MENJADI PEWARTA KABAR BAIK DI ERA DIGITAL : Buku Pelatihan Jurnalistik Wartawan Gereja Indonesia

Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Bab 1: Panggilan Suci Jurnalis Kristiani: Memahami Dunia Pers & Jurnalistik
- Pembukaan: Mengapa jurnalistik penting bagi gereja di era digital? Menjelajahi peran media dalam membangun Kerajaan Allah.
- Definisi Kunci:
- Apa itu Pers? Memahami pers sebagai lembaga penyampai informasi (koran, majalah, radio, TV, internet).
- Apa itu Jurnalistik? Mendalami proses pencarian, pengolahan, dan penyebaran informasi faktual.
- Fungsi & Prinsip Pers: Mengupas tuntas peran pers (menginformasikan, mendidik, menghibur, mengkritisi, mengawasi) dan nilai-nilai yang dijunjung (kebebasan, kemandirian, keadilan, kebenaran, objektivitas).
- Jenis-jenis Pers: Mengenal lanskap media dari cetak, elektronik, hingga online.
- Diskusi: Bagaimana fungsi dan prinsip pers ini dapat kita terapkan dalam konteks pelayanan gereja?
Bab 2: Fondasi Iman dalam Tulisan: Jurnalistik dalam Perspektif Alkitab
- Dasar Alkitabiah: Menemukan jejak-jejak jurnalistik dalam Alkitab. Belajar dari Musa (Keluaran 17:14) dan Lukas (Lukas 1:1-3) tentang pentingnya mencatat dan menyampaikan peristiwa.
- Refleksi Teologis: Bagaimana panggilan menulis dan memberitakan kabar baik tercermin dalam Firman Tuhan?
- Diskusi Kelompok: Bagikan ayat Alkitab lain yang menginspirasi Anda dalam tugas jurnalistik!
Bab 3: Menulis dengan Hati Nurani: Kriteria Jurnalistik Kristiani
- Kejujuran di Atas Segalanya: Mengacu pada Matius 5:37, menekankan pentingnya berkata “ya” di atas “ya” dan “tidak” di atas “tidak” dalam setiap tulisan.
- Prinsip Utama: Merumuskan kriteria jurnalis Kristiani: Positif, Jujur, Berlandaskan Firman Tuhan.
- Studi Kasus: Menganalisis contoh berita atau tulisan dan mengevaluasinya berdasarkan kriteria jurnalistik Kristiani.
Bab 4: Membedakan Fakta & Hoax: Pers vs. Media Sosial
- Dua Dunia Informasi: Memahami perbedaan fundamental antara informasi jurnalistik (Pers) dan konten media sosial.
- Tujuan & Sumber: Mengupas perbedaan tujuan (menyampaikan fakta vs. berbagi pengalaman pribadi) dan sumber informasi (terverifikasi vs. tidak terverifikasi).
- Konten & Objektivitas: Menganalisis perbedaan jenis konten, tingkat objektivitas, dan proses verifikasi.
- Tanggung Jawab & Regulasi: Membahas aspek tanggung jawab hukum (UU Pers No. 40/1999 vs. UU ITE No. 11/2008) dan jangkauan audiens.
- Latihan: Mengidentifikasi contoh berita dari pers dan postingan media sosial, lalu menganalisis perbedaannya.
Bab 5: Menjaga Rahasia: Etika “Off the Record”
- Definisi & Karakteristik: Memahami apa itu “off the record” dan mengapa informasi ini tidak boleh dipublikasikan atau dikutip.
- Tujuan & Konsekuensi: Mengetahui alasan sumber memberikan informasi “off the record” dan risiko jika etika ini dilanggar (kehilangan kepercayaan, rusaknya reputasi sumber).
- Etika Jurnalis: Menegaskan pentingnya menghormati kerahasiaan, meminta izin, dan melakukan verifikasi silang.
- Istilah Terkait: Mengenal istilah lain seperti “on the record”, “background”, “deep background”, dan “non-atribusi”.
- Simulasi: Bermain peran sebagai jurnalis dan narasumber dalam situasi wawancara “off the record”.
Bab 6: Bahasa yang Memikat & Jelas: Seni Bahasa Jurnalistik
- Kunci Komunikasi Efektif: Mempelajari syarat-syarat bahasa jurnalistik: Sederhana, Singkat, Padat, Lugas, Jelas, Jernih, Menarik, Demokratis.
- Gaya Penulisan: Mengutamakan kalimat aktif dan menghindari istilah teknis yang rumit.
- Latihan: Mengubah kalimat kompleks menjadi kalimat jurnalistik yang efektif.
Bab 7: Meramu Berita yang Berbobot: Struktur & Formula Menulis
- Anatomi Berita: Memahami struktur dasar berita: Judul (Headline), Teras (Lead), Isi (Body), dan Penutup.
- Piramida Terbalik: Menguasai teknik penulisan berita dengan struktur piramida terbalik, mendahulukan informasi terpenting.
- Kriteria Berita Berkualitas: Memastikan berita memenuhi unsur aktualitas, relevansi, objektivitas, kebenaran, dan keterbacaan.
- Teknik Menulis: Tips praktis: kalimat singkat, hindari ambiguitas, berikan konteks, sertakan kutipan, dan selalu periksa fakta.
- Gaya Penulisan: Menjaga objektivitas, menggunakan bahasa formal, menghindari opini pribadi, menyajikan fakta akurat, dan struktur logis.
Bab 8: Formula Ajaib 5W+1H+1S: Teknik Dasar Menggali Berita
- Elemen Wajib Berita: Menguasai rumus 5W+1H: Who (Siapa), What (Apa), When (Kapan), Where (Di mana), Why (Mengapa), dan How (Bagaimana).
- +1S (Safe/Aman): Menambahkan elemen ‘Aman’ sebagai pertimbangan etis dan keamanan dalam pemberitaan, terutama dalam konteks gereja.
- Studi Kasus & Aplikasi: Menganalisis contoh berita dan mengidentifikasi penerapan 5W+1H di dalamnya.
- Latihan: Membuat kerangka berita singkat menggunakan rumus 5W+1H+1S berdasarkan sebuah skenario peristiwa.
Bab 9: Judul yang Menghentak: Menciptakan Headline Juara
- Kekuatan Judul: Mengapa judul adalah kunci pertama menarik pembaca?
- Struktur Ideal: Tips membuat judul yang singkat (5-7 kata), jelas, mengandung kata kunci, dan memiliki unsur kejutan.
- Teknik Penulisan Judul: Menggunakan kalimat aktif, menghindari kata mubazir, memberi penekanan pada kata kunci, dan memperhatikan tata bahasa.
- Strategi Menarik Perhatian: Menggunakan kata provokatif (secara bertanggung jawab), statistik, emosi, pertanyaan, atau humor (jika sesuai).
- Contoh & Anti-Contoh: Menganalisis contoh judul yang menarik dan menghindari praktik clickbait.
- Latihan: Membuat beberapa alternatif judul untuk sebuah draf berita.
Bab 10: Membuka Pintu Cerita: Menguasai Seni Menulis Teras Berita (Lead)
- Definisi Teras Berita: Memahami fungsi lead sebagai kalimat pembuka yang merangkum inti berita.
- Jenis-jenis Teras Berita:
- Langsung (Direct Lead): Cepat ke inti.
- Tidak Langsung (Indirect Lead): Memberi konteks dulu.
- Deskriptif (Descriptive Lead): Menggambarkan suasana.
- Pertanyaan (Question Lead): Memancing rasa ingin tahu.
- Statistik (Statistical Lead): Menekankan data.
- Kutipan (Quotation Lead): Menggunakan pernyataan kuat.
- Anekdot (Anecdotal Lead): Menggunakan cerita pendek.
- Latihan: Menulis berbagai jenis teras berita untuk satu topik yang sama.
Bab 11 & 12: Jurnalistik di Mimbar & Ruang Teduh: Meliput Khotbah dan Menulis Renungan
- (Materi ada dalam buku “Panduan Praktis Membuat Khotbah Yang Berdampak” https://wartagereja.co.id/2025/04/26/buku-panduan-praktis-membuat-khotbah-yang-berdampak/ )
Bab 13: Saatnya Beraksi: Praktik & Latihan Menulis
- Aplikasi Teori: Menerapkan semua konsep yang telah dipelajari dalam sesi latihan menulis intensif.
- Simulasi Peliputan: Melakukan simulasi wawancara dan penulisan berita berdasarkan skenario yang diberikan.
- Feedback & Evaluasi: Sesi saling memberikan masukan konstruktif terhadap hasil tulisan peserta.

Pendahuluan
Buku ini hadir sebagai panduan komprehensif bagi para wartawan gereja di Indonesia yang terpanggil untuk memberitakan kabar baik di tengah pesatnya perkembangan era digital.
Tujuan utama buku ini adalah untuk membekali para pembaca dengan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman etika yang diperlukan untuk menjalankan tugas mulia ini secara efektif dan bertanggung jawab. Penulis berharap, melalui pelatihan jurnalistik ini, para pewarta kabar baik dapat menjadi agen perubahan positif, memperkuat misi gereja, dan menjangkau lebih banyak jiwa bagi Kristus di dunia digital yang serba cepat.
Urgensi pelatihan ini semakin terasa mengingat perubahan lanskap media yang dramatis dalam beberapa tahun terakhir. Gereja tidak lagi dapat mengandalkan metode komunikasi tradisional semata. Era digital menawarkan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memperluas jangkauan, membangun komunitas, dan menyampaikan pesan-pesan iman kepada audiens yang lebih luas dan beragam.1
Namun, peluang ini juga datang dengan tantangan tersendiri, termasuk kebutuhan untuk membedakan antara informasi yang benar dan yang palsu, menjaga etika dalam pemberitaan, dan menggunakan bahasa yang efektif dan relevan bagi audiens digital. Oleh karena itu, pelatihan jurnalistik yang dirancang khusus untuk wartawan gereja menjadi sangat penting.
Buku ini disusun secara sistematis, bab demi bab, untuk memandu para pembaca melalui berbagai aspek penting dalam dunia pers dan jurnalistik, khususnya dalam konteks pelayanan gereja.
Dimulai dengan pemahaman dasar tentang pers dan jurnalistik, buku ini akan membawa pembaca untuk merenungkan fondasi iman dalam tulisan, merumuskan kriteria jurnalistik Kristiani, memahami perbedaan antara pers dan media sosial, hingga menguasai teknik-teknik penulisan berita yang efektif.
Selain itu, buku ini juga akan membahas etika jurnalistik, termasuk pentingnya menjaga kerahasiaan informasi, serta memberikan panduan praktis dalam meliput khotbah dan menulis renungan.
Pada bagian akhir, buku ini akan menawarkan sesi praktik dan latihan menulis intensif untuk mengasah keterampilan para peserta.
Penulis berharap, struktur buku yang komprehensif ini dapat menjadi panduan yang berguna dan mudah diikuti bagi siapa saja yang terpanggil untuk menjadi pewarta kabar baik di era digital.

