk pembangunan jemaat secara keseluruhan.9
Meskipun tujuan bahasa roh sangat beragam, tema mendasar yang krusial adalah imperatif etis kasih (1 Korintus 13) dan ketertiban (1 Korintus 14) dalam praktiknya.6 Tanpa kasih, karunia ini kehilangan nilainya dan dapat menjadi kacau atau tidak berarti.20 Ini berarti bahwa cara mempraktikkan karunia sama pentingnya dengan apa yang dipraktikkan, karena efikasi dan nilai spiritual karunia tidak inheren dalam tindakan itu sendiri tetapi bergantung pada karakter dan konteks praktiknya, terutama kehadiran kasih dan ketertiban.
Tabel 3 merangkum fungsi Bahasa Roh:
Tabel 3: Fungsi Bahasa Roh (Pribadi vs. Publik)
Fungsi Bahasa Roh | Deskripsi | Dasar Alkitabiah/Sumber |
Pribadi | ||
Doa dan Pujian | Berkomunikasi langsung dengan Allah, melampaui pemahaman akal budi. | 1 Korintus 14:2, 14:14-15; Roma 8:26-27 9 |
Pembangunan Diri | Menguatkan iman dan kehidupan rohani individu. | 1 Korintus 14:4 9 |
Pelepasan Karunia Lain | Dianggap sebagai “pintu gerbang” untuk karunia-karunia Roh lainnya. | 14 |
Publik | ||
Tanda bagi Non-percaya | Meneguhkan firman Allah dan menjadi tanda bagi orang yang tidak percaya. | Kisah Para Rasul 2:4-11; 1 Korintus 14:22 24 |
Pemberitaan Injil | Memampukan penyebaran Injil ke berbagai suku dan kebudayaan. | Kisah Para Rasul 2:4-11 3 |
Pembangunan Jemaat | Jika disertai penafsiran, dapat menyampaikan pesan yang membangun jemaat. | 1 Korintus 14:5, 14:26-28 6 |
Di mana dalam Alkitab ada berbicara dalam bahasa roh?
Peristiwa berbicara dalam bahasa roh tercatat di beberapa bagian Alkitab, yang paling menonjol adalah:
- Peristiwa pencurahan Roh Kudus pada Hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:4).7
- Pencurahan Roh Kudus atas keluarga Kornelius (Kisah Para Rasul 10:46).7
- Murid-murid di Efesus menerima Roh Kudus melalui penumpangan tangan Paulus (Kisah Para Rasul 19:6).7
- Surat Paulus kepada jemaat Korintus membahas secara ekstensif penggunaan dan pedoman Bahasa Roh (1 Korintus 12-14).13
- Yesus juga menjanjikan tanda-tanda yang menyertai orang percaya, termasuk berbicara dalam bahasa-bahasa baru (Markus 16:17).12
Apakah bernyanyi dalam bahasa roh ada dalam Alkitab?
Ya, Rasul Paulus secara pribadi menyatakan bahwa ia tidak hanya berdoa dengan rohnya tetapi juga menyanyi dan memuji dengan rohnya (1 Korintus 14:15).41 Hal ini menunjukkan bahwa menyanyi dalam Bahasa Roh adalah praktik Alkitabiah dan merupakan bagian dari penyembahan yang diilhami Roh Kudus.9
Apakah bahasa roh bisa hilang?
