Mendiagnosa “Dosa Digital” Melalui Sepuluh Perintah Tuhan (Dekalog)

Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si.

Teologi.digital – Jakarta, Perkembangan teknologi telah menciptakan era digital yang mengubah tatanan kehidupan manusia secara fundamental, ditandai oleh peningkatan kecepatan dan aliran pengetahuan yang meresap ke dalam ekonomi dan kehidupan bermasyarakat. Teknologi kini berasimilasi sepenuhnya dalam kehidupan sehari-hari, mentransformasi cara manusia berinteraksi, belajar, dan mencari informasi.

Bagi gereja, pergeseran ini menghadirkan lanskap baru yang disruptif, di mana pertemuan fisik tidak lagi menjadi satu-satunya bentuk ibadah atau komunitas. Gereja-gereja di seluruh dunia telah merespons dengan mengadopsi platform media sosial untuk berbagai aktivitas sehari-hari, termasuk penyebaran Injil dan pelayanan.

Pergeseran ini bukan sekadar perubahan metode, melainkan redefinisi mendasar terhadap pengalaman spiritual komunal, di mana ruang sakral dan konsep komunitas meluas ke ranah digital. Transformasi ini memunculkan pertanyaan teologis mendalam tentang “kehadiran” dan “persekutuan” di dunia maya, serta potensi komodifikasi ibadah.

Selain itu, media sosial telah mengubah dan menantang pemahaman dasar tentang kebenaran dan iman. Informasi, termasuk disinformasi dan berita palsu, menyebar dengan sangat cepat dan luas di platform digital. Dalam “pasar ide” yang kompetitif ini, gereja dan para pemimpinnya menghadapi tantangan signifikan dalam mempertahankan otoritas mereka sebagai sumber informasi keagamaan yang dapat dipercaya.

Dalam konteks ini, Sepuluh Perintah Allah, atau Dekalog, menjadi sangat relevan sebagai fondasi bagi integritas komunikasi digital dan pedoman moral serta iman. Dekalog adalah inti dari Perjanjian Musa, yang diterima oleh Musa di Gunung Sinai dalam dua loh batu, berfungsi sebagai fondasi moral dan etika yang abadi bagi umat beriman.

Artikel ini bertujuan untuk mendiagnosa konsep “dosa digital” dan memahami bagaimana Dekalog dapat menjadi kompas yang sangat dibutuhkan di era digital, membimbing umat Kristen untuk membuat pilihan etis yang konsisten, bahkan ketika dihadapkan pada tekanan sosial atau anonimitas daring.

Apa Itu Dekalog?

Sepuluh Perintah Allah, yang juga dikenal sebagai Dekalog (dari bahasa Yunani deka logoi yang berarti “sepuluh firman”), merupakan inti dari Perjanjian Musa, diterima oleh Musa di Gunung Sinai dalam bentuk dua loh batu. Perintah-perintah ini bersifat apodiktif, yaitu perintah dan larangan tanpa syarat, yang secara mendalam mengungkapkan kasih antara Allah dan umat-Nya, serta kasih antar sesama umat Allah.

Penting untuk dicatat bahwa Dekalog diawali dengan perkenalan diri Allah sebagai TUHAN yang telah membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Pernyataan ini menegaskan hak Allah untuk menentukan tatanan hidup bagi umat-Nya. Konteks historis ini sangat signifikan: hukum diberikan setelah tindakan penyelamatan Allah, bukan sebagai prasyarat untuknya. Ini menunjukkan bahwa ketaatan bukan merupakan syarat untuk mendapatkan kasih Allah atau keselamatan, melainkan sebuah respons terhadap kasih karunia dan kebebasan yang telah diberikan-Nya.