Bab 1
Panggilan Suci Jurnalis Kristiani: Memahami Dunia Pers & Jurnalistik
- Pembukaan: Mengapa Jurnalistik Penting bagi Gereja di Era Digital? Menjelajahi Peran Media dalam Membangun Kerajaan Allah.
- Media digital memainkan peran yang semakin strategis dalam memperluas jangkauan dan pengaruh gereja di era modern ini.1 Platform media sosial, aplikasi gereja, dan buletin email memungkinkan komunitas agama untuk meningkatkan keterlibatan anggotanya melalui distribusi pembaruan, materi inspiratif, dan informasi acara yang cepat dan interaktif.1
Kontak yang berkelanjutan dan dinamis melalui media digital berkontribusi pada rasa komunitas yang lebih kuat di antara anggota gereja, bahkan di luar ibadah rutin. Lebih dari sekadar alat komunikasi, media gereja kini menjadi kebutuhan esensial bagi gereja modern untuk menjangkau dan melibatkan generasi baru yang tumbuh dalam era digital.2
Metode tradisional saja tidak lagi cukup efektif untuk terhubung dengan audiens yang semakin terbiasa dengan konsumsi informasi secara online. Media kreatif untuk gereja sangat penting untuk pertumbuhan dan dampak yang lebih besar, memungkinkan gereja untuk menjangkau lebih banyak orang secara lebih mendalam dan bermakna.3
- Salah satu keunggulan utama media digital adalah kemampuannya untuk memfasilitasi evangelisme dan pemuridan.5 Media ministry, misalnya, memanfaatkan teknologi modern untuk memenuhi Amanat Agung dan membangun Kerajaan Allah melintasi batasan geografis, ekonomi, dan politik.9
Sejarah Alkitab sendiri mencatat penggunaan media secara luas sebagai sarana simbolis untuk menyampaikan makna spiritual.10 Berbagai bentuk media telah digunakan oleh Allah dan Yesus untuk berkomunikasi dengan umat manusia, menunjukkan relevansi dan adaptabilitas media dalam menyampaikan pesan ilahi.11
Dalam konteks ibadah, penggunaan media yang tepat dapat mendekatkan jemaat kepada Allah dalam iman, mengingatkan mereka akan harapan dalam Kristus, mendorong mereka untuk melayani sesama, dan secara umum menasihati serta membangun umat Allah.12
Media ministry juga menawarkan berbagai manfaat bagi gereja, termasuk memperluas jangkauan, meningkatkan pengalaman ibadah, menyediakan sumber daya pendidikan yang mudah diakses, memfasilitasi pembangunan komunitas, meningkatkan efektivitas komunikasi, dan memperkuat upaya evangelisme.13
Tujuan utama seorang Kristen dalam menggunakan media sosial dan platform digital lainnya haruslah untuk memuliakan Allah dan mengarahkan orang lain kepada Yesus Kristus.14 Gereja memiliki tanggung jawab untuk hadir di media sosial sebagai garam dan terang, membawa kabar baik tentang Kerajaan Allah ke dalam ruang digital.16 Bahkan film, sebagai bentuk media visual yang kuat, dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk mengkomunikasikan sebuah cerita dan menjangkau audiens yang mungkin lebih cenderung menonton daripada membaca.17
- Konsep membangun “Kerajaan Allah” di era digital menjadi semakin relevan.9 Media ministry tidak hanya tentang menyebarkan informasi, tetapi juga tentang membangun komunitas iman dan mempengaruhi budaya digital dengan nilai-nilai Kristiani.9
Penting bagi gereja untuk membekali orang tua dengan pemahaman tentang bagaimana memberikan perspektif Kerajaan Allah kepada anak-anak mereka terkait dengan berbagai pengaruh yang mereka alami di dunia digital.18
Dengan memanfaatkan teknologi secara strategis, gereja memiliki kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memajukan misi mereka, menyebarkan Injil, dan membangun Kerajaan Allah di era modern ini.19
- Era digital bukan hanya menghadirkan tantangan, tetapi juga membuka peluang emas bagi gereja untuk memperluas pengaruhnya dan membangun komunitas yang lebih kuat. Wartawan gereja memegang peran kunci dalam memanfaatkan peluang ini secara efektif dan bertanggung jawab. Mereka adalah jembatan antara pesan abadi Injil dan metode komunikasi kontemporer, memungkinkan gereja untuk berinteraksi dengan dunia digital secara relevan dan berdampak.
- Definisi Kunci:
- Apa itu Pers? Memahami pers sebagai lembaga penyampai informasi (koran, majalah, radio, TV, internet).
- Pers dapat didefinisikan sebagai sebuah lembaga yang berfungsi untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas melalui berbagai saluran komunikasi, termasuk media cetak seperti koran dan majalah, media elektronik seperti radio dan televisi, serta media digital seperti internet dan platform online lainnya.1 Pers memiliki peran sentral dalam menyediakan berita, analisis, dan berbagai bentuk informasi lain yang dibutuhkan oleh publik untuk memahami dunia di sekitar mereka.
- Seiring dengan perkembangan teknologi, lanskap pers telah mengalami transformasi yang signifikan. Dahulu didominasi oleh media cetak dan elektronik, kini pers juga mencakup berbagai platform digital yang memungkinkan penyebaran informasi yang lebih cepat dan interaktif. Internet telah menjadi saluran utama bagi banyak orang untuk mengakses berita dan informasi, dan ini telah mengubah cara kerja lembaga pers secara fundamental.
- Dalam masyarakat, pers memegang fungsi yang sangat penting sebagai sumber informasi utama. Masyarakat mengandalkan pers untuk mendapatkan berita tentang peristiwa terkini, isu-isu penting, dan perkembangan lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Pers juga berperan dalam membentuk opini publik dan memfasilitasi diskusi tentang isu-isu sosial yang relevan.
- Apa itu Jurnalistik? Mendalami proses pencarian, pengolahan, dan penyebaran informasi faktual.
- Jurnalistik adalah disiplin ilmu dan praktik yang melibatkan proses sistematis dalam mencari, mengumpulkan, memverifikasi, mengolah, dan menyebarkan informasi yang akurat dan faktual kepada khalayak luas. Proses ini tidak hanya terbatas pada pelaporan berita terkini, tetapi juga mencakup investigasi mendalam, analisis isu-isu kompleks, dan penyajian cerita yang menarik dan informatif.
- Salah satu aspek terpenting dalam jurnalistik adalah penekanan pada faktualitas. Seorang jurnalis profesional memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang mereka sampaikan didasarkan pada fakta yang dapat diverifikasi dan dipertanggungjawabkan. Proses ini melibatkan riset yang cermat, wawancara dengan sumber yang kredibel, dan pengecekan silang informasi dari berbagai sumber.
- Jurnalistik profesional berbeda secara signifikan dari penyebaran informasi di media sosial. Di media sosial, siapa pun dapat membagikan informasi tanpa melalui proses verifikasi yang ketat. Akibatnya, konten di media sosial seringkali bersifat subjektif, tidak akurat, atau bahkan sengaja menyesatkan. Jurnalisme profesional menjunjung tinggi standar etika dan praktik yang memastikan bahwa informasi yang disampaikan kepada publik dapat dipercaya.
- Dalam konteks masyarakat demokratis, jurnalisme memainkan peran yang sangat penting sebagai penjaga kebenaran dan pengawas kekuasaan.20 Jurnalis bertugas untuk memantau tindakan pemerintah dan lembaga publik lainnya, memastikan transparansi dan akuntabilitas.
Mereka juga memberikan wadah bagi diskusi publik tentang isu-isu penting dan membantu warga negara untuk membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang benar. Jurnalisme telah menciptakan peran dalam masyarakat sebagai aktor aktif dalam proses demokrasi dan sebagai narator sejarah kontemporer.20
Tanggung jawab jurnalis sangatlah penting karena mereka menceritakan kisah tentang apa yang terjadi, dan kisah-kisah ini seringkali bersinggungan dengan tujuan-tujuan yang lebih besar dalam masyarakat.21
Sebagai pilar keempat demokrasi, pers memainkan peran krusial dalam mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan memastikan transparansi pemerintah.22
- Bagi wartawan gereja, pemahaman yang mendalam tentang definisi pers dan jurnalistik sangat penting. Mereka tidak hanya bertugas untuk menyampaikan informasi tentang kegiatan gereja, tetapi juga terpanggil untuk memberitakan kabar baik dengan standar profesionalisme dan etika yang tinggi. Memahami perbedaan antara jurnalisme profesional dan penyebaran informasi di platform lain akan membantu mereka menjalankan tugas pelayanan mereka dengan integritas dan kredibilitas.
- Fungsi & Prinsip Pers: Mengupas tuntas peran pers (menginformasikan, mendidik, menghibur, mengkritisi, mengawasi) dan nilai-nilai yang dijunjung (kebebasan, kemandirian, keadilan, kebenaran, objektivitas).
- Pers memiliki beberapa fungsi utama dalam masyarakat:
- Menginformasikan: Fungsi paling mendasar dari pers adalah menyediakan berita dan informasi faktual yang akurat dan relevan kepada masyarakat. Ini membantu warga negara untuk tetap terhubung dengan peristiwa terkini dan memahami isu-isu yang mempengaruhi kehidupan mereka.
- Mendidik: Melalui berbagai bentuk laporan, analisis, dan artikel, pers juga berperan dalam memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat tentang berbagai topik. Ini membantu meningkatkan pemahaman publik tentang isu-isu kompleks dan mendorong pemikiran kritis.
- Menghibur: Selain fungsi informatif dan edukatif, pers juga memiliki peran untuk menyediakan konten yang menghibur dan relevan bagi audiensnya. Ini bisa berupa cerita menarik, liputan budaya, atau konten lain yang membantu masyarakat untuk bersantai dan menikmati waktu luang.
- Mengkritisi: Pers juga berfungsi sebagai pengawas dan kritikus terhadap berbagai aspek masyarakat, termasuk pemerintah, lembaga publik, dan organisasi lainnya. Melalui analisis dan opini, pers dapat mendorong refleksi, akuntabilitas, dan perbaikan dalam masyarakat.
- Mengawasi: Sebagai “watchdog” atau anjing penjaga, pers memiliki peran penting untuk memantau tindakan pemerintah, lembaga publik, dan pihak-pihak berkuasa lainnya. Ini bertujuan untuk memastikan transparansi, akuntabilitas, dan mencegah terjadinya penyalahgunaan wewenang yang merugikan kepentingan publik.
- Untuk menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara efektif, pers harus menjunjung tinggi sejumlah prinsip-prinsip mendasar:
- Kebebasan Pers: Ini adalah prinsip krusial yang menjamin hak media untuk memberitakan informasi tanpa adanya tekanan, campur tangan, atau sensor dari pihak mana pun. Kebebasan pers memungkinkan media untuk menjalankan fungsinya sebagai pengawas dan kritikus tanpa rasa takut.
- Kemandirian: Pers harus beroperasi secara independen, tidak terikat oleh kepentingan politik, ekonomi, pemilik modal, maupun kelompok kepentingan tertentu. Kemandirian ini penting untuk memastikan bahwa berita yang disampaikan objektif dan tidak dipengaruhi oleh agenda tersembunyi.
- Keadilan: Dalam menyampaikan informasi, pers harus bersikap adil terhadap semua pihak yang terlibat dalam suatu peristiwa atau isu. Ini berarti memberikan kesempatan yang sama bagi semua pihak untuk menyampaikan pandangan dan klarifikasi mereka.
- Kebenaran: Prinsip ini menuntut agar jurnalis selalu berupaya untuk menyajikan fakta yang akurat, telah diverifikasi dengan cermat, dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.23 Sebagai pengikut Kristus, kejujuran adalah perintah ilahi, dan menyampaikan kebenaran adalah bagian integral dari integritas.23 Integritas mencakup kejujuran dalam perkataan dan tindakan.24 Jurnalis Kristen memiliki panggilan untuk mencari dan melaporkan kebenaran dengan setia.25
- Objektivitas: Jurnalis harus berupaya untuk menyajikan informasi tanpa dipengaruhi oleh opini pribadi, prasangka, atau kepentingan subjektif lainnya. Meskipun objektivitas sempurna mungkin sulit dicapai, jurnalis harus berusaha untuk menyajikan berita secara seimbang dan memberikan ruang bagi berbagai perspektif yang relevan.
- Penerapan fungsi dan prinsip pers ini dalam konteks pelayanan gereja memiliki implikasi yang signifikan. Fungsi-fungsi seperti menginformasikan dan mendidik dapat diadaptasi untuk memberitakan kabar baik, memberikan pengajaran rohani, dan meningkatkan pemahaman tentang isu-isu teologis dan sosial dari perspektif iman.
Sementara itu, fungsi mengkritisi dan mengawasi dapat diterapkan secara bijaksana untuk membahas isu-isu moral dan etika dalam masyarakat dari sudut pandang Kristiani. Prinsip-prinsip jurnalistik seperti kebenaran, keadilan, dan objektivitas sangat penting untuk membangun kredibilitas dan kepercayaan dalam pemberitaan gereja.
Wartawan gereja perlu menavigasi keseimbangan antara menyampaikan kebenaran iman yang mereka yakini dengan prinsip-prinsip objektivitas jurnalistik untuk memastikan bahwa pemberitaan mereka bertanggung jawab, berdampak positif, dan mencerminkan nilai-nilai Kristiani.
- Jenis-jenis Pers: Mengenal lanskap media dari cetak, elektronik, hingga online.
- Media Cetak: Merupakan bentuk pers tradisional yang mencakup publikasi fisik seperti koran, majalah, buletin gereja, dan newsletter. Meskipun popularitasnya menurun dengan munculnya media digital, media cetak masih memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi kepada segmen audiens tertentu.
- Media Elektronik: Meliputi radio dan televisi. Radio Kristen dan televisi komunitas Kristen menjadi saluran penting bagi gereja untuk menjangkau audiens yang lebih luas, menyiarkan ibadah, program pengajaran, dan konten rohani lainnya.
- Media Online: Lanskap media digital telah berkembang pesat dan kini menjadi pemain utama dalam penyebaran informasi. Ini mencakup berbagai platform seperti website gereja, portal berita daring Kristen, blog pribadi, podcast, dan platform media sosial seperti Facebook, Instagram, dan Twitter.1
Gereja dapat memanfaatkan website mereka untuk berbagai keperluan media, termasuk membuat arsip khotbah, menyelenggarakan live streaming ibadah, membuat podcast, dan menampilkan galeri foto dan video.1 Media sosial juga menjadi alat yang sangat efektif untuk berinteraksi dengan anggota, menyebarkan pesan, dan membangun komunitas online.7
- Konvergensi Media dan Implikasinya bagi Jurnalisme Gereja: Fenomena konvergensi media, di mana berbagai bentuk media saling berintegrasi dan berkolaborasi, menciptakan peluang baru bagi jurnalisme gereja. Wartawan gereja kini dapat menyampaikan pesan mereka melalui berbagai platform secara bersamaan, menjangkau audiens yang lebih luas dan beragam.
- Memilih platform media yang tepat untuk menjangkau audiens yang berbeda: Wartawan gereja perlu memahami karakteristik demografi dan preferensi audiens yang berbeda untuk memilih platform media yang paling efektif dalam menjangkau mereka. Misalnya, generasi muda mungkin lebih aktif di media sosial, sementara generasi yang lebih tua mungkin masih lebih mengandalkan media cetak atau radio.
- Pentingnya memiliki strategi media yang terintegrasi: Untuk memaksimalkan dampak pemberitaan, gereja perlu mengembangkan strategi media yang holistik dan terkoordinasi. Ini berarti memanfaatkan berbagai jenis media secara sinergis, dengan pesan yang konsisten dan disesuaikan untuk setiap platform.
- Diskusi: Bagaimana fungsi dan prinsip pers ini dapat kita terapkan dalam konteks pelayanan gereja?
- Sesi tanya jawab dan berbagi pengalaman antar peserta pelatihan.
- Studi kasus tentang penerapan fungsi dan prinsip pers dalam pemberitaan gereja.
- Mengidentifikasi tantangan dan solusi dalam mengintegrasikan jurnalisme dan pelayanan gereja.

Bab 2
Fondasi Iman dalam Tulisan: Jurnalistik dalam Perspektif Alkitab
- Dasar Alkitabiah: Menemukan jejak-jejak jurnalistik dalam Alkitab. Belajar dari Musa (Keluaran 17:14) dan Lukas (Lukas 1:1-3) tentang pentingnya mencatat dan menyampaikan peristiwa.
- Dalam kitab Keluaran 17:14, Tuhan berfirman kepada Musa, “Tuliskanlah hal ini dalam sebuah kitab sebagai peringatan dan beritahukanlah kepada Yosua, bahwa Aku akan menghapuskan sama sekali ingatan kepada Amalek dari kolong langit.” Perintah ini menunjukkan pentingnya mendokumentasikan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah umat Tuhan sebagai pengingat akan tindakan dan janji-Nya. Tindakan mencatat kemenangan atas Amalek bukan hanya sekadar catatan sejarah, tetapi juga peringatan bagi generasi mendatang tentang kuasa dan kesetiaan Allah. Ini memberikan preseden alkitabiah untuk kegiatan pencatatan informasi dan pendokumentasian peristiwa sebagai bagian dari memelihara ingatan kolektif dan menyampaikan pesan penting dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Injil Lukas dibuka dengan pernyataan Lukas dalam Lukas 1:1-3, “Sebab karena banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita, seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka yang sejak semula adalah saksi mata dan pelayan Firman, maka aku pun telah memutuskan, setelah menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari awal mulanya, untuk menuliskannya bagimu secara teratur, hai Teofilus yang mulia.” Di sini, Lukas menjelaskan motivasinya untuk menulis Injil berdasarkan penelitian yang cermat dan kesaksian dari orang-orang yang telah menyaksikan langsung pelayanan Yesus sejak awal.
Penekanan pada penyelidikan yang seksama, penggunaan saksi mata, dan penyusunan laporan yang teratur menunjukkan pendekatan yang mirip dengan praktik jurnalistik modern. Lukas berusaha untuk menyajikan catatan yang akurat dan terstruktur tentang kehidupan dan pelayanan Yesus, yang menunjukkan pentingnya ketelitian dan verifikasi sumber dalam menyampaikan informasi.
- Alkitab juga mencatat berbagai contoh lain tentang pencatatan dan penyampaian informasi.11 Misalnya, Alkitab mencatat bahwa Allah sendiri menggunakan berbagai “media” dan metode untuk berkomunikasi dengan umat manusia, seperti melalui mimpi, penglihatan, dan nabi.11 Kitab Kisah Para Rasul menceritakan bagaimana para rasul secara aktif berbagi kisah dan kesaksian pribadi mereka tentang perjumpaan mereka dengan Yesus Kristus kepada orang lain.26 Selain itu, Alkitab berisi banyak ayat yang memerintahkan umat Tuhan untuk mengingat dan menceritakan kembali tindakan-tindakan besar yang telah dilakukan Allah dalam sejarah, sebagai cara untuk membangun iman dan membagikan kebaikan-Nya kepada generasi berikutnya.27
- Dasar alkitabiah ini menegaskan bahwa kegiatan mencatat dan menyampaikan informasi memiliki akar yang kuat dalam tradisi iman Kristen. Ini bukan hanya sekadar aktivitas manusia, tetapi juga merupakan bagian dari cara Allah bekerja dalam sejarah dan bagaimana umat-Nya memelihara dan menyebarkan kebenaran.
- Refleksi Teologis: Bagaimana panggilan menulis dan memberitakan kabar baik tercermin dalam Firman Tuhan?
- Amanat Agung yang diberikan oleh Yesus kepada para murid-Nya dalam Matius 28:19-20, “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman,” secara jelas memerintahkan para pengikut Kristus untuk pergi dan menjadikan semua bangsa murid-Nya, memberitakan Injil ke seluruh dunia.5 Di era digital ini, media digital menawarkan alat dan platform modern yang sangat efektif untuk melaksanakan Amanat Agung, memungkinkan gereja menjangkau audiens global yang luas.5
- Peran Roh Kudus sangat penting dalam menginspirasi, membimbing, dan memberdayakan setiap orang yang terpanggil untuk menulis dan memberitakan kabar baik tentang Kristus. Roh Kudus memberikan hikmat, keberanian, dan kemampuan untuk menyampaikan pesan Injil dengan jelas dan efektif.
- Jurnalis Kristen memikul tanggung jawab moral dan spiritual yang besar dalam menyampaikan kebenaran Injil dengan integritas, kejujuran, dan berdasarkan Firman Tuhan.23 Sebagai pengikut Kristus, mereka dipanggil untuk memberitakan kabar baik tentang Allah dalam Kristus melalui perkataan dan perbuatan yang selaras, mencerminkan transformasi yang telah terjadi dalam hidup mereka.29 Yesus sendiri menyatakan bahwa Dia diurapi oleh Roh Kudus untuk memberitakan kabar baik kepada orang miskin, menunjukkan bahwa ini adalah inti dari misi-Nya dan juga misi para pengikut-Nya.30
- Interpretasi teologis tentang makna “kabar baik” dalam konteks era digital yang terus berubah menjadi semakin penting.29 Teologi Kristen perlu secara aktif melibatkan diri dengan media dan teknologi sebagai bagian integral dari budaya kontemporer, bukan hanya sebagai alat untuk menyampaikan pesan yang sudah ada.31
Memberitakan kabar baik tidak hanya sekadar menyampaikan informasi, tetapi juga melibatkan berbagi kisah pribadi tentang iman, harapan, dan perjumpaan dengan kasih Allah.29 Kabar baik yang diberitakan oleh Yesus adalah tentang kedatangan Kerajaan Allah, yang membawa pemulihan, keadilan, dan harapan bagi semua orang, termasuk mereka yang terpinggirkan dan membutuhkan.30
- Panggilan untuk menulis dan memberitakan kabar baik bukan hanya tugas profesional, tetapi juga merupakan panggilan rohani yang mendalam bagi umat Kristen. Jurnalisme gereja menjadi perpanjangan dari misi gereja untuk menjangkau dan memberitakan Injil kepada dunia. Ini adalah cara untuk menggunakan karunia menulis dan bercerita untuk kemuliaan Tuhan dan untuk membangun Kerajaan-Nya di bumi.
- Diskusi Kelompok: Bagikan ayat Alkitab lain yang menginspirasi Anda dalam tugas jurnalistik!
- Sesi berbagi dan refleksi pribadi tentang ayat-ayat yang relevan dengan panggilan jurnalistik.
- Membangun pemahaman bersama tentang dasar alkitabiah tugas jurnalistik.