Ada perdebatan teologis yang signifikan mengenai apakah karunia Bahasa Roh akan berhenti. Ayat 1 Korintus 13:8 menyatakan bahwa “bahasa roh akan berhenti” ketika “yang sempurna tiba”.43
- Pandangan Cessationist: Menafsirkan “yang sempurna” sebagai penyelesaian kanon Alkitab atau berakhirnya era kerasulan, sehingga karunia ini telah berhenti.18 Sejarah gereja pasca-rasuli, menurut pandangan ini, menunjukkan bahwa bahasa roh memang berhenti.18
- Pandangan Continuationist: Menafsirkan “yang sempurna” sebagai kedatangan Kristus yang kedua kali, sehingga karunia ini masih berlanjut hingga saat ini.19 Mereka berpendapat bahwa Bahasa Roh tidak pernah berhenti dan terus dimanifestasikan sepanjang sejarah gereja melalui berbagai gerakan.20
Pertanyaan “Apakah bahasa roh bisa hilang?” secara langsung melibatkan kembali debat cessationism. Ayat “Ketika yang sempurna tiba” (1 Korintus 13:10) adalah medan pertempuran interpretatif utama, dengan sekolah-sekolah teologis yang berbeda menghubungkan “yang sempurna” dengan penyelesaian Alkitab atau kedatangan kembali Kristus. Ini menunjukkan bahwa pertanyaan ini tidak diselesaikan dalam teks Alkitab itu sendiri tetapi merupakan titik sentral dari ketidaksepakatan teologis yang berkelanjutan, yang berakar pada pendekatan hermeneutis yang berbeda terhadap 1 Korintus 13.
Agama apa yang berbicara dengan bahasa roh?
Meskipun paling erat kaitannya dengan gerakan Pentakosta dan Karismatik dalam Kekristenan, praktik yang mirip dengan glossolalia juga ditemukan dalam berbagai tradisi spiritual non-Kristen.1 Ini termasuk Paganisme, Shamanisme, dan praktik mediumistik lainnya.1 Beberapa kelompok Spiritisme bahkan mengklaim xenoglossia, yaitu kemampuan berbicara dalam bahasa asing yang dikenal tanpa mempelajarinya.16
Meskipun sebagian besar terkait dengan Kekristenan Pentakosta/Karismatik, glossolalia muncul dalam berbagai tradisi spiritual non-Kristen. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena ucapan ekstatis yang tidak dapat dimengerti tidak eksklusif untuk Kekristenan. Ini menimbulkan pertanyaan tentang dasar psikologis atau spiritual universalnya, bahkan jika interpretasi teologisnya (sebagai karunia Roh Kudus) unik bagi Kekristenan.2 Ini menyiratkan bahwa meskipun bentuknya mungkin serupa, makna dan sumbernya ditafsirkan secara berbeda di berbagai agama.
8. Bahasa Roh di Era Digital: Refleksi dan Implikasi
Komunitas Online dan Media Sosial
Era digital, terutama melalui media sosial dan livestreaming, telah memperluas jangkauan dan aksesibilitas praktik Bahasa Roh secara signifikan. Gereja-gereja kini dapat menyelenggarakan ibadah hibrida, studi Alkitab online, dan penginjilan melalui status media sosial, menjangkau jemaat di luar batas geografis fisik.44 Platform digital juga memfasilitasi pembentukan komunitas doa online dan kelompok diskusi, memungkinkan interaksi dan dukungan di antara orang percaya yang mempraktikkan Bahasa Roh.37
Era digital menawarkan aksesibilitas yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk praktik dan penyebaran “Bahasa Roh” melalui livestream, kelompok doa online, dan penginjilan media sosial.37 Namun, aksesibilitas ini menimbulkan paradoks: secara bersamaan menimbulkan kekhawatiran tentang otentisitas, potensi penularan sosial, salah tafsir, dan penyebaran “keyakinan palsu”.49 Konsep “gereja tanpa dinding” 47 memperluas jangkauan tetapi juga menantang otoritas tradisional gereja dan pemimpinnya.48
Digitalisasi dan Perubahan dalam Ibadah Karismatik
Ibadah karismatik, termasuk praktik Bahasa Roh, semakin banyak dilakukan melalui livestreaming dan platform digital lainnya. Ini memungkinkan partisipasi jarak jauh dan memfasilitasi penyembahan yang dipimpin Roh di ruang virtual.46 Beberapa pemimpin gereja karismatik telah menjadi pelopor dalam penggunaan teknologi internet, membangun jaringan Kristen 24 jam dan memiliki pengikut media sosial yang besar, yang menunjukkan kemampuan adaptasi dan inovasi dalam penyebaran pesan keagamaan.48
Potensi dan Perhatian di Lingkungan Digital
Lingkungan digital membawa potensi besar sekaligus perhatian serius terkait praktik Bahasa Roh.