Secara tradisional, Dekalog dibagi menjadi dua bagian utama: perintah pertama hingga keempat mengatur hubungan manusia dengan Allah (dimensi vertikal), sementara perintah kelima hingga kesepuluh mengatur hubungan manusia dengan sesama (dimensi horizontal). Pembagian ini secara intrinsik mencerminkan prinsip kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama sebagai inti dari seluruh hukum Taurat, sebagaimana diajarkan oleh Yesus Kristus.

Apa Itu Dosa Digital?

Dosa digital dapat didefinisikan sebagai pelanggaran terhadap prinsip-prinsip moral dan etika Kristen yang terjadi di ranah digital, baik melalui penggunaan teknologi, interaksi daring, maupun konten yang disajikan. Dosa digital mencakup berbagai tindakan yang, meskipun tidak selalu memiliki konsekuensi fisik langsung, dapat merusak martabat individu, merusak hubungan, menyebarkan kebohongan, atau mengalihkan fokus dari Tuhan.

Bagaimana Memahami “Dosa Digital” pada Peradaban Digital Melalui Dekalog?

Sepuluh Perintah Allah, sebagai fondasi moral dan iman yang abadi, memberikan kerangka kerja yang relevan untuk mendiagnosa dan memahami “dosa digital” di peradaban modern. Relevansinya terletak pada sifatnya yang mencerminkan karakter Allah yang tidak berubah dan kekal. Ini menjadikan Dekalog sebagai kompas yang membimbing umat Kristen untuk membuat pilihan etis yang konsisten, bahkan ketika dihadapkan pada tekanan sosial atau anonimitas daring.

Berikut adalah bagaimana setiap perintah Dekalog dapat diaplikasikan untuk mendiagnosa dosa digital:

A. Perintah Pertama: Jangan Ada Allah Lain di Hadapan-Ku (Monoteisme Digital)

Perintah pertama menekankan monoteisme Kristen, melarang penyembahan berhala atau dewa lain selain Allah yang Esa. Di era digital, konsep berhala meluas melampaui patung fisik menjadi objek atau nilai-nilai duniawi yang dimutlakkan dan didewakan.

  • Dosa Digital: Kecanduan teknologi dan media sosial adalah salah satu ciri berhala modern, di mana individu menghabiskan waktu berlebihan di depan layar, mengabaikan doa, kebaktian, atau interaksi keluarga dan komunitas. Ketika teknologi dianggap mampu menjelaskan semua masalah hidup dan memenuhi harapan manusia, ia dapat didewakan, menghilangkan kebutuhan akan Tuhan. Keterikatan berlebihan pada benda material dan obsesi dengan status atau kekuasaan di dunia digital juga merupakan manifestasi berhala modern.
  • Relevansi Teologi Digital: Gereja harus mengajarkan umat untuk memposisikan diri sebagai “pengguna” teknologi yang bertanggung jawab, bukan “penyembah”nya, memanfaatkan teknologi untuk kemuliaan Allah dan penyebaran Injil.

B. Perintah Kedua: Jangan Menyebut Nama Tuhan dengan Sembarangan (Integritas Digital)

Perintah kedua menuntut penghormatan terhadap nama Allah, mengajarkan pentingnya menghargai sifat suci dan kuasa-Nya dalam segala hal yang dilakukan. Nama Allah adalah kudus dan tidak boleh digunakan untuk tujuan yang sia-sia atau tidak hormat.

  • Dosa Digital: Menggunakan nama Tuhan untuk membenarkan ujaran kebencian daring (hate speech) atau tindakan jahat adalah pelanggaran serius terhadap perintah ini. Ujaran kebencian dapat menyebabkan kerugian signifikan bagi individu dan komunitas.
  • Relevansi Teologi Digital: Gereja harus mempromosikan literasi digital dan pemikiran kritis untuk membantu umat mengidentifikasi dan melawan ujaran kebencian, serta mengajarkan empati dan rasa hormat terhadap orang lain di ranah digital.