Bab 3
Menulis dengan Hati Nurani: Kriteria Jurnalistik Kristiani
- Kejujuran di Atas Segalanya: Mengacu pada Matius 5:37, menekankan pentingnya berkata “ya” di atas “ya” dan “tidak” di atas “tidak” dalam setiap tulisan.
- Dalam konteks etika jurnalistik Kristiani, Matius 5:37 memiliki implikasi yang sangat mendalam. Ayat ini, yang merupakan bagian dari Khotbah di Bukit, mengajarkan tentang pentingnya kesederhanaan dan kejujuran dalam perkataan. Yesus berkata, “Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa pun yang lebih dari itu berasal dari si jahat.” Prinsip ini secara langsung relevan dengan tugas seorang jurnalis Kristen. Setiap berita dan tulisan harus didasarkan pada kebenaran yang tidak diubah atau ditambahkan. Seorang jurnalis Kristen harus memiliki komitmen yang teguh untuk menyampaikan fakta sebagaimana adanya, tanpa distorsi, fabrikasi, atau penyembunyian informasi yang relevan.
- Integritas pribadi dan profesional adalah fondasi yang tidak dapat digoyahkan bagi seorang jurnalis Kristen. Mereka tidak hanya diharapkan untuk jujur dalam pekerjaan mereka, tetapi juga dalam setiap aspek kehidupan mereka. Kehidupan yang jujur dan transparan akan memperkuat kredibilitas mereka sebagai pewarta kabar baik. Ketika seorang jurnalis dikenal memiliki integritas, pembaca akan lebih cenderung mempercayai berita dan informasi yang mereka sampaikan.
- Setiap kata yang ditulis oleh seorang jurnalis Kristen harus mencerminkan kebenaran. Ini berarti menghindari segala bentuk manipulasi informasi, termasuk penggunaan kutipan di luar konteks, penyajian fakta yang tidak lengkap, atau penekanan yang berlebihan pada aspek tertentu untuk menciptakan kesan yang salah. Kejujuran juga berarti mengakui dan memperbaiki kesalahan jika terjadi. Seorang jurnalis Kristen yang berintegritas tidak akan ragu untuk menarik kembali atau mengoreksi berita yang terbukti tidak akurat.
- Konsekuensi dari ketidakjujuran dalam pemberitaan bisa sangat merusak. Tidak hanya merusak reputasi jurnalis dan media yang mereka wakili, tetapi juga dapat berdampak negatif pada pembaca dan masyarakat secara keseluruhan. Berita palsu atau informasi yang salah dapat menyesatkan, menimbulkan kepanikan, atau bahkan memicu konflik. Oleh karena itu, bagi seorang jurnalis Kristen, kejujuran bukan hanya sekadar prinsip etika, tetapi juga merupakan perintah ilahi yang harus ditaati dengan sungguh-sungguh.
- Bagi seorang jurnalis Kristen, standar kejujuran yang ditetapkan dalam Matius 5:37 menjadi kompas moral yang utama. Mereka dipanggil untuk menjadi pewarta kebenaran, yang berarti bahwa setiap tulisan mereka harus didasarkan pada fakta yang akurat dan disampaikan dengan integritas yang tidak diragukan. Prinsip ini harus menjadi landasan dalam setiap langkah proses jurnalistik, mulai dari pengumpulan informasi hingga publikasi.
- Prinsip Utama: Merumuskan kriteria jurnalis Kristiani: Positif, Jujur, Berlandaskan Firman Tuhan.
- Positif: Jurnalisme Kristiani hendaknya memiliki fokus pada pemberitaan yang membangun, memberikan harapan, dan menginspirasi pembaca.32 Meskipun tidak mengabaikan realitas masalah dan tantangan yang ada di dunia, penekanan harus diberikan pada solusi, kisah-kisah keberhasilan, dan manifestasi kasih serta kebaikan Tuhan dalam kehidupan individu dan komunitas. Menyajikan cerita melalui lensa nilai-nilai Kristen seperti kasih, pengampunan, dan kasih karunia dapat menawarkan perspektif yang unik dan pada akhirnya menginspirasi harapan serta mendorong perubahan positif dalam masyarakat.32 Jurnalis Kristen hendaknya menghindari sensasionalisme yang berlebihan dan fokus pada berita negatif yang tidak memiliki tujuan konstruktif. Sebaliknya, mereka dapat menonjolkan kisah-kisah inspiratif tentang iman, pelayanan, dan dampak positif gereja dalam masyarakat, sehingga memberikan semangat dan motivasi bagi pembaca.
- Jujur: Integritas dan kejujuran adalah kualitas yang esensial bagi seorang jurnalis, dan ini menjadi lebih penting lagi bagi seorang jurnalis Kristen. Mereka memiliki kewajiban moral dan etika untuk selalu menyampaikan kebenaran dengan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.23 Ini melibatkan proses verifikasi informasi yang ketat dari sumber-sumber yang kredibel dan dapat dipercaya. Jurnalis Kristen harus berhati-hati dalam mengumpulkan fakta, memastikan bahwa mereka memahami konteksnya dengan benar, dan menyajikannya tanpa distorsi atau bias yang tidak semestinya. Jika terjadi kesalahan dalam pemberitaan, mereka harus memiliki keberanian dan kerendahan hati untuk mengakui dan memperbaiki kesalahan tersebut secara terbuka dan transparan, sebagai wujud komitmen terhadap kebenaran.
- Berlandaskan Firman Tuhan: Sebagai seorang Kristen, iman dan pandangan dunia seorang jurnalis akan dipengaruhi oleh ajaran dan prinsip-prinsip Alkitab. Oleh karena itu, setiap berita dan tulisan seorang jurnalis Kristen hendaknya diinterpretasikan dan dievaluasi dari perspektif Firman Tuhan.32 Jurnalisme berbasis iman memiliki tujuan untuk menyajikan berita dan analisis peristiwa dunia dari sudut pandang yang berakar pada prinsip-prinsip kekristenan.33 Ini berarti menghubungkan peristiwa dan isu-isu yang dilaporkan dengan nilai-nilai etika, moral, dan spiritual yang diajarkan dalam Alkitab. Jurnalis Kristen harus berhati-hati untuk tidak melakukan interpretasi yang keliru atau menyesatkan terhadap ajaran Alkitab demi mendukung agenda pribadi atau kelompok tertentu. Sebaliknya, mereka harus berusaha untuk memahami dan menyampaikan kebenaran Firman Tuhan dengan setia dan relevan dalam konteks berita yang mereka laporkan.
- Studi Kasus: Menganalisis contoh berita atau tulisan dan mengevaluasinya berdasarkan kriteria jurnalistik Kristiani.
- Untuk memahami bagaimana kriteria jurnalistik Kristiani diterapkan dalam praktik, penting untuk menganalisis contoh-contoh berita atau tulisan yang ada. Pilihlah berbagai contoh berita atau tulisan dari media Kristen dan sekuler yang meliput isu-isu yang relevan dengan kehidupan gereja atau nilai-nilai Kristen.
- Analisislah konten dari setiap contoh berdasarkan tiga kriteria utama yang telah dirumuskan: apakah berita atau tulisan tersebut disajikan secara positif, konstruktif, dan memberikan harapan? Apakah faktanya akurat dan disampaikan dengan jujur, tanpa ada indikasi fabrikasi atau distorsi? Apakah interpretasi dan sudut pandangnya selaras dengan ajaran Firman Tuhan, ataukah ada potensi konflik dengan prinsip-prinsip Alkitab?
- Diskusikan kekuatan dan kelemahan dari setiap contoh dalam memenuhi kriteria-kriteria tersebut. Identifikasi praktik-praktik baik yang dapat diteladani dan area-area di mana perbaikan diperlukan. Misalnya, apakah berita tersebut memberikan konteks yang cukup? Apakah sumber-sumbernya kredibel? Apakah bahasa yang digunakan netral dan tidak bias? Apakah ada upaya untuk menghubungkan isu tersebut dengan nilai-nilai Kristiani tanpa memaksakan interpretasi?
- Belajarlah dari studi kasus ini untuk mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana menerapkan kriteria jurnalistik Kristiani dalam praktik pemberitaan gereja. Dengan menganalisis contoh-contoh konkret, para calon wartawan gereja dapat mengasah kemampuan mereka dalam mengevaluasi kualitas pemberitaan dan mengembangkan pendekatan yang lebih sesuai dengan prinsip-prinsip iman mereka.
- Contoh studi kasus dapat mencakup analisis karya jurnalis Kristen seperti Lee Strobel, yang menggunakan keterampilan jurnalistiknya untuk menyelidiki kebenaran tentang Kristus.34 Kisah Lee Strobel menunjukkan bagaimana seorang jurnalis dengan latar belakang ateis menggunakan prinsip-prinsip investigasi jurnalistik untuk mencari kebenaran tentang klaim-klaim kekristenan, yang pada akhirnya membawanya pada iman.34 Ini adalah contoh bagaimana seorang jurnalis dapat menggunakan keterampilan profesionalnya untuk tujuan yang selaras dengan nilai-nilai Kristiani.

