Jejak Sejarah Interaksi Kekristenan dan Media: Perspektif Peter Horsfield

Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si. – Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)

Teologi.digital – Jakarta, Sejak awal mula kehadirannya, Kekristenan tidak pernah bisa dilepaskan dari media komunikasi. Cara pesan Injil disebarkan, ajaran diwariskan, dan komunitas iman dibentuk selalu berkelindan dengan teknologi dan praktik media yang tersedia pada zamannya. Peter Horsfield, dalam bukunya yang mencerahkan, “From Jesus to the Internet: A History of Christianity and Media” (2015), memetakan perjalanan panjang dan dinamis hubungan antara iman Kristen dan media ini. Memahami sejarah ini menjadi krusial, terutama bagi organisasi seperti Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI) yang memiliki visi dan misi spesifik untuk berkiprah dalam pewartaan di era digital. Artikel ini akan mengupas intisari pemikiran Horsfield, mencari perspektif pembanding, dan menarik relevansinya bagi eksistensi dan arah gerak PWGI.

Buku Horsfield memberikan panorama luas tentang bagaimana Kekristenan secara konsisten memanfaatkan dan beradaptasi dengan berbagai bentuk media sepanjang sejarah:

  1. Awal Mula: Lisan, Tulisan Tangan, dan Surat: Horsfield memulai dari era Yesus yang menggunakan tradisi lisan (cerita, perumpamaan) sebagai media utama. Kemudian, para rasul, khususnya Paulus, memanfaatkan media tulisan (surat-surat) untuk mengajar, menguatkan, dan membangun jejaring jemaat perdana. Surat-surat ini adalah bentuk awal penggunaan media yang sangat efektif dalam konteks keterbatasan saat itu. Penyalinan Injil dan tulisan Bapa Gereja secara manual menjadi media krusial berikutnya.
  2. Revolusi Cetak Gutenberg: Penemuan mesin cetak oleh Gutenberg pada abad ke-15 menjadi titik balik monumental. Horsfield menyoroti bagaimana media cetak (Alkitab, pamflet, buku teologi) menjadi katalisator utama Reformasi Protestan, memungkinkan penyebaran ide-ide baru secara masif dan memicu pergeseran otoritas keagamaan. Media cetak mendemokratisasi akses terhadap teks suci dan perdebatan teologis.
  3. Era Media Elektronik: Kemunculan radio dan televisi di abad ke-20 membuka babak baru. Kekristenan, terutama di Amerika Utara, dengan cepat mengadopsi media ini untuk penginjilan (televangelism), pengajaran, dan membangun komunitas ‘di udara’. Media ini mengubah cara ibadah dialami dan pesan Kristen dikemas.
  4. Zaman Internet dan Media Digital: Era internet menghadirkan tantangan dan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Horsfield membahas bagaimana gereja dan umat Kristen beradaptasi (atau terkadang gagap) dengan situs web, media sosial, blog, podcast, dan aplikasi digital untuk beribadah, berkomunitas, belajar, dan bersaksi.
  5. Media Membentuk Iman: Lebih dari sekadar alat transmisi, Horsfield menekankan bahwa media juga membentuk cara orang Kristen memahami iman, mempraktikkan ritual, dan berinteraksi satu sama lain. Setiap teknologi media membawa bias dan logikanya sendiri yang memengaruhi pesan yang disampaikan.

Perspektif Pembanding: McLuhan, Ong, dan Schultze

Pemikiran Horsfield diperkaya jika disandingkan dengan pemikir media dan komunikasi lainnya:

  • Marshall McLuhan: Terkenal dengan adagium “the medium is the message”. McLuhan mengingatkan bahwa bentuk media itu sendiri (lisan, tulisan, cetak, elektronik, digital) lebih berpengaruh dalam membentuk cara berpikir dan persepsi manusia daripada isi pesannya semata. Ini relevan untuk melihat bagaimana perubahan dari budaya lisan ke tulisan, lalu ke cetak dan digital, mengubah cara Kekristenan dipahami dan dialami.
  • Walter Ong: Fokus pada perbedaan mendasar antara budaya lisan (oral) dan budaya tulisan (literate). Peralihan dari komunitas yang mengandalkan ingatan kolektif dan narasi lisan ke komunitas yang berbasis teks tertulis membawa perubahan besar dalam teologi, struktur gereja, dan kesadaran individu – sebuah proses yang sangat relevan dalam sejarah Kekristenan awal dan era Reformasi.
  • Quentin J. Schultze: Banyak menulis tentang etika komunikasi Kristen dan penggunaan media. Karyanya seringkali memiliki kesadaran historis dan menekankan pentingnya praktik komunikasi yang bertanggung jawab dan otentik dalam menyampaikan iman di tengah budaya media yang seringkali dangkal atau komersial.

