Eksplosi Kebenaran di Ranah Digital: PWGI dan Urgensi Jurnalisme Profetik

Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si. – Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)

“Keberanian bersuara adalah senjata paling ampuh melawan penindasan. Tidak ada kebebasan tanpa perlawanan, dan tidak ada kebenaran yang akan menang jika semua orang memilih diam. Maka jadilah suara bagi mereka yang tak bisa bersuara.” – Mas Dharma EL

Pernyataan lantang ini bukan sekadar retorika, melainkan inti dari konsep jurnalisme profetik. Lebih dari sekadar menyampaikan fakta, jurnalisme profetik adalah panggilan untuk berpihak pada kebenaran, membongkar ketidakadilan, dan menjadi juru bicara bagi kaum lemah dan  tertindas. Di tengah derasnya arus informasi dan disinformasi di era digital, semangat ini menjadi semakin relevan dan mendesak.

Jurnalisme Profetik: Lebih dari Sekadar Informasi

Jurnalisme profetik, sebagaimana dipahami oleh banyak kalangan, mengacu pada praktik jurnalistik yang terinspirasi oleh peran para nabi dalam menyampaikan kebenaran dan keadilan. Wartawan yang mengemban jurnalisme profetik tidak hanya melaporkan peristiwa, tetapi juga menganalisisnya dari perspektif moral dan etis, terutama dalam konteks membela yang lemah dan melawan penindasan. Ini adalah jurnalisme yang menghindari kedengkian, menjunjung tinggi kemanusiaan, dan berani mengambil risiko demi mempertahankan keyakinan akan kebenaran universal.

Relevansi dengan Visi Misi Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)

Semangat jurnalisme profetik ini selaras dengan visi dan misi Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI). Sebagai organisasi yang menghimpun para wartawan Kristen di Indonesia, PWGI memiliki panggilan khusus untuk mewartakan nilai-nilai kebenaran, kasih, dan keadilan. Dalam konteks visi misinya, PWGI berupaya untuk:

  • Menjadi suara bagi yang tidak bisa bersuara: Ini adalah inti dari jurnalisme profetik. PWGI terpanggil untuk mengangkat isu-isu marginalisasi, ketidakadilan, dan penindasan yang mungkin tidak mendapatkan perhatian yang layak dari media mainstream.
  • Menegakkan kebenaran: Di era digital yang dipenuhi dengan hoaks dan misinformasi, PWGI memiliki peran penting dalam menyajikan berita yang akurat, berimbang, dan berlandaskan pada nilai-nilai Kristiani.
  • Merajut persatuan dan keesaan: Meskipun secara spesifik menghimpun wartawan Kristen, semangat PWGI juga terbuka untuk bekerja sama dengan berbagai pihak dalam mewujudkan jurnalisme yang bertanggung jawab dan membangun.

Berdasarkan visi dan misi Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) yang juga menekankan pada pelayanan keadilan sosial dan ekologi, kemandirian ekonomi, serta kesadaran politik, hukum, dan Hak Asasi Manusia, khususnya bagi kelompok rentan. Hal ini semakin memperkuat relevansi jurnalisme profetik sebagai landasan kerja PWGI.

Teologi Pembebasan sebagai Nafas Pergerakan PWGI di Era Digital

Teologi pembebasan, yang muncul sebagai gerakan di Amerika Latin, memberikan perspektif teologis yang kuat bagi praktik jurnalisme profetik Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI). Teologi ini menekankan bahwa Tuhan berpihak pada kaum miskin dan tertindas, dan misi gereja adalah untuk terlibat aktif dalam perjuangan membebaskan mereka dari segala bentuk penindasan.

Bagi Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI), teologi pembebasan menjadi landasan teologis untuk:

  • Keberpihakan: Mendorong para wartawan untuk memiliki kepekaan terhadap penderitaan kaum marginal dan secara aktif menyuarakan kepentingan mereka.
  • Kritisisme: Mengembangkan sikap kritis terhadap struktur-struktur kekuasaan yang tidak adil dan berani membongkar praktik-praktik penindasan.
  • Harapan: Memberikan harapan bagi mereka yang tertindas melalui pemberitaan yang memberdayakan dan menginspirasi perubahan.

Di era digital ini, teologi pembebasan memberikan semangat bagi PWGI untuk memanfaatkan berbagai platform media online dalam menjalankan misinya. Internet dan media sosial menjadi ruang strategis untuk menyebarkan kebenaran, menggalang dukungan bagi isu-isu keadilan, dan membangun jaringan solidaritas dengan berbagai pihak.

Apa Tantangan dan Harapan di Era Digital ?

Praktik jurnalisme profetik di era digital bukannya tanpa tantangan. Disinformasi yang masif, polarisasi opini, dan potensi persekusi online menjadi ancaman nyata bagi para jurnalis yang berani menyuarakan kebenaran. Namun, tantangan ini justru semakin menegaskan pentingnya peran Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) dan para wartawan yang berpegang pada prinsip jurnalisme profetik.

Dengan memanfaatkan teknologi digital secara bijak dan bertanggung jawab, PWGI memiliki peluang besar untuk:

  • Memperluas jangkauan suara: Melalui website, media sosial, dan platform online lainnya, PWGI dapat menjangkau audiens yang lebih luas dan menyampaikan pesan-pesan kebenaran dan keadilan.
  • Mendorong partisipasi publik: Media digital memungkinkan interaksi dan dialog antara jurnalis dan аудиens, menciptakan ruang partisipasi yang lebih demokratis.
  • Membangun gerakan bersama: PWGI dapat menggunakan platform digital untuk mengorganisir aksi-aksi solidaritas dan membangun gerakan bersama dengan berbagai elemen masyarakat sipil.

Last but not least, Jurnalisme profetik, dengan keberaniannya untuk bersuara melawan penindasan dan menjadi suara bagi yang tak terdengar, adalah ruh yang relevan bagi Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) di era digital ini. Diinspirasi oleh teologi pembebasan, PWGI memiliki panggilan yang kuat untuk memberitakan kebenaran, membela keadilan, dan membawa harapan bagi mereka yang terpinggirkan. Meskipun tantangan di era digital tidaklah kecil, semangat untuk menjadi “suara bagi mereka yang tak bisa bersuara” akan terus menjadi kompas bagi PWGI dalam menjalankan misinya. Dengan memanfaatkan kekuatan teknologi digital secara etis dan bertanggung jawab, PWGI dapat menjadi agen perubahan yang signifikan dalam mewujudkan masyarakat yang lebih adil dan beradab. (Dh.L./Red.)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!