Bab 4
Membedakan Fakta & Hoax: Pers vs. Media Sosial
- Dua Dunia Informasi: Memahami perbedaan fundamental antara informasi jurnalistik (Pers) dan konten media sosial.
- Informasi yang dihasilkan oleh pers profesional dan konten yang beredar di media sosial seringkali tampak serupa di permukaan, namun keduanya memiliki perbedaan fundamental dalam hal proses pembuatan, tujuan, dan tingkat kepercayaannya. Informasi jurnalistik umumnya dihasilkan oleh organisasi media yang memiliki standar editorial, proses verifikasi fakta yang ketat, dan tanggung jawab hukum yang jelas. Tujuan utamanya adalah untuk menginformasikan publik dengan berita yang akurat, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan. Di sisi lain, konten di media sosial diciptakan dan dibagikan oleh individu atau kelompok dengan berbagai latar belakang, motivasi, dan tingkat keahlian. Seringkali, tidak ada proses editorial atau verifikasi fakta yang sistematis yang diterapkan pada konten media sosial, dan tujuannya bisa sangat bervariasi, mulai dari berbagi pengalaman pribadi hingga menyebarkan opini atau bahkan disinformasi.
- Informasi jurnalistik profesional memiliki potensi untuk memberikan pemahaman yang mendalam dan terpercaya tentang suatu isu karena melalui proses riset, wawancara, dan analisis yang komprehensif. Organisasi berita biasanya memiliki sumber daya dan tim profesional yang didedikasikan untuk memastikan akurasi dan keadilan dalam pemberitaan. Sebaliknya, konten media sosial dapat dengan cepat menyebar dan menjangkau audiens yang luas karena sifatnya yang viral dan mudah dibagikan. Namun, kecepatan dan kemudahan penyebaran ini juga menjadikannya rentan terhadap penyebaran informasi yang salah, tidak akurat, atau bahkan sengaja menyesatkan (hoax).
Oleh karena itu, penting bagi para wartawan gereja untuk memahami perbedaan mendasar ini agar mereka dapat membedakan antara sumber informasi yang kredibel dan yang tidak, serta untuk menggunakan media sosial secara bertanggung jawab dalam pekerjaan mereka.
- Tujuan & Sumber: Mengupas perbedaan tujuan (menyampaikan fakta vs. berbagi pengalaman pribadi) dan sumber informasi (terverifikasi vs. tidak terverifikasi).
- Tujuan utama dari pers profesional adalah untuk menyampaikan informasi faktual kepada publik secara objektif dan bertanggung jawab, membantu masyarakat untuk membuat keputusan yang tepat berdasarkan informasi yang benar. Jurnalisme berupaya untuk menyajikan berita yang seimbang, akurat, dan relevan, yang didukung oleh riset yang mendalam dan verifikasi yang ketat. Di sisi lain, tujuan utama pengguna media sosial sangat beragam, mulai dari berbagi pengalaman pribadi, mengekspresikan opini, membangun koneksi sosial, hingga tujuan komersial atau politik tertentu. Konten yang dibagikan di media sosial seringkali bersifat subjektif dan didorong oleh motivasi pribadi pembuatnya.
- Sumber informasi dalam pers profesional melalui proses verifikasi yang ketat. Jurnalis mengandalkan wawancara dengan saksi mata, ahli, dan pihak-pihak terkait, serta melakukan analisis data dan pengecekan silang informasi dari berbagai sumber yang kredibel dan dapat dipercaya. Organisasi berita biasanya memiliki standar editorial dan kode etik yang mengharuskan jurnalis untuk mengidentifikasi sumber mereka dan memastikan keakuratan informasi yang mereka sampaikan. Sebaliknya, sumber informasi di media sosial seringkali tidak terverifikasi, anonim, atau berasal dari opini pribadi, rumor, atau sumber yang tidak jelas kebenarannya. Hal ini menjadikan konten media sosial rentan terhadap penyebaran hoax atau disinformasi, karena tidak ada mekanisme formal untuk memastikan keakuratan informasi sebelum dibagikan.
- Konten & Objektivitas: Menganalisis perbedaan jenis konten, tingkat objektivitas, dan proses verifikasi.
- Pers profesional menghasilkan berbagai jenis konten, termasuk berita langsung (straight news), laporan investigasi yang mendalam, artikel feature yangHuman interest, kolom opini yang jelas teridentifikasi sebagai pandangan subjektif penulis, dan analisis mendalam tentang isu-isu kompleks. Setiap jenis konten memiliki standar dan tujuan editorialnya sendiri, namun semuanya didasarkan pada prinsip akurasi dan verifikasi fakta.
Sebaliknya, konten di media sosial sangat beragam, mulai dari status teks singkat, postingan foto dan video, hingga siaran langsung, cerita (stories), dan konten interaktif lainnya. Jenis konten ini seringkali lebih personal, informal, dan tidak terikat oleh standar editorial yang ketat.
- Jurnalisme profesional berupaya untuk mencapai tingkat objektivitas yang tinggi dalam pemberitaan, meskipun objektivitas sempurna mungkin sulit dicapai. Upaya dilakukan melalui penyajian fakta yang seimbang, memberikan ruang bagi berbagai perspektif yang relevan, dan menghindari opini atau bias pribadi dalam pelaporan berita. Sementara itu, konten media sosial seringkali bersifat subjektif dan dipengaruhi oleh bias pribadi, emosi, atau agenda tertentu dari pembuatnya. Meskipun media sosial dapat menjadi platform untuk berbagi berbagai sudut pandang, penting untuk menyadari bahwa objektivitas seringkali menjadi pertimbangan sekunder.
- Proses fact-checking dan verifikasi adalah inti dari jurnalisme profesional.33 Organisasi berita yang bertanggung jawab memiliki mekanisme internal untuk memeriksa keakuratan informasi sebelum dipublikasikan. Ini melibatkan pengecekan sumber, verifikasi kutipan, dan konfirmasi fakta dari berbagai sumber yang independen. Jurnalisme berbasis iman juga harus memprioritaskan keakuratan faktual, yang dicapai melalui ketergantungan pada sumber-sumber yang dapat dipercaya dan proses pemeriksaan fakta yang ketat.33 Dalam era digital di mana informasi menyebar dengan cepat, jurnalis Kristen memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk memprioritaskan akurasi, pemeriksaan fakta, dan pelaporan yang bertanggung jawab untuk melawan penyebaran berita palsu.35 Sebaliknya, media sosial seringkali tidak memiliki proses verifikasi yang sistematis, dan informasi yang tidak akurat atau palsu dapat dengan mudah menyebar tanpa terkoreksi.
- Tanggung Jawab & Regulasi: Membahas aspek tanggung jawab hukum (UU Pers No. 40/1999 vs. UU ITE No. 11/2008) dan jangkauan audiens (22).
- Di Indonesia, media pers diatur oleh Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers, yang menjamin kebebasan pers namun juga menetapkan tanggung jawab hukum bagi media dan jurnalis. UU Pers mengatur tentang hak dan kewajiban pers, termasuk kewajiban untuk memberitakan fakta secara benar dan tidak menyesatkan. Pelanggaran terhadap ketentuan dalam UU Pers dapat berakibat pada sanksi hukum. Sementara itu, pengguna media sosial di Indonesia tunduk pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) beserta perubahannya. UU ITE mengatur berbagai aktivitas online, termasuk penyebaran informasi, dan melarang penyebaran berita bohong atau ujaran kebencian yang dapat menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Pelanggaran terhadap UU ITE juga dapat dikenakan sanksi pidana dan perdata.
- Jurnalis gereja yang aktif di media sosial perlu memahami perbedaan antara tanggung jawab hukum mereka sebagai jurnalis profesional dan sebagai pengguna media sosial pribadi. Sebagai jurnalis, mereka terikat oleh etika profesi dan UU Pers, yang menekankan pada keakuratan dan tanggung jawab dalam pemberitaan. Namun, ketika mereka berinteraksi di media sosial sebagai individu, mereka juga harus mematuhi ketentuan dalam UU ITE, terutama terkait dengan penyebaran informasi dan konten yang mereka bagikan.
- Pers profesional umumnya memiliki jangkauan audiens yang lebih luas dan terdokumentasi dengan baik melalui data pembaca, pemirsa, atau pendengar. Organisasi berita biasanya memiliki mekanisme untuk mengukur dan memahami jangkauan pemberitaan mereka. Di sisi lain, jangkauan konten media sosial dapat sangat bervariasi tergantung pada popularitas akun, algoritma platform, dan seberapa sering konten tersebut dibagikan oleh pengguna lain. Meskipun media sosial dapat memiliki potensi jangkauan yang sangat besar, sulit untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang seberapa luas pesan tertentu telah tersebar.
- Regulasi media di era digital menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.36 Upaya untuk menyeimbangkan antara kebebasan berekspresi dan perlindungan terhadap penyebaran informasi yang salah atau berbahaya terus menjadi perdebatan. Di Indonesia, pemerintah telah berupaya untuk membuat undang-undang yang membatasi penggunaan media sosial oleh anak-anak dengan tujuan melindungi mereka dari bahaya online, namun efektivitas dan fokus undang-undang ini masih menjadi perdebatan.36
Selain itu, penegakan hukum terkait dengan konten media sosial juga menjadi tantangan karena sifatnya yang lintas batas dan anonimitas yang mungkin ada di platform online.
- Latihan: Mengidentifikasi contoh berita dari pers dan postingan media sosial, lalu menganalisis perbedaannya.
- Untuk memperdalam pemahaman tentang perbedaan antara pers dan media sosial, lakukan latihan berikut: Carilah contoh berita yang diterbitkan oleh media pers yang kredibel (misalnya, situs berita resmi, surat kabar daring) dan contoh postingan di media sosial (misalnya, Facebook, Twitter, Instagram) yang membahas topik yang serupa.
- Setelah mendapatkan contoh-contoh tersebut, lakukan analisis perbandingan berdasarkan beberapa aspek berikut:
- Tujuan: Apa tujuan utama dari berita yang diterbitkan oleh pers? Apakah tujuannya untuk menyampaikan fakta secara objektif, memberikan analisis, atau menyampaikan opini yang jelas teridentifikasi? Bandingkan dengan tujuan dari postingan di media sosial. Apakah postingan tersebut bertujuan untuk berbagi informasi, mengekspresikan pendapat pribadi, mengajak berinteraksi, atau tujuan lainnya?
- Sumber Informasi: Identifikasi sumber-sumber informasi yang digunakan dalam berita pers. Apakah sumbernya jelas, kredibel, dan dapat diverifikasi? Bandingkan dengan sumber informasi dalam postingan media sosial. Apakah sumbernya disebutkan? Jika ya, apakah sumber tersebut dapat dipercaya? Apakah ada indikasi bahwa informasi tersebut berasal dari sumber yang tidak jelas atau tidak terverifikasi?
- Objektivitas: Evaluasi tingkat objektivitas dalam penyajian informasi. Apakah berita pers disajikan secara netral, tanpa ada bias yang jelas? Apakah ada upaya untuk memberikan berbagai sudut pandang yang relevan? Bandingkan dengan postingan media sosial. Apakah postingan tersebut cenderung subjektif dan dipengaruhi oleh opini atau emosi pribadi?
- Tanggung Jawab Hukum: Pertimbangkan aspek tanggung jawab hukum yang mungkin terkait dengan berita pers dan postingan media sosial tersebut, terutama dalam konteks UU Pers dan UU ITE di Indonesia. Siapa yang bertanggung jawab atas keakuratan informasi dalam setiap kasus? Apa potensi konsekuensi hukum jika informasi yang disampaikan tidak benar atau melanggar ketentuan perundang-undangan?
- Setelah melakukan analisis, diskusikan temuan Anda dengan peserta lain. Apa implikasi dari perbedaan-perbedaan ini bagi praktik pemberitaan gereja di era digital? Bagaimana para wartawan gereja dapat menggunakan pemahaman ini untuk memastikan bahwa mereka menyampaikan informasi secara bertanggung jawab dan efektif?

Bab 5
Menjaga Rahasia: Etika “Off the Record”
- Definisi & Karakteristik: Memahami apa itu “off the record” dan mengapa informasi ini tidak boleh dipublikasikan atau dikutip.
- Dalam dunia jurnalistik, istilah “off the record” merujuk pada informasi yang diberikan oleh seorang sumber kepada seorang jurnalis dengan pemahaman yang jelas bahwa informasi tersebut tidak boleh dipublikasikan dalam bentuk apa pun, baik secara langsung maupun tidak langsung, dan identitas sumbernya juga tidak boleh diungkapkan.37 Kesepakatan “off the record” biasanya dibuat sebelum sumber memberikan informasi tersebut. Tujuannya adalah untuk memungkinkan sumber berbagi informasi sensitif atau latar belakang yang penting bagi pemahaman jurnalis, tanpa takut akan konsekuensi publikasi langsung.
- Karakteristik utama dari informasi “off the record” adalah sifatnya yang rahasia dan adanya kesepakatan bersama antara sumber dan jurnalis mengenai penggunaannya. Informasi ini tidak dapat dikutip secara langsung, tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk berita yang diatribusikan kepada sumber tersebut, dan bahkan keberadaan informasi tersebut seringkali tidak boleh diungkapkan.
- Penting untuk memahami perbedaan antara “off the record” dan istilah-istilah terkait lainnya dalam jurnalisme 37:
- “On the record”: Informasi yang diberikan secara terbuka dan dapat dikutip secara langsung dengan menyebutkan nama sumbernya. Ini adalah status informasi yang paling umum dalam pemberitaan jurnalistik.
- “Background”: Informasi yang dapat digunakan oleh jurnalis dalam berita mereka, tetapi hanya dapat dikaitkan dengan sumber secara umum, tanpa menyebutkan nama spesifiknya (misalnya, “seorang sumber anonim yang dekat dengan masalah ini”). Tujuan dari informasi “background” adalah untuk memberikan konteks atau pemahaman yang lebih dalam kepada jurnalis.
- “Deep background”: Informasi yang dapat digunakan oleh jurnalis untuk memperdalam pemahaman mereka tentang suatu isu atau peristiwa, tetapi informasi tersebut tidak dapat dikaitkan dengan sumber mana pun, bahkan secara anonim. Jurnalis dapat menggunakan informasi ini untuk mengarahkan riset mereka atau untuk memahami konteks yang lebih luas, tetapi tidak dapat mengutipnya atau menyebutkan sumbernya dalam berita. Istilah “non-atribusi” sering digunakan secara bergantian dengan “deep background”.
- Tujuan & Konsekuensi: Mengetahui alasan sumber memberikan informasi “off the record” dan risiko jika etika ini dilanggar (kehilangan kepercayaan, rusaknya reputasi sumber).
- Sumber mungkin memiliki berbagai alasan untuk memberikan informasi “off the record”. Salah satu alasan utamanya adalah karena informasi tersebut bersifat sensitif, rahasia, atau berpotensi menimbulkan konsekuensi negatif jika dipublikasikan secara langsung dan dikaitkan dengan mereka. Misalnya, seorang pejabat pemerintah mungkin memberikan informasi “off the record” kepada jurnalis untuk memberikan latar belakang tentang kebijakan tertentu sebelum pengumuman resmi dibuat. Atau, seorang karyawan perusahaan mungkin berbagi informasi tentang masalah internal perusahaan dengan syarat tidak disebutkan namanya karena takut akan pembalasan dari atasan.
- Tujuan lain dari memberikan informasi “off the record” adalah untuk membantu jurnalis memahami konteks yang lebih luas dari suatu cerita atau isu yang kompleks. Sumber mungkin ingin memberikan informasi tambahan, perspektif, atau detail yang tidak dapat mereka ungkapkan secara terbuka, tetapi penting bagi jurnalis untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam. Dalam beberapa kasus, sumber mungkin juga ingin membujuk jurnalis untuk tidak memberitakan suatu cerita sama sekali atau untuk menunda publikasinya.
- Kepercayaan adalah aset yang sangat berharga dalam hubungan antara jurnalis dan sumber. Jika seorang jurnalis melanggar kesepakatan “off the record” dan mempublikasikan informasi yang seharusnya dirahasiakan atau mengidentifikasi sumber yang tidak ingin disebutkan namanya, konsekuensinya bisa sangat serius. Sumber akan kehilangan kepercayaan pada jurnalis tersebut dan kemungkinan besar tidak akan pernah lagi memberikan informasi di masa depan. Ini dapat merusak kemampuan jurnalis untuk mendapatkan akses ke informasi penting dan kredibel.
- Selain kehilangan kepercayaan, pelanggaran etika “off the record” juga dapat berisiko merusak reputasi sumber. Jika identitas mereka terungkap atau informasi rahasia yang mereka bagikan dipublikasikan, mereka dapat menghadapi konsekuensi profesional, sosial, atau bahkan hukum. Risiko ini adalah alasan utama mengapa sumber meminta agar informasi yang mereka berikan bersifat “off the record” sejak awal. Oleh karena itu, bagi seorang jurnalis, menghormati kesepakatan ini bukan hanya masalah etika profesional, tetapi juga merupakan bagian penting dari membangun dan memelihara hubungan yang baik dengan sumber informasi.
- Etika Jurnalis: Menegaskan pentingnya menghormati kerahasiaan, meminta izin, dan melakukan verifikasi silang.
- Sebagai seorang jurnalis, terutama seorang jurnalis Kristen yang menjunjung tinggi nilai-nilai integritas dan kejujuran, menghormati kerahasiaan informasi yang diberikan “off the record” adalah kewajiban etis yang sangat penting. Ketika seorang sumber memberikan informasi dengan pemahaman bahwa itu tidak akan dipublikasikan atau dikaitkan dengan mereka, jurnalis harus menghormati permintaan tersebut. Melanggar kesepakatan ini dapat merusak reputasi jurnalis dan media mereka, serta membuat sumber lain enggan untuk bekerja sama di masa depan.
- Untuk menghindari kesalahpahaman, penting bagi jurnalis untuk selalu meminta klarifikasi dan konfirmasi dari sumber mengenai status informasi yang diberikan. Sebelum wawancara dimulai atau sebelum informasi sensitif dibagikan, jurnalis harus secara eksplisit menanyakan apakah informasi tersebut bersifat “on the record,” “on background,” atau “off the record.” Jika ada keraguan, jurnalis harus meminta sumber untuk mengulanginya atau memberikan klarifikasi.
- Meskipun informasi “off the record” mungkin sangat berharga dalam memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang suatu isu, jurnalis tetap perlu berupaya untuk memverifikasi informasi tersebut melalui sumber-sumber lain yang bersedia memberikan konfirmasi “on the record” atau “on background.” Informasi “off the record” dapat menjadi petunjuk atau latar belakang yang berguna, tetapi idealnya, jurnalis harus mencari sumber yang dapat memberikan konfirmasi publik untuk berita mereka.
- Dalam konteks jurnalis Kristen, etika “off the record” juga harus dipertimbangkan dalam terang prinsip-prinsip Alkitab tentang kejujuran, integritas, dan menjaga kepercayaan.25 Meskipun transparansi dan akuntabilitas adalah nilai-nilai penting dalam jurnalisme 39, ada situasi di mana menghormati kerahasiaan sumber adalah hal yang etis dan diperlukan untuk mendapatkan informasi penting yang mungkin tidak akan pernah terungkap jika sumber merasa tidak aman atau tidak terlindungi. Jurnalis Kristen harus selalu bertindak dengan integritas dan kejujuran, termasuk dalam menjaga janji dan kesepakatan dengan sumber informasi mereka.25
- Istilah Terkait: Mengenal istilah lain seperti “on the record”, “background”, “deep background”, dan “non-atribusi”.
- “On the record”: Ini adalah status informasi yang paling terbuka. Ketika seorang sumber memberikan informasi “on the record,” itu berarti jurnalis bebas untuk menggunakan informasi tersebut dalam berita mereka dan mengutip sumbernya secara langsung dengan menyebutkan nama mereka. Tidak ada batasan kerahasiaan yang terkait dengan informasi ini.
- “Background”: Ketika informasi diberikan “on background,” jurnalis dapat menggunakan informasi tersebut dalam berita mereka, tetapi mereka tidak boleh menyebutkan nama sumbernya secara spesifik. Sumber biasanya diidentifikasi dengan sebutan yang lebih umum, seperti “seorang sumber anonim,” “seorang pejabat pemerintah,” atau “seseorang yang dekat dengan masalah ini.” Tujuan dari “background” adalah untuk memberikan konteks atau pemahaman yang lebih dalam tanpa mengungkapkan identitas sumber.
- “Deep background”: Informasi yang diberikan “on deep background” bahkan lebih rahasia daripada “background.” Dalam kasus ini, jurnalis dapat menggunakan informasi tersebut untuk memperdalam pemahaman mereka tentang suatu isu atau peristiwa, tetapi mereka tidak boleh mengaitkan informasi tersebut dengan sumber mana pun, bahkan secara anonim. Informasi “deep background” seringkali digunakan untuk memberikan wawasan atau arahan kepada jurnalis tanpa adanya kutipan langsung atau identifikasi sumber. Istilah “non-atribusi” sering digunakan secara bergantian dengan “deep background” dan memiliki makna yang serupa.
- Simulasi: Bermain peran sebagai jurnalis dan narasumber dalam situasi wawancara “off the record”.
- Untuk mempraktikkan pemahaman tentang etika “off the record,” lakukan simulasi wawancara dengan membagi peserta menjadi dua kelompok: satu kelompok berperan sebagai jurnalis dan kelompok lainnya berperan sebagai narasumber.
- Siapkan beberapa skenario wawancara yang melibatkan informasi sensitif atau rahasia yang ingin dibagikan oleh narasumber dengan status “off the record.” Misalnya, skenario bisa melibatkan informasi tentang rencana pelayanan gereja yang belum diumumkan secara resmi, atau informasi tentang tantangan internal yang dihadapi oleh organisasi gereja.
- Dalam simulasi, narasumber harus secara jelas mengkomunikasikan kepada jurnalis bahwa informasi tertentu yang akan mereka bagikan bersifat “off the record” dan tidak boleh dipublikasikan atau dikutip. Jurnalis kemudian harus merespons dengan tepat, mengkonfirmasi pemahaman mereka tentang kesepakatan tersebut, dan mengajukan pertanyaan lebih lanjut sesuai dengan batasan yang telah ditetapkan.
- Setelah simulasi selesai, lakukan sesi diskusi dan evaluasi. Tanyakan kepada para peserta tentang pengalaman mereka dalam peran masing-masing. Apakah narasumber merasa aman dan nyaman dalam berbagi informasi “off the record”? Apakah jurnalis merasa mereka mendapatkan informasi yang berguna tanpa melanggar etika?
- Diskusikan pentingnya menjaga kepercayaan sumber dan konsekuensi dari pelanggaran etika “off the record.” Simulasi ini akan membantu para calon wartawan gereja untuk mengembangkan kepekaan etis dan keterampilan komunikasi yang diperlukan dalam situasi wawancara yang melibatkan informasi rahasia.