Para pemikir ini, bersama Horsfield, menegaskan bahwa hubungan antara iman dan media bersifat kompleks, dinamis, dan saling memengaruhi.

Relevansi bagi Visi dan Misi PWGI

Pemahaman sejarah yang dipaparkan Horsfield dan pemikir lainnya memberikan landasan kuat dan relevansi mendalam bagi visi dan misi PWGI:

  1. Meneguhkan Misi Marturia & Kerygma: Sejarah membuktikan bahwa inti dari keberadaan Gereja adalah bersaksi (Marturia) dan mewartakan (Kerygma). Horsfield menunjukkan bahwa media selalu menjadi sarana untuk menjalankan misi ini. Fokus PWGI pada Marturia dan Kerygma bukanlah hal baru, melainkan kelanjutan dari panggilan historis Gereja yang kini menemukan ekspresinya dalam lanskap media yang berbeda.
  2. Memvalidasi Fokus pada Era Digital (“Marturia Digital”): Adaptasi adalah kunci yang ditekankan Horsfield. Kekristenan bertahan dan berkembang karena kemampuannya (meski kadang lambat) untuk beradaptasi dengan teknologi media baru. Visi PWGI untuk mengembangkan “Marturia Digital” adalah respons yang tepat dan perlu terhadap konteks zaman. Ini adalah wujud nyata adaptasi historis Kekristenan di abad ke-21.
  3. Pentingnya Profesionalisme dan Etika (UU Pers & KEJ): Sejarah juga mencatat penyalahgunaan media untuk tujuan propaganda, perpecahan, atau penyebaran informasi yang salah, termasuk dalam konteks keagamaan. Penekanan PWGI pada penaatan UU Pers No. 40/1999 dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) menjadi sangat krusial. Ini adalah bentuk tanggung jawab untuk menggunakan kekuatan media secara profesional, etis, dan konstruktif, belajar dari pelajaran sejarah.
  4. Mencerdaskan Umat dan Masyarakat: Sebagaimana mesin cetak membuka akses informasi di masa lalu, media digital memiliki potensi luar biasa untuk edukasi dan pencerahan. Tujuan PWGI untuk “membantu mencerdaskan umat (jemaat) gereja, masyarakat” sejalan dengan potensi positif media ini, sekaligus menyadari tantangan disinformasi yang juga masif di era digital.
  5. Wadah Komunikasi dan Sinergi: Sepanjang sejarah, media telah digunakan untuk membangun jaringan dan komunitas iman (surat Paulus, majalah gereja, dll.). PWGI sebagai perkumpulan wartawan gereja berfungsi sebagai wadah komunikasi dan sinergi, melanjutkan fungsi historis media dalam menghubungkan individu dan kelompok dalam satu visi.
  6. Peran Kontrol Sosial dan Penyampai Aspirasi: Suara kenabian dan kritik sosial dalam sejarah Kekristenan seringkali disalurkan melalui media yang tersedia. Peran PWGI sebagai kontrol sosial dan penyampai aspirasi yang bertanggung jawab memiliki akar dalam tradisi panjang penggunaan media untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan.

PWGI Melanjutkan Estafet Pewartaan di Era Digital

Buku Peter Horsfield, “From Jesus to the Internet”, beserta wawasan dari pemikir media lainnya, memberikan perspektif historis yang kaya bagi Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI). Sejarah ini menegaskan bahwa PWGI tidak berdiri dalam ruang hampa, melainkan merupakan bagian dari tradisi panjang Kekristenan yang senantiasa bergulat dan beradaptasi dengan media komunikasi untuk menjalankan misi panggilannya.

Memahami jejak sejarah ini memberikan legitimasi sekaligus tanggung jawab bagi PWGI. Legitimasi untuk fokus pada Marturia dan Kerygma di era digital sebagai kelanjutan misi historis Gereja, dan tanggung jawab untuk melakukannya secara profesional, etis, dan relevan dengan tantangan zaman.

Visi PWGI untuk “Marturia Digital” adalah sebuah upaya kontekstualisasi yang mendesak, melanjutkan estafet pewartaan Injil dari era papirus dan perkamen, melalui mesin cetak dan gelombang radio, hingga kini berlayar di lautan piksel dan algoritma internet. Tantangannya adalah memastikan agar pesan abadi Injil dapat tersampaikan secara otentik dan transformatif melalui media baru ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!