- Tantangan Otentisitas: Lingkungan digital dapat menimbulkan kekhawatiran tentang otentisitas praktik Bahasa Roh, dengan potensi penyebaran informasi yang menyesatkan atau perilaku yang meniru.49
- Penularan Sosial: Ada penelitian yang mengemukakan kemungkinan “penularan sosial” atau “penyakit sosiogenik massal” terkait dengan livestream glossolalia, yang dapat memengaruhi persepsi dan praktik, terutama di kalangan remaja yang rentan terhadap konten media sosial.49
- Bias Linguistik Digital: Meskipun Bahasa Roh melampaui bahasa manusia, diskusi dan pengajaran tentangnya di ranah digital masih didominasi oleh bahasa Inggris.50 Hal ini menciptakan kesenjangan digital dan dapat membatasi akses serta perpetuasi norma budaya dunia berbahasa Inggris, yang mungkin tidak relevan bagi komunitas berbahasa non-Inggris. Lanskap digital, terutama mengenai konten bahasa, menghadirkan tantangan potensial untuk penyebaran global dan pemahaman “Bahasa Roh.” Meskipun karunia itu sendiri bersifat supranatural dan bisa tidak dapat dimengerti, wacana dan pengajaran tentangnya secara online sangat bias terhadap bahasa Inggris, berpotensi membatasi akses dan melanggengkan norma budaya dunia berbahasa Inggris.50 Ini menciptakan kesenjangan digital dalam wacana teologis, di mana informasi dan interpretasi yang tersedia mungkin tidak mencerminkan keragaman linguistik dan budaya global.
Kesimpulan
Bahasa Roh adalah fenomena kompleks dalam Kekristenan yang berakar kuat dalam Alkitab, namun dengan manifestasi dan interpretasi yang beragam. Dari xenolalia yang dapat dimengerti pada Hari Pentakosta hingga glossolalia yang tidak dimengerti untuk doa pribadi, tujuan dan praktik karunia ini telah berkembang dan diperdebatkan sepanjang sejarah. Perdebatan teologis antara cessationism dan continuationism menyoroti perbedaan fundamental dalam pemahaman tentang keberlanjutan karunia Roh Kudus.
Secara filosofis, Bahasa Roh dapat dipandang sebagai bentuk komunikasi otentik yang melampaui rasionalitas, menyentuh ranah iman dan hubungan mendalam dengan ilahi. Secara historis, Bahasa Roh telah muncul secara siklis, seringkali di pinggiran gereja arus utama, sebelum akhirnya menjadi sentral dalam gerakan Pentakosta dan Karismatik modern.
Di era digital, media sosial dan livestreaming telah memperluas jangkauan dan aksesibilitas praktik Bahasa Roh secara signifikan, memungkinkan pembentukan komunitas online dan ibadah hibrida. Namun, kemajuan ini juga menimbulkan tantangan terkait otentisitas, potensi penularan sosial, dan bias linguistik yang dapat membatasi pemahaman global tentang karunia ini.
Secara keseluruhan, pemahaman yang bernuansa tentang Bahasa Roh memerlukan penghargaan terhadap kompleksitas alkitabiahnya, perdebatan teologisnya, refleksi filosofisnya, lintasan historisnya, dan implikasi transformatifnya di era digital. Penting untuk mendekati fenomena ini dengan kasih, ketertiban, dan penafsiran yang bijaksana, sebagaimana ditekankan oleh Rasul Paulus, agar karunia ini dapat benar-benar membangun individu dan jemaat.