Bab 6
Bahasa yang Memikat & Jelas: Seni Bahasa Jurnalistik
- Kunci Komunikasi Efektif: Mempelajari syarat-syarat bahasa jurnalistik: Sederhana, Singkat, Padat, Lugas, Jelas, Jernih, Menarik, Demokratis.40
- Sederhana: Bahasa jurnalistik harus mudah dipahami oleh khalayak luas. Hindari penggunaan kata-kata yang terlalu teknis, asing, atau berbelit-belit. Pilihlah kata-kata yang umum digunakan dan mudah dimengerti oleh berbagai kalangan pembaca.40
- Singkat: Kalimat dan paragraf dalam berita hendaknya ringkas dan tidak bertele-tele. Pembaca di era digital memiliki rentang perhatian yang terbatas, sehingga penting untuk menyampaikan informasi secara efisien dan langsung ke poin utama.40
- Padat: Setiap kata dan kalimat harus memiliki makna dan kontribusi terhadap keseluruhan pesan. Hindari pengulangan yang tidak perlu atau penggunaan kata-kata pengisi yang tidak menambah nilai informasi.
- Lugas: Bahasa jurnalistik harus langsung pada pokok permasalahan. Hindari penggunaan bahasa kiasan atau metafora yang dapat menimbulkan kebingungan atau interpretasi yang berbeda-beda. Sampaikan fakta secara langsung dan tanpa basa-basi.
- Jelas: Pesan yang disampaikan harus mudah dipahami dan tidak ambigu. Struktur kalimat yang baik, penggunaan tanda baca yang tepat, dan alur logika yang jelas akan membantu menciptakan tulisan yang jernih.
- Jernih: Bahasa jurnalistik hendaknya bebas dari prasangka, opini pribadi yang tidak berdasar, atau bias yang dapat mempengaruhi objektivitas pemberitaan. Meskipun jurnalis Kristen memiliki pandangan dunia yang berakar pada iman mereka, mereka tetap harus berusaha untuk menyajikan fakta secara netral dan tidak memihak.
- Menarik: Meskipun faktual, bahasa jurnalistik juga perlu menarik minat pembaca. Penggunaan kata-kata yang tepat, pemilihan sudut pandang yang relevan, dan penyajian informasi yang kreatif dapat membuat berita lebih engaging dan mudah diingat.
- Demokratis: Bahasa yang digunakan hendaknya inklusif dan menghormati semua pihak. Hindari penggunaan bahasa yang diskriminatif, merendahkan, atau mengeksploitasi perbedaan. Jurnalis Kristen dipanggil untuk memperlakukan semua orang dengan hormat dan kasih, yang juga tercermin dalam bahasa yang mereka gunakan.
- Gaya Penulisan: Mengutamakan kalimat aktif dan menghindari istilah teknis yang rumit.40
- Penggunaan kalimat aktif sangat dianjurkan dalam penulisan berita karena membuat tulisan lebih dinamis, langsung, dan mudah dipahami. Dalam kalimat aktif, subjek melakukan tindakan, sehingga alur informasi menjadi lebih jelas (contoh: “Polisi menangkap tersangka” lebih efektif daripada “Tersangka ditangkap oleh polisi”).
- Kalimat pasif, di mana subjek dikenai tindakan, seringkali membuat tulisan terkesan lambat dan kurang jelas. Meskipun ada kalanya kalimat pasif diperlukan, sebaiknya kalimat aktif menjadi pilihan utama dalam penulisan berita.
- Selain itu, penting untuk menghindari penggunaan jargon atau istilah teknis yang rumit yang mungkin tidak dipahami oleh audiens umum. Jurnalis bertugas untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas, sehingga bahasa yang mereka gunakan harus dapat diakses oleh semua orang. Jika istilah teknis memang diperlukan, berikan penjelasan yang singkat dan mudah dipahami agar pembaca tidak merasa kesulitan. Jurnalis harus menulis untuk audiens mereka, bukan untuk diri mereka sendiri.40
- Latihan: Mengubah kalimat kompleks menjadi kalimat jurnalistik yang efektif.
- Untuk mengasah kemampuan dalam menggunakan bahasa jurnalistik yang efektif, lakukan latihan berikut:
- Identifikasi Kalimat Kompleks: Cari contoh kalimat-kalimat kompleks dari berbagai sumber, seperti artikel akademis, laporan teknis, atau bahkan tulisan-tulisan sastra yang menggunakan bahasa yang rumit dan berbelit-belit.
- Analisis Struktur: Bedah struktur kalimat tersebut. Identifikasi subjek, predikat, objek, dan berbagai klausa yang ada. Perhatikan apakah ada penggunaan kalimat pasif, kata-kata yang tidak perlu, atau istilah teknis yang rumit.
- Sederhanakan Bahasa: Ubah kalimat kompleks tersebut menjadi beberapa kalimat yang lebih sederhana, singkat, dan lugas. Ganti kata-kata yang sulit dengan padanan kata yang lebih umum dan mudah dipahami.
- Aktifkan Kalimat Pasif: Jika ada kalimat pasif, ubah menjadi kalimat aktif agar lebih dinamis dan jelas. Pastikan subjek kalimat melakukan tindakan.
- Hilangkan Kata Mubazir: Buang kata-kata atau frasa yang tidak menambah makna atau hanya membuat kalimat menjadi lebih panjang tanpa alasan yang jelas.
- Fokus pada Kejelasan: Pastikan bahwa pesan utama dari kalimat tersebut tersampaikan dengan jelas dan tidak ambigu setelah Anda melakukan perubahan.
- Contoh:
- Kalimat Kompleks: “Sehubungan dengan adanya peningkatan signifikan dalam jumlah partisipan yang terdaftar pada acara konferensi tahunan yang diselenggarakan oleh organisasi kita, maka dengan ini kami memberitahukan bahwa lokasi acara akan dipindahkan ke aula yang memiliki kapasitas yang lebih besar guna mengakomodasi seluruh peserta yang telah mendaftar.”
- Kalimat Jurnalistik Efektif: “Jumlah peserta konferensi tahunan organisasi meningkat pesat. Lokasi acara dipindahkan ke aula yang lebih besar untuk menampung semua pendaftar.”
- Diskusi dan Umpan Balik: Setelah menyelesaikan latihan, diskusikan hasil perubahan yang telah Anda lakukan dengan peserta lain. Berikan umpan balik konstruktif terhadap upaya masing-masing dalam menyederhanakan dan mengefektifkan kalimat. Latihan ini akan membantu Anda untuk lebih peka terhadap penggunaan bahasa yang jelas, singkat, dan menarik dalam penulisan jurnalistik.

Bab 7
Meramu Berita yang Berbobot: Struktur & Formula Menulis
- Anatomi Berita: Memahami struktur dasar berita: Judul (Headline), Teras (Lead), Isi (Body), dan Penutup.41
- Setiap berita yang baik memiliki struktur dasar yang membantunya menyampaikan informasi secara efektif kepada pembaca. Struktur ini terdiri dari beberapa bagian penting:
- Judul (Headline): Judul adalah bagian pertama yang dilihat oleh pembaca dan memiliki peran krusial dalam menarik perhatian mereka serta merangkum inti dari berita. Judul yang baik harus singkat, jelas, dan informatif, memberikan gambaran sekilas tentang apa yang akan dibaca selanjutnya.40
- Teras (Lead): Teras atau lead adalah paragraf pertama dari berita dan merupakan bagian yang paling penting. Teras berfungsi untuk merangkum informasi terpenting dari berita tersebut, biasanya menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana (5W+1H).41 Teras yang kuat akan membuat pembaca tertarik untuk melanjutkan membaca berita secara keseluruhan.42
- Isi (Body): Bagian isi berita adalah pengembangan dari informasi yang telah disampaikan dalam teras. Di bagian ini, jurnalis akan memberikan detail lebih lanjut, latar belakang, kutipan dari narasumber, data pendukung, dan informasi lain yang relevan untuk melengkapi cerita. Isi berita disusun dengan menggunakan struktur piramida terbalik, di mana informasi yang paling penting diletakkan di awal, diikuti oleh informasi yang kurang penting secara bertahap.
- Penutup: Bagian penutup berita biasanya berisi informasi tambahan yang kurang krusial, seperti konteks yang lebih luas, implikasi dari peristiwa tersebut, atau langkah selanjutnya yang mungkin terjadi. Terkadang, berita hard news mungkin tidak memiliki penutup yang eksplisit dan berakhir setelah semua informasi penting disampaikan.
- Piramida Terbalik: Menguasai teknik penulisan berita dengan struktur piramida terbalik, mendahulukan informasi terpenting.40
- Teknik penulisan piramida terbalik adalah salah satu prinsip dasar dalam jurnalisme. Dalam struktur ini, informasi yang paling penting dan mendasar dari sebuah berita diletakkan di bagian awal, yaitu pada teras berita. Informasi ini biasanya menjawab pertanyaan 5W+1H (Siapa, Apa, Kapan, Di Mana, Mengapa, dan Bagaimana) secara ringkas dan jelas.41 Setelah itu, bagian isi berita akan mengembangkan informasi-informasi ini dengan detail yang lebih banyak, kutipan dari narasumber, latar belakang, dan konteks yang relevan. Informasi yang kurang penting atau detail tambahan diletakkan di bagian akhir berita.
- Alasan utama penggunaan struktur piramida terbalik adalah untuk efisiensi dan kemudahan bagi pembaca. Di era informasi yang serba cepat, pembaca seringkali hanya memiliki waktu yang terbatas untuk membaca berita. Dengan menempatkan informasi terpenting di awal, pembaca dapat dengan cepat memahami inti dari berita tersebut tanpa harus membaca keseluruhan artikel. Selain itu, struktur ini juga memudahkan editor dalam melakukan pemotongan atau penyesuaian panjang berita jika diperlukan, karena informasi yang kurang krusial berada di bagian akhir.
- Menguasai teknik piramida terbalik sangat penting bagi seorang wartawan gereja. Dalam konteks pelayanan, waktu dan perhatian pembaca juga sangat berharga. Dengan menyajikan informasi terpenting tentang kegiatan gereja, pelayanan, atau isu-isu keagamaan di awal berita, wartawan gereja dapat memastikan bahwa pesan utama mereka tersampaikan dengan efektif dan efisien kepada jemaat dan masyarakat luas.
- Kriteria Berita Berkualitas: Memastikan berita memenuhi unsur aktualitas, relevansi, objektivitas, kebenaran, dan keterbacaan.43
- Sebuah berita dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi sejumlah kriteria penting yang memastikan bahwa informasi yang disampaikan akurat, relevan, dan bermanfaat bagi pembaca:
- Aktualitas (Timeliness): Berita harus menyajikan informasi tentang peristiwa atau perkembangan terbaru yang sedang terjadi atau baru saja terjadi.43 Pembaca mengharapkan berita yang up-to-date dan relevan dengan waktu saat mereka membacanya.
- Relevansi (Impact/Proximity): Berita harus memiliki dampak atau relevansi bagi audiens yang dituju.43 Peristiwa yang terjadi di dekat pembaca (proximity) atau yang mempengaruhi kehidupan mereka secara signifikan (impact) akan dianggap lebih bernilai berita.
- Objektivitas: Berita harus disajikan tanpa bias atau opini pribadi dari jurnalis.43 Meskipun objektivitas sempurna mungkin sulit dicapai, jurnalis harus berusaha untuk menyajikan fakta dari berbagai sudut pandang yang relevan dan membiarkan pembaca membuat kesimpulan mereka sendiri.
- Kebenaran (Accuracy): Informasi yang disajikan dalam berita harus akurat dan dapat diverifikasi kebenarannya.43 Jurnalis memiliki tanggung jawab untuk melakukan riset yang cermat, memeriksa fakta dari sumber yang kredibel, dan menghindari penyebaran informasi yang salah atau tidak akurat.
- Keterbacaan (Readability): Berita harus ditulis dengan bahasa yang jelas, ringkas, dan mudah dipahami oleh audiens yang dituju.43 Penggunaan kalimat yang efektif, struktur paragraf yang logis, dan pemilihan kata yang tepat akan meningkatkan keterbacaan berita.
- Dalam konteks pemberitaan gereja, kriteria-kriteria ini tetap berlaku. Wartawan gereja harus memastikan bahwa berita tentang kegiatan gereja, pelayanan, atau isu-isu keagamaan yang mereka laporkan adalah aktual, relevan bagi jemaat dan masyarakat, disajikan secara objektif, akurat, dan ditulis dengan bahasa yang mudah dipahami. Memenuhi kriteria-kriteria ini akan membantu membangun kredibilitas dan efektivitas pemberitaan gereja.
- Teknik Menulis: Tips praktis: kalimat singkat, hindari ambiguitas, berikan konteks, sertakan kutipan, dan selalu periksa fakta.40
- Untuk menghasilkan tulisan berita yang efektif dan berkualitas, berikut adalah beberapa tips praktis yang dapat diterapkan:
- Gunakan Kalimat Singkat: Kalimat yang singkat dan padat lebih mudah dipahami oleh pembaca, terutama di era digital dengan rentang perhatian yang terbatas.40 Hindari kalimat yang terlalu panjang dan berbelit-belit.
- Hindari Ambiguitas: Gunakan bahasa yang jelas dan lugas untuk menghindari kesalahpahaman atau interpretasi yang berbeda-beda. Pastikan setiap kata dan frasa memiliki makna yang spesifik.
- Berikan Konteks: Sediakan latar belakang atau informasi tambahan yang diperlukan agar pembaca dapat memahami berita secara utuh. Konteks membantu pembaca untuk melihat relevansi dan signifikansi dari peristiwa yang dilaporkan.
- Sertakan Kutipan: Kutipan langsung dari narasumber dapat memperkuat informasi yang disampaikan dan memberikan suara kepada pihak-pihak yang terlibat dalam berita. Pastikan kutipan yang digunakan akurat dan relevan dengan topik berita.40
- Selalu Periksa Fakta: Sebelum mempublikasikan berita, lakukan pemeriksaan fakta secara menyeluruh untuk memastikan bahwa semua informasi yang disajikan akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Verifikasi informasi dari berbagai sumber yang kredibel.
- Gaya Penulisan: Menjaga objektivitas, menggunakan bahasa formal, menghindari opini pribadi, menyajikan fakta akurat, dan struktur logis.40
- Gaya penulisan berita yang baik memiliki beberapa karakteristik penting:
- Menjaga Objektivitas: Dalam melaporkan berita, penting untuk menjaga objektivitas dan menghindari memasukkan opini atau prasangka pribadi ke dalam tulisan.40 Sajikan fakta sebagaimana adanya dan biarkan pembaca membuat kesimpulan mereka sendiri.
- Menggunakan Bahasa Formal: Meskipun bahasa harus sederhana dan mudah dipahami, penggunaan bahasa formal yang sesuai dengan konteks berita tetap penting.42 Hindari penggunaan bahasa slang atau informal yang tidak pantas dalam berita resmi.
- Menghindari Opini Pribadi: Kecuali dalam kolom opini yang jelas teridentifikasi, jurnalis hendaknya menghindari menyampaikan pandangan atau penilaian pribadi mereka dalam berita. Fokuslah pada penyajian fakta yang akurat.
- Menyajikan Fakta Akurat: Keakuratan adalah landasan utama jurnalisme. Pastikan semua fakta yang disajikan dalam berita telah diverifikasi dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
- Struktur Logis: Organisasikan informasi dalam berita secara logis dan mudah diikuti. Gunakan struktur piramida terbalik dan susun informasi dari yang paling penting ke yang kurang penting. Gunakan paragraf yang jelas dan transisi yang mulus antar bagian berita.
- Gaya penulisan berita yang baik memiliki beberapa karakteristik penting:

Bab 8
Formula Ajaib 5W+1H+1S: Teknik Dasar Menggali Berita
- Elemen Wajib Berita: Menguasai rumus 5W+1H: Who (Siapa), What (Apa), When (Kapan), Where (Di mana), Why (Mengapa), dan How (Bagaimana).40
- Rumus 5W+1H adalah fondasi dasar dalam pengumpulan informasi dan penulisan berita. Setiap elemen dalam rumus ini mewakili pertanyaan penting yang harus dijawab oleh seorang jurnalis untuk menyajikan berita yang komprehensif dan informatif:
- Who (Siapa): Pertanyaan ini mengidentifikasi individu atau kelompok orang yang terlibat dalam peristiwa yang diberitakan.40 Mengetahui siapa yang terlibat membantu pembaca memahami aktor utama dalam cerita.
- What (Apa): Pertanyaan ini menjelaskan peristiwa atau kejadian itu sendiri.40 Apa yang sebenarnya terjadi? Informasi ini adalah inti dari berita.
- When (Kapan): Pertanyaan ini menentukan waktu terjadinya peristiwa.40 Kapan peristiwa itu berlangsung? Informasi ini penting untuk konteks dan aktualitas berita.
- Where (Di mana): Pertanyaan ini menunjukkan lokasi terjadinya peristiwa.40 Di mana peristiwa itu terjadi? Informasi ini memberikan konteks geografis bagi pembaca.
- Why (Mengapa): Pertanyaan ini menggali alasan atau latar belakang terjadinya peristiwa.40 Mengapa peristiwa itu terjadi? Memahami penyebab membantu pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.
- How (Bagaimana): Pertanyaan ini menjelaskan cara atau proses terjadinya peristiwa.40 Bagaimana peristiwa itu terjadi? Informasi ini memberikan detail tentang jalannya kejadian.
- Metode 5W+1H memiliki sejarah yang panjang dalam dunia retorika dan jurnalisme.45 Konsep ini dapat ditelusuri kembali ke Yunani kuno, di mana para filsuf dan sarjana menekankan pentingnya observasi dan penyelidikan.45 Seiring berjalannya waktu, konsep ini berevolusi dan menjadi populer, hingga akhirnya diadopsi secara luas oleh para jurnalis dan penyelidik sebagai alat dasar untuk mengumpulkan informasi secara sistematis dan komprehensif.45
- +1S (Safe/Aman): Menambahkan elemen ‘Aman’ sebagai pertimbangan etis dan keamanan dalam pemberitaan, terutama dalam konteks gereja.47
- Dalam konteks pemberitaan gereja di Indonesia, terutama mengingat sensitivitas isu agama dan potensi risiko keamanan bagi individu atau kelompok tertentu, penting untuk menambahkan elemen ‘+1S’ yang berarti ‘Aman’ dalam formula dasar 5W+1H. Elemen ini menekankan perlunya mempertimbangkan aspek etis dan keamanan dalam setiap pemberitaan, baik bagi narasumber, jurnalis, maupun komunitas yang lebih luas.47
- Pertimbangan keamanan fisik dan digital menjadi sangat relevan. Jurnalis gereja perlu memastikan bahwa proses pengumpulan informasi dan pelaporan berita tidak membahayakan keselamatan fisik atau privasi narasumber. Ini termasuk berhati-hati dalam mengungkapkan informasi pribadi atau lokasi yang sensitif tanpa persetujuan yang jelas. Selain itu, keamanan digital juga perlu diperhatikan, terutama dalam hal komunikasi online dan penyimpanan data yang berkaitan dengan pemberitaan.
- Aspek etis juga sangat penting dalam konteks isu agama di Indonesia.47 Meskipun Indonesia secara resmi menjunjung tinggi kebebasan beragama, kenyataannya di lapangan seringkali lebih rumit, dan minoritas agama dapat menghadapi diskriminasi atau bahkan ancaman dari kelompok tertentu.47 Hukum penistaan agama dan pembatasan pembangunan tempat ibadah non-Muslim juga merupakan isu sensitif yang perlu dipertimbangkan dengan hati-hati dalam pemberitaan.47 Oleh karena itu, jurnalis gereja perlu memastikan bahwa pemberitaan mereka tidak memicu konflik, menyebarkan ujaran kebencian, atau memperburuk situasi yang sudah sensitif. Elemen ‘Aman’ mengingatkan akan tanggung jawab etis untuk memberitakan dengan bijaksana dan bertanggung jawab, dengan mempertimbangkan dampak potensial dari setiap informasi yang disampaikan.
- Studi Kasus & Aplikasi: Menganalisis contoh berita dan mengidentifikasi penerapan 5W+1H di dalamnya.
- Untuk memahami bagaimana formula 5W+1H diterapkan dalam praktik, mari kita analisis sebuah contoh berita. Misalnya, kita ambil berita tentang sebuah gereja lokal yang mengadakan kegiatan bakti sosial untuk membantu korban bencana alam. Seorang jurnalis yang meliput berita ini harus memastikan bahwa dia menjawab semua pertanyaan mendasar:
- Who (Siapa): Gereja [nama gereja] dan para relawannya. Siapa saja korban bencana alam yang dibantu?
- What (Apa): Kegiatan bakti sosial, termasuk pengumpulan dan pendistribusian bantuan berupa makanan, pakaian, dan obat-obatan.
- When (Kapan): Kegiatan ini berlangsung selama [tanggal] hingga [tanggal]. Kapan bantuan didistribusikan?
- Where (Di mana): Kegiatan pengumpulan bantuan dilakukan di [lokasi gereja]. Bantuan didistribusikan di [lokasi bencana alam].
- Why (Mengapa): Gereja tergerak untuk membantu karena rasa solidaritas dan panggilan iman untuk melayani sesama yang membutuhkan.
- How (Bagaimana): Gereja mengorganisir pengumpulan donasi dari jemaat, bekerja sama dengan organisasi lain, dan mengirimkan relawan untuk mendistribusikan bantuan.
- Dalam konteks ‘+1S (Aman)’, jurnalis perlu mempertimbangkan apakah pemberitaan ini berpotensi menimbulkan risiko bagi pihak-pihak yang terlibat. Misalnya, apakah perlu menyembunyikan identitas korban tertentu untuk melindungi privasi mereka? Apakah perlu berhati-hati dalam melaporkan lokasi pendistribusian bantuan jika ada pertimbangan keamanan? Dengan mempertimbangkan elemen ‘Aman’, jurnalis dapat memastikan bahwa pemberitaan mereka tidak hanya informatif tetapi juga bertanggung jawab secara etis dan aman bagi semua pihak.
- Latihan: Membuat kerangka berita singkat menggunakan rumus 5W+1H+1S berdasarkan sebuah skenario peristiwa.
- Sebagai latihan, mari kita gunakan skenario berikut: Sebuah gereja lokal di Jakarta mengadakan acara perayaan Natal khusus untuk anak-anak yatim piatu dari panti asuhan terdekat. Acara tersebut meliputi ibadah singkat, pembagian hadiah, dan makan bersama.
- Tugas Anda adalah membuat kerangka berita singkat berdasarkan skenario ini menggunakan rumus 5W+1H+1S:
- Who (Siapa): Gereja [nama gereja], anak-anak yatim piatu dari panti asuhan [nama panti], pendeta [nama pendeta], dan para relawan gereja.
- What (Apa): Acara perayaan Natal khusus yang meliputi ibadah singkat, pembagian hadiah, dan makan bersama.
- When (Kapan): Acara ini diadakan pada [tanggal] pukul [waktu].
- Where (Di mana): Acara ini berlangsung di [lokasi gereja].
- Why (Mengapa): Gereja ingin berbagi sukacita Natal dan menunjukkan kasih kepada anak-anak yatim piatu.
- How (Bagaimana): Gereja mengundang anak-anak panti asuhan, mengadakan ibadah singkat, memberikan hadiah yang telah disiapkan, dan menyediakan makan bersama.
- Safe/Aman (+1S): Apakah ada pertimbangan keamanan atau etika yang perlu diperhatikan dalam pemberitaan ini? Misalnya, perlu izin dari pihak panti asuhan untuk mengambil foto atau mewawancarai anak-anak? Apakah perlu berhati-hati dalam menyebutkan detail pribadi anak-anak?
- Setelah membuat kerangka berita ini, diskusikan dengan peserta lain. Apakah semua elemen penting sudah tercakup? Apakah elemen ‘Aman’ sudah dipertimbangkan dengan baik? Latihan ini akan membantu Anda untuk lebih memahami bagaimana menerapkan formula 5W+1H+1S dalam merencanakan pemberitaan sebuah peristiwa.

