Pikul Salib Digital: Mengarungi Lautan Siber Demi Sang Raja!

Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si. – Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)
Teologi.digital – Jakarta, Indonesia – Di tengah gelombang transformasi digital yang tak terhindarkan, panggilan abadi Kristus untuk “menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Aku” bergema dengan resonansi yang baru dan mendesak. Ayat suci dari Matius 16:24 ini tidak lagi hanya relevan dalam konteks kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi kompas moral dan spiritual di lautan luas dunia maya. Era digital, dengan segala kemudahan dan tantangannya, menghadirkan medan peperangan baru bagi iman, dan di sinilah konsep Teologi Digital muncul sebagai peta penuntun.
Teologi Digital, sebuah disiplin ilmu yang mempelajari hubungan antara teologi dan teknologi digital, bukan sekadar tren sesaat. Ini adalah kebutuhan mendasar untuk memahami bagaimana teknologi mengubah cara kita beribadah, memahami ajaran agama, dan menyebarkan kabar baik. Bayangkan saja, ibadah kini dapat diakses secara live streaming, Alkitab hadir dalam genggaman melalui aplikasi, dan komunitas iman terbentang melintasi batas geografis melalui platform daring. Namun, di balik kemudahan ini, tersembunyi pula “salib” digital yang harus kita pikul.
Menyangkal diri di era digital berarti menolak godaan untuk terjebak dalam pusaran disinformasi, ujaran kebencian, dan budaya pamer yang seringkali mewarnai interaksi online. Memikul salib digital berarti bertanggung jawab dalam setiap unggahan, komentar, dan interaksi daring, memastikan bahwa setiap jejak digital kita mencerminkan kasih dan kebenaran Kristus.
Di garis depan perjuangan ini berdiri Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI). Sebagai garda terdepan jurnalisme Kristen di Indonesia, PWGI dan berbagai media daring yang bernaung di bawahnya seperti pwgi.org, tologi.digital, detik-news.com, walewangko.com, wartagereja-jakarta.com, wartagereja-jabar.com, pwgi.online, wartagereja.online, tokogereja.com, wartagereja.co.id, beritaoikoumene.com, dan marturia.digital dan puluhan situs berita lainnya yang tergabung dalam PWGI adalah manifestasi nyata dari Teologi Digital dalam tindakan. Mereka tidak hanya memberitakan kegiatan gereja, tetapi juga menjadi penjaga narasi kebenaran di tengah banjir informasi yang terkadang menyesatkan.
“Mari Membangun Kerajaan Allah Di Era Digital Dengan Jurnalisme,” seru Mas Dharma EL, Panggilan Akrab Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia sekaligus Inisiator berdirinya PWGI. Pernyataan ini bukan sekadar slogan, melainkan sebuah panggilan profetik bagi setiap umat Kristen. Para jurnalis gereja ini memikul “salib” berupa tantangan untuk menyajikan berita yang akurat, relevan, dan membangun iman di tengah persaingan ketat media daring dan gempuran hoaks. Mereka adalah para “awak kapal” di bahtera digital Gereja, yang berlayar dengan tekad untuk membawa terang Injil ke setiap sudut dunia maya.
Teologi Digital mengajak kita untuk merenungkan dampak teknologi terhadap konsep-konsep teologis mendasar. Bagaimana pemahaman kita tentang komunitas berubah ketika kita terhubung secara virtual? Bagaimana otoritas dan kebenaran diuji di era informasi yang serba cepat?
PWGI dan media-media Kristen lainnya memainkan peran krusial dalam menganalisis dan merespons pertanyaan-pertanyaan penting ini dari perspektif iman. Mereka mengembangkan sumber daya teologis digital melalui artikel, berita, podcast, dan konten media sosial yang tidak hanya informatif tetapi juga transformatif.
Namun, perjalanan di lautan digital tidak selalu mulus. Isu-isu etika digital seperti privasi, disinformasi, dan interaksi online yang bertanggung jawab menjadi “badai” yang harus dihadapi. PWGI, sebagai bagian dari gerakan Teologi Digital, memiliki tanggung jawab untuk mendorong praktik-praktik digital yang etis dan bertanggung jawab di kalangan umat beriman.
Panggilan untuk memikul salib dan mengikuti Kristus di era digital adalah panggilan untuk keterlibatan aktif. Setiap like, share, dan komentar yang kita berikan adalah sebuah kesaksian. Setiap konten positif dan membangun yang kita bagikan adalah sebentuk pelayanan. Mari kita bergandengan tangan, menavigasi lautan siber ini dengan kompas iman, dan bersama-sama membangun Kerajaan Allah di era digital ini, mengikuti jejak Kristus, sang Nahkoda sejati. (Dh.L./ RED.**)