Karya yang dikutip
- Speaking in tongues (glossolalia) | EBSCO Research Starters, diakses Juni 8, 2025, https://www.ebsco.com/research-starters/religion-and-philosophy/speaking-tongues-glossolalia
- (PDF) The Evolution of Glossolalia: A Historical and Theological Exploration of Speaking in Tongues – ResearchGate, diakses Juni 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/383035025_The_Evolution_of_Glossolalia_A_Historical_and_Theological_Exploration_of_Speaking_in_Tongues
- Apa yang dimaksud bahasa Roh? Apakah itu bahasa Surga atau bahasa yang ada di dunia? – Quora, diakses Juni 8, 2025, https://id.quora.com/Apa-yang-dimaksud-bahasa-Roh-Apakah-itu-bahasa-Surga-atau-bahasa-yang-ada-di-dunia
- Makna Roh Kudus Dalam Alkitab – E-Journal Institut Agama Kristen Negeri Manado, diakses Juni 8, 2025, https://ejournal-iakn-manado.ac.id/index.php/daat/article/download/657/603/1939
- Roh – Studi Kamus – Alkitab SABDA, diakses Juni 8, 2025, https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=roh
- BAHASA ROH – Neliti, diakses Juni 8, 2025, https://media.neliti.com/media/publications/104745-bahasa-roh-apa-dan-bagaimana-4bca8ab8.pdf
- Artikel Penuntun – BERKATA-KATA DENGAN BAHASA ROH – Alkitab SABDA, diakses Juni 8, 2025, https://alkitab.sabda.org/article.php?id=8450
- Roh Kudus berbicara semua bahasa dan membuat kita saling mengerti – pdt. J. Linandi, diakses Juni 8, 2025, https://www.gkin.org/main/index.php/id/kebaktian-online-ole/233-roh-kudus-berbicara-semua-bahasa-dan-membuat-kita-saling-mengerti-pdt-j-linandi
- 1 Korintus 14 – Tafsiran/Catatan – Alkitab SABDA, diakses Juni 8, 2025, https://alkitab.sabda.org/commentary.php?version=tb&passage=1+Korintus+14
- Apakah ‘bahasa lidah’ dan ‘bahasa roh’ adalah sama dalam Kekristenan menurut Alkitab?, diakses Juni 8, 2025, https://id.quora.com/Apakah-bahasa-lidah-dan-bahasa-roh-adalah-sama-dalam-Kekristenan-menurut-Alkitab
- Bahasa Roh: Apa Dan Bagaimana? – Neliti, diakses Juni 8, 2025, https://www.neliti.com/publications/104745/bahasa-roh-apa-dan-bagaimana
- Speaking In Tongues | Home, diakses Juni 8, 2025, https://speakingintongues-holyspirit.com/
- Apa itu karunia berbahasa lidah? – Got Questions, diakses Juni 8, 2025, https://www.gotquestions.org/Indonesia/karunia-berbahasa-lidah.html
- Speaking in Tongues in the Bible and Real Life (Glossolalia, Xenolalia, Xenoglossia) – Spread Worship, diakses Juni 8, 2025, https://spreadworship.com/blog/gift-of-tongues/
- Glossolalia, Xenolalia and Xenoglossia – CHARIS International, diakses Juni 8, 2025, https://www.charis.international/en/glossolalia-xenolalia-and-xenoglossia/
- Speaking in tongues – Wikipedia, diakses Juni 8, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Speaking_in_tongues
- Menjawab Persoalan Teologis Tentang Konsep dan Praktik Kesembuhan Ilahi, diakses Juni 8, 2025, https://repository.seabs.ac.id/bitstream/handle/123456789/268/Ferry%20Y.%20Mamahit-Menjawab%20Persoalan%20Teologis%20Tentang%20Konsep%20dan%20Praktik%20Kesembuhan%20Ilahi.pdf?sequence=1&isAllowed=y
- Encyclopedia of Pentecostal History of Tongues: 150 AD – Bible.ca, diakses Juni 8, 2025, https://www.bible.ca/tongues-history.htm