Bab 9
Judul yang Menghentak: Menciptakan Headline Juara
- Kekuatan Judul: Mengapa judul adalah kunci pertama menarik pembaca?.40
- Dalam dunia jurnalistik, judul atau headline adalah elemen pertama yang dilihat oleh pembaca.49 Judul berfungsi sebagai pintu gerbang menuju berita, dan kekuatannya terletak pada kemampuannya untuk menarik perhatian pembaca di tengah lautan informasi yang tersedia.40 Judul yang efektif akan membuat pembaca penasaran dan mendorong mereka untuk mengklik atau membaca lebih lanjut artikel berita tersebut. Sebaliknya, judul yang lemah atau tidak menarik dapat menyebabkan pembaca mengabaikan berita tersebut, meskipun isinya mungkin sangat penting dan relevan.
- Judul memiliki peran krusial dalam menentukan apakah sebuah berita akan dibaca atau tidak. Di era digital, di mana orang terpapar pada begitu banyak informasi dari berbagai sumber, judul yang menarik dan informatif menjadi semakin penting. Judul yang baik harus mampu menyampaikan inti dari berita secara ringkas dan membangkitkan rasa ingin tahu pembaca.
- Dampak judul tidak hanya terbatas pada jumlah pembaca, tetapi juga dapat mempengaruhi penyebaran berita. Judul yang menarik dan mudah diingat akan lebih mungkin untuk dibagikan oleh pembaca melalui media sosial atau platform lainnya, sehingga memperluas jangkauan berita tersebut. Oleh karena itu, menguasai seni menulis judul yang efektif adalah keterampilan yang sangat berharga bagi seorang wartawan gereja yang ingin pesannya sampai kepada audiens yang lebih luas.
- Struktur Ideal: Tips membuat judul yang singkat (5-7 kata), jelas, mengandung kata kunci, dan memiliki unsur kejutan.40
- Singkat (5-7 kata): Judul yang terlalu panjang dapat membuat pembaca enggan untuk membacanya. Usahakan untuk membuat judul yang ringkas dan padat, idealnya terdiri dari 5 hingga 7 kata.49 Ini akan memudahkan pembaca untuk memahami inti berita dengan cepat.
- Jelas: Judul harus jelas dan mudah dipahami, menyampaikan pesan utama dari berita tanpa menimbulkan kebingungan atau ambiguitas.40 Hindari penggunaan jargon atau istilah teknis yang mungkin tidak dipahami oleh khalayak umum.
- Mengandung Kata Kunci: Sertakan kata kunci yang relevan dengan topik berita dalam judul. Ini akan membantu pembaca yang tertarik pada topik tersebut untuk menemukan berita Anda dengan lebih mudah, terutama dalam pencarian online.49
- Memiliki Unsur Kejutan: Judul yang baik seringkali mengandung unsur kejutan, keingintahuan, atau emosi yang dapat menarik perhatian pembaca.49 Ini bisa berupa fakta yang tidak terduga, pertanyaan yang provokatif (namun tetap bertanggung jawab), atau penggunaan kata-kata yang kuat dan menarik.
- Teknik Penulisan Judul: Menggunakan kalimat aktif, menghindari kata mubazir, memberi penekanan pada kata kunci, dan memperhatikan tata bahasa.40
- Menggunakan Kalimat Aktif: Judul yang menggunakan kalimat aktif cenderung lebih kuat, dinamis, dan menarik perhatian pembaca.50 Dalam kalimat aktif, subjek melakukan tindakan, sehingga pesan yang disampaikan menjadi lebih langsung dan efektif.
- Menghindari Kata Mubazir: Setiap kata dalam judul harus memiliki tujuan. Hindari penggunaan kata-kata yang tidak perlu atau berlebihan yang hanya membuat judul menjadi lebih panjang tanpa menambah nilai informasi.
- Memberi Penekanan pada Kata Kunci: Tempatkan kata kunci yang paling penting di bagian awal atau tengah judul agar mudah dilihat oleh pembaca. Ini akan membantu pembaca untuk dengan cepat memahami topik utama berita.
- Memperhatikan Tata Bahasa: Pastikan judul Anda sesuai dengan kaidah tata bahasa yang benar. Judul yang ditulis dengan tata bahasa yang buruk dapat mengurangi kredibilitas berita dan membuat pembaca enggan untuk membacanya.
- Strategi Menarik Perhatian: Menggunakan kata provokatif (secara bertanggung jawab), statistik, emosi, pertanyaan, atau humor (jika sesuai).49
- Menggunakan Kata Provokatif (Secara Bertanggung Jawab): Kata-kata yang kuat dan sedikit provokatif (namun tetap etis dan tidak menyesatkan) dapat menarik perhatian pembaca dan membuat mereka ingin tahu lebih lanjut.49 Namun, penting untuk menggunakan strategi ini dengan hati-hati dan tidak berlebihan agar tidak terkesan sensasional atau tidak kredibel.
- Statistik: Jika berita Anda melibatkan data atau statistik yang menarik dan signifikan, Anda dapat memasukkannya ke dalam judul untuk menarik perhatian pembaca yang tertarik pada informasi berbasis data.49
- Emosi: Menyentuh emosi pembaca (misalnya, rasa haru, kagum, atau bahkan marah atas ketidakadilan) dapat menjadi cara yang efektif untuk membuat judul lebih menarik dan relatable.49 Namun, penggunaan emosi dalam judul harus dilakukan dengan bijak dan tidak manipulatif.
- Pertanyaan: Mengajukan pertanyaan yang relevan dengan topik berita dalam judul dapat membangkitkan rasa ingin tahu pembaca dan mendorong mereka untuk mencari jawabannya dalam artikel.49
- Humor (Jika Sesuai): Jika topik berita memungkinkan dan sesuai dengan konteks serta audiens Anda, penggunaan humor yang cerdas dalam judul dapat membuatnya lebih menarik dan mudah diingat.49 Namun, berhati-hatilah agar humor tidak merusak keseriusan berita atau menyinggung pihak tertentu.
- Contoh & Anti-Contoh: Menganalisis contoh judul yang menarik dan menghindari praktik clickbait.49
- Mari kita analisis beberapa contoh judul berita di Indonesia 51:
- Contoh Judul Menarik: “Indonesia Komitmen Kendalikan Nikel: Ni Indonesia”.51 Judul ini singkat, jelas, mengandung kata kunci (“Indonesia”, “Nikel”), dan informatif tentang topik utama berita.
- Contoh Judul Menarik: “11 Pendaki Tewas, 12 Hilang Usai Gunung Marapi Erupsi”.52 Judul ini langsung menyampaikan informasi penting (jumlah korban dan peristiwa), mengandung kata kunci (“Pendaki”, “Tewas”, “Gunung Marapi”, “Erupsi”), dan memiliki unsur dramatis yang menarik perhatian.
- Contoh Judul Clickbait yang Harus Dihindari: “Anda Tidak Akan Percaya Apa yang Terjadi di Gereja Ini!” Judul semacam ini cenderung sensasional, tidak informatif, dan bertujuan untuk mendapatkan klik tanpa memberikan informasi yang jelas tentang isi berita.
- Contoh Judul Clickbait yang Harus Dihindari: “Rahasia Tersembunyi di Balik Khotbah Pendeta [Nama Pendeta] yang Akan Mengubah Hidup Anda Selamanya.” Judul ini berlebihan, tidak spesifik, dan menggunakan janji yang tidak realistis untuk menarik perhatian.
- Ketika membuat judul untuk berita gereja atau isu keagamaan, penting untuk menyeimbangkan antara menarik perhatian pembaca dan menyampaikan informasi yang akurat dan relevan. Hindari praktik clickbait yang dapat merusak kredibilitas Anda sebagai wartawan gereja.
- Latihan: Membuat beberapa alternatif judul untuk sebuah draf berita.
- Sebagai latihan, mari kita gunakan draf berita singkat berikut: “Gereja [Nama Gereja] berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 50 juta dalam acara amal tahunan mereka yang diadakan pada hari Minggu. Dana tersebut akan disalurkan untuk membantu pembangunan sekolah bagi anak-anak kurang mampu di wilayah [Nama Wilayah].”
- Tugas Anda adalah membuat beberapa alternatif judul yang menarik dan efektif untuk draf berita ini, dengan mempertimbangkan tips dan strategi yang telah kita bahas:
- Alternatif 1 (Fokus pada hasil): “Gereja [Nama Gereja] Kumpulkan Rp 50 Juta untuk Pendidikan Anak Kurang Mampu.” (Jelas, informatif, mengandung kata kunci)
- Alternatif 2 (Menarik perhatian dengan angka): “Rp 50 Juta Terkumpul! Amal Gereja [Nama Gereja] Bantu Sekolah Anak.” (Singkat, mengandung unsur kejutan dan kata kunci)
- Alternatif 3 (Menekankan tujuan): “Kasih Natal: Gereja [Nama Gereja] Bangun Sekolah untuk Anak Yatim.” (Menggunakan emosi dan menyoroti tujuan)
- Alternatif 4 (Menggunakan kalimat aktif): “Gereja [Nama Gereja] Gelar Amal, Rp 50 Juta Mengalir untuk Pendidikan.” (Dinamis dan mengandung kata kunci)
- Setelah membuat beberapa alternatif judul, diskusikan dengan peserta lain. Judul mana yang menurut Anda paling efektif dan mengapa? Apa kekuatan dan kelemahan dari setiap judul?
Latihan ini akan membantu Anda untuk lebih kreatif dan strategis dalam menulis judul berita.

Bab 10
Membuka Pintu Cerita: Menguasai Seni Menulis Teras Berita (Lead)
- Definisi Teras Berita: Memahami fungsi lead sebagai kalimat pembuka yang merangkum inti berita.41
- Teras berita, atau sering disebut juga lead, adalah paragraf pertama dalam sebuah berita dan dianggap sebagai bagian yang paling penting dari keseluruhan artikel.53 Fungsinya sangat krusial karena bertugas untuk menarik perhatian pembaca sejak awal dan merangkum informasi terpenting dari berita tersebut.42 Teras yang efektif akan membuat pembaca tertarik untuk terus membaca dan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang topik yang disajikan.
- Teras berita memiliki peran utama dalam menyampaikan inti informasi dari sebuah peristiwa atau kejadian secara ringkas dan jelas. Idealnya, teras berita harus mampu menjawab sebagian besar pertanyaan mendasar yang dikenal sebagai 5W+1H, yaitu Who (Siapa), What (Apa), When (Kapan), Where (Di mana), Why (Mengapa), dan How (Bagaimana).41 Dengan memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini di awal berita, pembaca dapat dengan cepat memahami konteks dan signifikansi dari informasi yang akan mereka baca.
- Selain merangkum informasi terpenting, teras berita juga memiliki tujuan untuk menarik perhatian pembaca dan membuat mereka ingin membaca lebih lanjut artikel berita secara keseluruhan.42 Teras yang ditulis dengan baik akan membangkitkan rasa ingin tahu pembaca, membuat mereka merasa terhubung dengan cerita, atau menyajikan informasi yang begitu menarik sehingga mereka tidak ingin melewatkannya. Oleh karena itu, seorang wartawan gereja perlu menguasai seni menulis teras berita yang efektif agar pesan yang ingin mereka sampaikan dapat diterima dan dibaca oleh audiens yang lebih luas.
- Jenis-jenis Teras Berita 53:
- Langsung (Direct Lead): Cepat ke inti. Jenis teras ini langsung menyampaikan informasi terpenting dari berita di awal kalimat. Biasanya digunakan untuk berita keras (hard news) atau berita terkini (breaking news) di mana kecepatan penyampaian informasi sangat krusial. Contoh: “Sebuah bom bunuh diri meledak di depan Gereja Katedral Makassar pada Minggu pagi, melukai sejumlah jemaat.”
- Tidak Langsung (Indirect Lead): Memberi konteks dulu. Teras jenis ini tidak langsung menyampaikan inti berita, melainkan membuka dengan informasi yang kurang penting namun menarik untuk membangun minat pembaca sebelum akhirnya mengungkapkan poin utama. Lebih cocok untuk berita ringan (soft news) atau feature di mana narasi dan daya tarik emosional lebih diutamakan. Contoh: “Suara dentuman keras memecah keheningan pagi di sekitar Jalan Kajaolalido, Makassar. Beberapa saat kemudian, kepanikan melanda warga yang baru saja selesai beribadah di Gereja Katedral.”
- Deskriptif (Descriptive Lead): Menggambarkan suasana. Teras ini membuka berita dengan deskripsi yang kuat tentang suasana, tempat, atau orang yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Tujuannya adalah untuk melibatkan imajinasi pembaca dan membawa mereka ke dalam adegan berita. Sering digunakan dalam feature atau berita human interest. Contoh: “Asap hitam mengepul di udara, bercampur dengan teriakan histeris dan pecahan kaca yang berserakan di halaman Gereja Katedral. Minggu pagi yang seharusnya tenang berubah menjadi mimpi buruk bagi ratusan jemaat yang baru saja selesai mengikuti ibadah.”
- Pertanyaan (Question Lead): Memancing rasa ingin tahu. Teras jenis ini membuka berita dengan mengajukan pertanyaan yang relevan dengan topik berita. Tujuannya adalah untuk membangkitkan rasa ingin tahu pembaca dan membuat mereka mencari jawabannya dalam artikel. Namun, teras pertanyaan harus digunakan dengan hati-hati agar tidak terkesan gimmick atau tidak profesional. Contoh: “Siapa yang tega melakukan serangan bom bunuh diri di tempat ibadah yang penuh dengan orang tak bersalah?”
- Statistik (Statistical Lead): Menekankan data. Teras ini membuka berita dengan menyajikan data statistik yang paling menarik atau signifikan terkait dengan topik berita. Efektif untuk berita yang berfokus pada angka, tren, atau hasil penelitian. Contoh: “Sebanyak 14 orang dilaporkan menjadi korban luka-luka akibat ledakan bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral Makassar pada Minggu pagi.”
- Kutipan (Quotation Lead): Menggunakan pernyataan kuat. Teras ini membuka berita dengan kutipan langsung dari narasumber yang paling relevan atau memiliki pernyataan yang paling kuat dan merangkum inti berita. Kutipan yang dipilih harus benar-benar berdampak dan menarik perhatian pembaca. Contoh: “‘Saya melihat api dan mendengar ledakan yang sangat keras. Semua orang panik dan berlarian keluar,’ ujar seorang saksi mata, jemaat Gereja Katedral Makassar, sesaat setelah kejadian.”
- Anekdot (Anecdotal Lead): Menggunakan cerita pendek. Teras ini membuka berita dengan menceritakan sebuah kisah singkat yang relevan dengan topik utama berita. Tujuannya adalah untuk menarik emosi pembaca dan membuat berita lebih relatable atau personal. Setelah menceritakan anekdot, penulis kemudian akan menghubungkannya dengan inti berita yang lebih besar. Contoh: “Seorang anak kecil tampak memegangi erat boneka beruangnya sambil menangis di pelukan ibunya. Mereka adalah bagian dari ratusan jemaat yang dievakuasi dari Gereja Katedral Makassar setelah terjadi ledakan bom bunuh diri yang mengguncang ketenangan pagi itu.”
- Latihan: Menulis berbagai jenis teras berita untuk satu topik yang sama.
- Untuk menguasai seni menulis teras berita, mari kita lakukan latihan dengan menggunakan satu topik berita yang sama, misalnya: “Gereja [Nama Gereja] mengadakan acara donor darah massal bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) sebagai bagian dari rangkaian perayaan hari ulang tahun gereja yang ke-50.”
- Tugas Anda adalah menulis berbagai jenis teras berita untuk topik ini, menggunakan tujuh jenis teras yang telah kita bahas:
- Teras Langsung: Mulailah dengan informasi terpenting: apa, kapan, di mana, siapa.
- Teras Tidak Langsung: Mulailah dengan informasi latar belakang atau konteks yang menarik sebelum menyebutkan acara donor darah.
- Teras Deskriptif: Gambarkan suasana di lokasi acara donor darah.
- Teras Pertanyaan: Ajukan pertanyaan yang relevan dengan acara donor darah gereja.
- Teras Statistik: Jika ada target atau hasil yang signifikan (misalnya, jumlah kantong darah yang ditargetkan), gunakan itu sebagai pembuka.
- Teras Kutipan: Gunakan kutipan dari pendeta, ketua panitia, atau perwakilan PMI yang paling menarik.
- Teras Anekdot: Ceritakan kisah singkat tentang seorang peserta donor darah atau panitia yang terlibat.
- Setelah menulis setiap jenis teras, bandingkan dan diskusikan efektivitasnya. Jenis teras mana yang paling menarik perhatian Anda sebagai pembaca? Jenis teras mana yang paling cocok untuk menyampaikan informasi ini? Latihan ini akan membantu Anda untuk lebih fleksibel dan kreatif dalam membuka berita Anda.

Bab 11 & 12
Jurnalistik di Mimbar & Ruang Teduh:
Meliput Khotbah dan Menulis Renungan
- (Materi akan diintegrasikan dari buku “Panduan Praktis Membuat Khotbah Yang Berdampak” 54 – Catatan: Materi untuk bab ini perlu dicari dari Buku saya yang berjudul “PANDUAN PRAKTIS MEMBUAT KHOTBAH YANG BERDAMPAK” dapat di download pada link berita : https://teologi.digital/2025/04/26/panduan-praktis-membuat-khotbah-yang-berdampak/ )
Bab 11
Meliput Khotbah:
- Mendengarkan dan mencatat poin-poin penting dalam khotbah.
- Mengidentifikasi tema utama dan pesan kunci khotbah.
- Mengutip ayat-ayat Alkitab yang relevan secara akurat.
- Menulis ringkasan khotbah yang jelas dan ringkas.
- Menambahkan konteks dan relevansi khotbah bagi kehidupan sehari-hari.
- Etika meliput khotbah (menghormati pembicara, tidak mengganggu ibadah).

Bab 12
Menulis Renungan
- Memilih tema atau ayat Alkitab sebagai dasar renungan.
- Merefleksikan makna teologis dan aplikasinya dalam kehidupan.
- Menggunakan bahasa yang inspiratif dan menggugah.
- Menyajikan renungan dengan struktur yang jelas dan mudah diikuti.
- Menyesuaikan gaya penulisan renungan dengan audiens yang dituju.
- Perbedaan antara ringkasan khotbah dan renungan pribadi.

Bab 13
Saatnya Beraksi:
Praktik & Latihan Menulis
- Aplikasi Teori: Menerapkan semua konsep yang telah dipelajari dalam sesi latihan menulis intensif.
- Setelah mempelajari berbagai teori dan konsep dalam bab-bab sebelumnya, bab ini akan menjadi wadah bagi para peserta untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam sesi latihan menulis yang intensif. Berbagai tugas menulis berita, feature, atau opini terkait isu-isu gereja akan diberikan. Peserta akan ditantang untuk mempraktikkan pemahaman mereka tentang struktur berita, penggunaan bahasa jurnalistik yang efektif, teknik wawancara yang baik, serta prinsip-prinsip etika jurnalistik Kristiani. Latihan-latihan ini dirancang untuk memperkuat pemahaman teoritis dan mengembangkan keterampilan praktis dalam menulis berita yang berbobot dan relevan bagi konteks pelayanan gereja di era digital.
- Simulasi Peliputan: Melakukan simulasi wawancara dan penulisan berita berdasarkan skenario yang diberikan.
- Untuk memberikan pengalaman yang lebih nyata, sesi ini akan melibatkan simulasi peliputan berita. Berbagai skenario peristiwa aktual atau hipotetis yang relevan dengan kehidupan gereja akan dibuat. Peserta akan dibagi menjadi beberapa kelompok dan ditugaskan untuk berperan sebagai jurnalis dan narasumber. Mereka akan melakukan simulasi wawancara, mengumpulkan informasi yang diperlukan, dan kemudian menulis berita berdasarkan skenario yang diberikan. Simulasi ini akan membantu peserta untuk merasakan langsung tekanan dan dinamika dalam proses peliputan berita, serta mengasah kemampuan mereka dalam mengajukan pertanyaan yang tepat, mendengarkan dengan efektif, dan mengolah informasi menjadi berita yang akurat dan menarik.
- Feedback & Evaluasi: Sesi saling memberikan masukan konstruktif terhadap hasil tulisan peserta.
- Setelah sesi latihan menulis dan simulasi peliputan, sesi ini akan menjadi kesempatan bagi para peserta untuk saling bertukar hasil tulisan mereka. Setiap peserta akan diminta untuk memberikan umpan balik yang konstruktif terhadap karya peserta lain, berdasarkan prinsip-prinsip jurnalistik yang telah dipelajari selama pelatihan. Umpan balik ini akan berfokus pada aspek-aspek seperti struktur berita, kejelasan bahasa, akurasi fakta, etika pemberitaan, dan daya tarik tulisan secara keseluruhan. Selain umpan balik dari sesama peserta, fasilitator pelatihan juga akan memberikan evaluasi dan arahan yang lebih komprehensif untuk membantu peserta mengidentifikasi area di mana mereka dapat meningkatkan keterampilan menulis mereka. Sesi ini diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang kolaboratif dan suportif, di mana setiap peserta dapat belajar dari pengalaman orang lain dan terus mengembangkan diri sebagai pewarta kabar baik yang kompeten dan beretika.

PENUTUP
Pelatihan jurnalistik ini telah membawa kita melalui perjalanan yang mendalam untuk memahami peran dan tanggung jawab seorang pewarta kabar baik di era digital. Kita telah mengeksplorasi dasar-dasar jurnalisme, fondasi iman yang melandasi panggilan ini, kriteria etika yang harus dijunjung tinggi, serta teknik-teknik praktis dalam menulis berita yang efektif dan menarik. Era digital menawarkan peluang yang luas bagi gereja untuk memperluas jangkauan dan menyampaikan pesan Injil kepada dunia. Namun, dengan peluang ini datang pula tanggung jawab yang besar untuk memberitakan kebenaran dengan integritas, kejujuran, dan kebijaksanaan.
Sebagai wartawan gereja, Anda memiliki peran yang unik dan penting dalam menyampaikan kabar baik tentang Yesus Kristus kepada jemaat dan masyarakat luas. Anda dipanggil untuk menjadi mata dan telinga gereja, melaporkan kegiatan pelayanan, menginspirasi melalui kisah-kisah iman, dan memberikan perspektif Kristiani terhadap berbagai isu yang terjadi di sekitar kita.
Di tengah arus informasi yang begitu deras di era digital, peran Anda sebagai pewarta kebenaran menjadi semakin krusial. Anda memiliki tanggung jawab untuk membedakan antara fakta dan hoax, menyampaikan informasi secara akurat dan bertanggung jawab, serta menggunakan bahasa yang membangun dan memberitakan harapan.
Semoga pelatihan ini telah membekali Anda dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan panggilan mulia ini dengan lebih efektif. Ingatlah selalu untuk terus belajar dan mengembangkan diri, mengikuti perkembangan dunia media digital, dan yang terpenting, selalu mengandalkan hikmat dan pimpinan Tuhan dalam setiap langkah pelayanan Anda.
Jadilah pewarta kabar baik yang kompeten, beretika, dan berdampak bagi Kerajaan Allah di era digital ini. Masa depan jurnalisme gereja di Indonesia ada di tangan Anda, dan kami percaya bahwa dengan dedikasi dan komitmen Anda, Injil akan terus diberitakan dan menjangkau lebih banyak jiwa. (Dh.L./Red.***)
Untuk mendownload buku silakan klik disini :
Daftar Pustaka dan Karya yang dikutip
- Church Media: Importance of Multimedia for Churches – Ministry Brands, diakses April 27, 2025, https://www.ministrybrands.com/church/management/media
- Why media church is the way forward for growth and impact., diakses April 27, 2025, https://www.mediamentoring.net/blog/media-church-the-future-of-church-growth
- Why Creative Media for Churches is the Key to Growth and Impact., diakses April 27, 2025, https://www.mediamentoring.net/blog/why-creative-media-for-churches-is-the-key-to-growth-and-impact
- Benefits of Social Media to the Church – Tithe.ly, diakses April 27, 2025, https://get.tithe.ly/blog/benefits-of-social-media-to-the-church
- Embracing the Future: The Importance of Digital Media Evangelism for the Church, diakses April 27, 2025, https://nextg.org/embracing-the-future-the-importance-of-digital-media-evangelism-for-the-church/
- Why Media Ministry Matters | Breeze ChMS, diakses April 27, 2025, https://www.breezechms.com/blog/why-media-ministry-matters
- Why Social Media is Important for Churches: Top 5 Benefits, diakses April 27, 2025, https://churchposting.com/why-social-media-is-important-for-churches/
- Faith In The Digital Age: Exploring The Role Of Technology In Church Marketing, diakses April 27, 2025, https://churchcandy.com/faith-in-the-digital-age-exploring-the-role-of-technology-in-church-marketing/
- Why is Media Ministry Important?, diakses April 27, 2025, https://reframeministries.org/stories/why-is-media-ministry-important
- Media and Technology: The Rainbow, the Ark and the Cross – Lausanne Movement, diakses April 27, 2025, https://lausanne.org/occasional-paper/media-technology-rainbow-ark-cross-lop-48-2
- The Use of Media in Ministry: Communicating the Message | BibleTalk.tv, diakses April 27, 2025, https://bibletalk.tv/media-in-ministry
- How much of a role should media have in worship services? | GotQuestions.org, diakses April 27, 2025, https://www.gotquestions.org/media-in-worship.html
- The Power of Media Ministry in the Church: Transforming Outreach and Worship – Kingdom Web Services, diakses April 27, 2025, https://kingdomwebservices.com/the-power-of-media-ministry-in-the-church-transforming-outreach-and-worship/
- 5 Ways To Use Social Media To The Glory of God – Servants of Grace, diakses April 27, 2025, https://servantsofgrace.org/5-ways-to-use-social-media-to-the-glory-of-god/
- Social Media Engagement that Glorifies God – SBC Voices, diakses April 27, 2025, https://sbcvoices.com/social-media-engagement-that-glorifies-god/
- The power of social media – Stronger Network, diakses April 27, 2025, https://www.strongernetwork.com/digital/the-power-of-social-media
- The Power of Media as a Tool for Ministry and Justice – Biola University, diakses April 27, 2025, https://www.biola.edu/blogs/good-book-blog/2020/the-power-of-media-as-a-tool-for-ministry-and-justice
- The Kingdom of God In an Alien Digital World – Vibrant Faith, diakses April 27, 2025, https://vibrantfaith.org/the-kingdom-of-god-in-an-alien-digital-world/
- Christian News in the Digital Age: Embracing Technology for God’s Kingdom, diakses April 27, 2025, https://www.christiannewsmo.com/Christian_News_in_the_Digital_Age_Embracing_Technology_for_s/125.htm
- The Role of Journalists in A Digital Age: Strategy and Structure for Online News Production, diakses April 27, 2025, https://isoj.org/wp-content/uploads/2018/01/Arne.pdf
- The Holy Responsibility of Journalism – Lausanne Movement, diakses April 27, 2025, https://lausanne.org/global-analysis/the-holy-responsibility-of-journalism
- Press Freedom and Democracy in Indonesia: Is the Constitution Still on Their Side?, diakses April 27, 2025, https://moderndiplomacy.eu/2025/03/26/press-freedom-and-democracy-in-indonesia-is-the-constitution-still-on-their-side/
- Christians Must Be Truthful | Crossway Articles, diakses April 27, 2025, https://www.crossway.org/articles/christians-must-be-truthful/
- 25 Integrity Bible Verse – Ministry Brands, diakses April 27, 2025, https://www.ministrybrands.com/church-management/integrity-in-the-bible
- Christian journalists: seeking and reporting the Truth – New Epistles – WordPress.com, diakses April 27, 2025, https://newepistles.wordpress.com/2022/03/18/christian-journalists-seeking-and-reporting-the-truth/
- The Power of Sharing Our Story – MyLifetree, diakses April 27, 2025, https://www.mylifetree.com/the-power-of-sharing-our-story/
- 27 Scriptures about Sharing Your Testimony (And Why You Should Care) – Reliant Creative, diakses April 27, 2025, https://reliantcreative.org/27-scriptures-about-sharing-your-testimony/
- Embracing the Shift: Christianity, Media, and the Church’s Opportunity to Transform Lives in a Digital Era – Layne McDonald, diakses April 27, 2025, https://www.laynemcdonald.com/news/embracing-the-shift-christianity-media-and-the-churchs-opportunity-to-transform-lives-in-a-digital-era
- Practicing Faith: Proclaim the Good News of God in Christ through Word and Deed | September 24, 2023 – Pastor Daniel Flucke, diakses April 27, 2025, https://danielflucke.com/proclaim-word-deed/
- To Preach Good News to the Poor | Getting Started – WordPress.com, diakses April 27, 2025, https://getstarted.wordpress.com/2019/02/05/to-preach-good-news-to-the-poor/
- Media and Christian Theology – Peter Horsfield ~ Research and Writings, diakses April 27, 2025, https://peterhorsfield.com/about/media-and-theology/
- Digital News Journalism and the Christian Worldview: Finding Alignment in Reporting, diakses April 27, 2025, https://www.christiannewsmo.com/Digital_News_Journalism_and_the_Christian_Worldview_Findin_s/131.htm
- Faith-Based Journalism: Delivering Factual News to Christians – Elevated Magazines, diakses April 27, 2025, https://www.elevatedmagazines.com/single-post/faith-based-journalism-delivering-factual-news-to-christians
- The Case For Christ: Journalist Lee Strobel’s Personal Journey – Hope 103.2, diakses April 27, 2025, https://hope1032.com.au/guests-and-artists/case-christ-journalist-lee-strobel-personal-journey/
- The Future of Christian Journalism: Adapting to Change with Digital News Platforms, diakses April 27, 2025, https://www.christiannewsmo.com/category-s/116.htm
- Indonesia’s Social Media Usage Law Might Not Protect Children | FULCRUM, diakses April 27, 2025, https://fulcrum.sg/indonesias-social-media-usage-law-might-not-protect-children/
- How to safely go off the record with a reporter – PR Daily, diakses April 27, 2025, https://www.prdaily.com/how-to-go-safely-go-off-the-record-with-a-reporter/
- When to Go Off the Record | INK Co. – Communications Tips, diakses April 27, 2025, https://ink-co.com/insights/on-the-record-communication/
- Should journalists be transparent about their religion? – Center for Journalism Ethics, diakses April 27, 2025, https://ethics.journalism.wisc.edu/2019/02/07/should-journalists-be-transparent-about-their-religion/
- How to Write Like a Journalist (12 Tips) – Omniscient Digital, diakses April 27, 2025, https://beomniscient.com/blog/how-to-write-like-a-journalist/
- News Writing Fundamentals – The Writing Center – George Mason University, diakses April 27, 2025, https://writingcenter.gmu.edu/writing-resources/different-genres/news-writing-fundamentals
- Journalistic Writing Style Part 1, diakses April 27, 2025, https://www.regent.edu/wp-content/uploads/2023/07/Regent-Writing-Resources-Style-Journalistic-Writing-Style-Part-1.pdf
- What is Newsworthy? | Office of Strategic Marketing and Communications | University of Nebraska Omaha, diakses April 27, 2025, https://www.unomaha.edu/office-of-strategic-marketing-and-communications/public-relations/what-is-newsworthy.php
- The Eight Values That Will Make Your Content ‘Newsworthy’ – Digital Third Coast, diakses April 27, 2025, https://www.digitalthirdcoast.com/blog/values-content-newsworthy
- Uncovering the 5W1H Method: A Comprehensive Guide – Candor, diakses April 27, 2025, https://www.joincandor.com/blog/posts/uncovering-the-5w1h-method-a-comprehensive-guide
- The 5 Ws (and an H) of Journalism – ThoughtCo, diakses April 27, 2025, https://www.thoughtco.com/journalists-questions-5-ws-and-h-1691205
- Indonesia’s Religious Freedom Landscape – Talk About: Law and Religion, diakses April 27, 2025, https://talkabout.iclrs.org/2025/02/19/indonesias-religious-freedom-landscape/
- 2021 Report on international religious freedom: Indonesia – State Department, diakses April 27, 2025, https://www.state.gov/reports/2021-report-on-international-religious-freedom/indonesia/
- 18 Foolproof Headline Writing Tips You Should Know | Hellobar, diakses April 27, 2025, https://www.hellobar.com/blog/techniques-for-writing-headlines/
- The Art and Science of Headline Writing – Purdue Brand Studio, diakses April 27, 2025, https://marcom.purdue.edu/?tips-of-the-week=the-art-and-science-of-headline-writing
- Indonesia stands committed to Ni controls: Ni Indonesia | Latest Market News – Argus Media, diakses April 27, 2025, https://www.argusmedia.com/en/news-and-insights/latest-market-news/2680889-indonesia-stands-committed-to-ni-controls-ni-indonesia
- Indonesia news – Today’s latest updates – Page 2, diakses April 27, 2025, https://www.cbsnews.com/tag/indonesia/2/
- Lead writing and types of leads | Intro to Journalism Class Notes – Fiveable, diakses April 27, 2025, https://library.fiveable.me/introduction-journalism/unit-7/lead-writing-types-leads/study-guide/Ghyqb1kyJ86nEp6H
diakses Januari 1, 1970, https://wartagereja.co.id/2025/04/26/buku-panduan-praktis-membuat-khotbah-yang-berdampak/