- Apakah karunia mujizat Roh Kudus masih berlanjut sampai sekarang ataukah sudah berakhir? – Got Questions, diakses Juni 8, 2025, https://www.gotquestions.org/Indonesia/karunia-Roh-Kudus-sekarang.html
- I Still Believe in Speaking in Tongues – Daniel Tomberlin, diakses Juni 8, 2025, https://www.danieltomberlin.net/i-still-believe-in-speaking-in-tongues/
- Glossolalia in Church History – Reformed Theological College, diakses Juni 8, 2025, https://rtc.edu.au/wp-content/uploads/Glossolalia-in-Church-History-AB-4-1965.pdf
- Beyond the Language: Sebuah Studi Analisis Dan Komparasi antara Konsep Bahasa Roh dalam Teologi Pentakosta dengan Konsep Rede dalam Filsafat Martin Heidegger | Layantara | DUNAMIS, diakses Juni 8, 2025, https://sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis/article/view/207
- Dunia Roh (Idea) Dalam Teologi Paulus – OSF, diakses Juni 8, 2025, https://osf.io/q7tng/download/?format=pdf
- (PDF) Tujuan Bahasa Roh Pada Gereja Mula-Mula Berdasarkan Kisah Para Rasul, diakses Juni 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/378741499_Tujuan_Bahasa_Roh_Pada_Gereja_Mula-Mula_Berdasarkan_Kisah_Para_Rasul
- Bahasa Roh dan Spiritualitas Perikoresis dalam Peristiwa Pentakosta: Analisis Reinterpretatif Kisah Para Rasul 2:1-13, diakses Juni 8, 2025, https://sttberea.ac.id/e-journal/index.php/logia/article/download/60/pdf
- 3 MACAM “BAHASA ROH” – SHARING | PESTA | Pendidikan Elektronik Studi Teologia Awam, diakses Juni 8, 2025, https://www.pesta.org/3_macam_%E2%80%9Cbahasa_roh%E2%80%9D_sharing
- The Truth About Tongues: What Most Churches Aren’t Telling You – Charisma Magazine, diakses Juni 8, 2025, https://mycharisma.com/spiritled-living/the-truth-about-tongues-what-most-churches-arent-telling-you/
- Roma 8:26 (Versi Paralel) – Tampilan Ayat – Alkitab SABDA, diakses Juni 8, 2025, https://alkitab.sabda.org/?Rom%208:26
- Rm 8:26-27 (TB) – Tampilan Daftar Ayat – Alkitab SABDA, diakses Juni 8, 2025, https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Rm%208:26-27&tab=text
- Apakah kamu pernah menyaksikan sesorang yang berbicara dengan Bahasa Roh? – Quora, diakses Juni 8, 2025, https://id.quora.com/Apakah-kamu-pernah-menyaksikan-sesorang-yang-berbicara-dengan-Bahasa-Roh
- THE GIFT OF TONGUES: COMPARING THE CHURCH FATHERS WITH CONTEMPORARY PENTECOSTALISM – TMS, diakses Juni 8, 2025, https://tms.edu/wp-content/uploads/2021/09/tmsj17e.pdf
- Chapter 11. THE WITNESS IN CHURCH HISTORY: TONGUES – North Jersey United Pentecostal Church, diakses Juni 8, 2025, https://njupc.org/resources/ENG-English/HistoryOfTongues.pdf
- Church History and the Tongues Movement by George W. Dollar – The Highway, diakses Juni 8, 2025, https://www.the-highway.com/tongues_Dollar.html
- Glossolalia & the Long Middle Ages | New Oxford Review, diakses Juni 8, 2025, https://www.newoxfordreview.org/documents/glossolalia-the-long-middle-ages/
- Berbahasa roh, anugerah besar bagi semua murid Tuhan (Sikap teologis), diakses Juni 8, 2025, https://dbr.gbi-bogor.org/wiki/OSP:20200531
- Haruskah Orang Kristen Berbahasa Roh? – Sinode Gereja Kristus Yesus, diakses Juni 8, 2025, https://www.gky.or.id/gema.jsp?gemaId=2322&title=Haruskah%20Orang%20Kristen%20Berbahasa%20Roh?
- Tongues and Interpretation – Mac Hammond Ministries, diakses Juni 8, 2025, https://machammond.org/tongues-and-interpretation-by-lynne-hammond/
- Kajian Hermeneutik terhadap Teks 1 Korintus 14:20-25 : Bahasa Roh adalah Tanda kepada Orang yang Tidak Percaya Bukan, diakses Juni 8, 2025, https://jurnal.sttekklesia.ac.id/index.php/igreja/article/download/7/7/38
- Praktik Bahasa Roh Membangun Diri Sendiri Menurut I Korintus 14:4 Sebagai Upaya Mengendalikan Emosi – STT Torsina, diakses Juni 8, 2025, https://www.stttorsina.ac.id/jurnal/index.php/miktab/article/view/437/140
- Jadi, sebenarnya apa itu berbicara dalam bahasa roh? : r/Christianity – Reddit, diakses Juni 8, 2025, https://www.reddit.com/r/Christianity/comments/130uv8z/so_what_exactly_is_speaking_in_tongues/?tl=id
- 1Kor 14:15; Ef 5:19… (TB) – Tampilan Daftar Ayat – Alkitab SABDA, diakses Juni 8, 2025, https://alkitab.sabda.org/passage.php?version=tb&passage=1+kor+14%3A15%3B+Ef.+5%3A19%3B+Kol.+3%3A16%3B+Yak.+5%3A13
- berdoa, memuji dan menyembah dengan berbahasa roh – GBI HOG, diakses Juni 8, 2025, https://gbihog.org/berdoa_memuji_dan_menyembah_dengan_berbahasa_roh.html
- 1 Korintus 13:8-13 TB – Bible.com, diakses Juni 8, 2025, https://www.bible.com/id/bible/306/1CO.13.8-13.TB
- pelayanan gereja di era digital berdasarkan analisis deskriptif kisah para rasul 2:41-47 – THEOLOGIA INSANI – STAK-RRI, diakses Juni 8, 2025, https://ojs.stakrri.ac.id/index.php/theologiainsani/article/download/72/50/695
- Peran Roh Kudus dalam Penginjilan Virtual di Era Digital, diakses Juni 8, 2025, https://e-journal.sttharvestsemarang.ac.id/index.php/harvester/article/download/220/pdf
- Charismatic Fellowship – St. Anthony of Padua – Washington, DC, diakses Juni 8, 2025, https://stanthonyofpaduadc.org/charismatic-fellowship
- USE OF SOCIAL MEDIA BY LEADERS OF CHARISMATIC CHURCHES IN GHANA – UNL Digital Commons, diakses Juni 8, 2025, https://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=10102&context=libphilprac
- Social Media and Church Communication The role of modern technology in transformation of church interactions – DUO, diakses Juni 8, 2025, https://www.duo.uio.no/bitstream/handle/10852/69125/1/CONT-4602-MASTER-THESIS-CAND–NO-114002.pdf
- Streaming In Tongues: Religious Glossolalic Livestreams and Their Potential Psychological Effects on Viewers | Request PDF – ResearchGate, diakses Juni 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/390426184_Streaming_In_Tongues_Religious_Glossolalic_Livestreams_and_Their_Potential_Psychological_Effects_on_Viewers
- Speaking in Tongues – Digital Impact Alliance (DIAL), diakses Juni 8, 2025, https://dial.global/wp-content/uploads/2023/04/Spotlight-Speaking-In-Tongues.pdf