C. Perintah Ketiga: Kuduskanlah Hari Sabat (Konektivitas Tanpa Henti dan Hari Sabat Digital)

Perintah ini menetapkan hari Sabat sebagai hari perhentian dan penyembahan yang kudus, mengajarkan pentingnya mengalokasikan waktu untuk beristirahat dan mengalami kehadiran Allah dalam ibadah.

  • Dosa Digital: “Konektivitas tanpa henti” (always-on connectivity) di era digital mengaburkan batas antara pekerjaan dan istirahat, serta kehidupan pribadi dan publik. Platform digital sering dirancang untuk membuat pengguna tetap terlibat, menyebabkan kecanduan teknologi dan media sosial, mengganggu pola tidur, dan mengurangi waktu untuk interaksi tatap muka serta kegiatan spiritual.
  • Relevansi Teologi Digital: Gereja perlu mengajarkan konsep “Sabat digital” atau “detoks digital” sebagai cara untuk menguduskan waktu di tengah hiruk pikuk daring, dengan menetapkan batasan yang disengaja dalam penggunaan teknologi untuk memberi ruang bagi istirahat, refleksi, dan penyembahan.

D. Perintah Keempat: Hormatilah Orang Tuamu (Hubungan Keluarga di Era Digital)

Perintah ini menekankan kewajiban anak untuk menghormati orang tua mereka, sebuah nilai fundamental dalam ajaran Kristen yang menekankan pentingnya hubungan keluarga dan penghormatan terhadap otoritas yang ditetapkan oleh Allah.

  • Dosa Digital: Kehadiran teknologi yang terus-menerus dalam kehidupan anak-anak dapat menginvasi banyak fase perkembangan yang seharusnya dicapai secara alami. Anak-anak mungkin mengabaikan bimbingan orang tua dalam penggunaan teknologi, atau terlibat dalam perilaku daring yang tidak pantas yang dapat mencoreng nama baik keluarga.
  • Relevansi Teologi Digital: Menghormati orang tua di era digital berarti anak-anak perlu memahami peran orang tua dalam membimbing penggunaan teknologi yang bijaksana. Gereja dapat mendukung keluarga dengan menyediakan pendidikan agama Kristen yang relevan, membantu remaja menghadapi tantangan moral daring, dan membentuk karakter yang kuat berdasarkan nilai-nilai Kristen.

E. Perintah Kelima: Jangan Membunuh (Kekerasan Daring dan Etika Kehidupan)

Perintah “Jangan membunuh” melarang pengambilan nyawa manusia yang tidak sah dan tidak disengaja, menegaskan pentingnya menghormati kehidupan yang diberikan oleh Allah.

  • Dosa Digital: Di era digital, perintah ini meluas untuk mencakup berbagai bentuk “kekerasan” yang tidak secara fisik mengambil nyawa, namun merusak martabat, kesehatan mental, atau reputasi seseorang. Cyberbullying adalah manifestasi kekerasan daring yang dapat memiliki dampak psikologis dan emosional yang parah, bahkan mendorong korban untuk menyakiti diri sendiri atau bunuh diri. Penyebaran konten kekerasan atau pornografi secara daring juga melanggar prinsip menghormati kehidupan dan martabat manusia.
  • Relevansi Teologi Digital: Gereja harus mengajarkan bahwa perintah ini mencakup perlindungan kehidupan dalam segala bentuknya, termasuk kesejahteraan mental dan emosional di ruang digital, melarang ujaran kebencian, ancaman, dan perilaku merendahkan lainnya secara daring.

F. Perintah Keenam: Jangan Berzinah (Kesetiaan dan Kemurnian Digital)

Perintah “Jangan berzinah” menekankan pentingnya kesetiaan dalam pernikahan dan larangan terhadap perzinahan. Yesus bahkan memperdalam perintah ini dengan menyatakan bahwa keinginan nafsu dalam hati sudah merupakan perzinahan (Matius 5:28).

  • Dosa Digital: Pornografi, yang disajikan secara vulgar melalui internet, mudah diakses kapan saja, berkontribusi pada pembentukan pikiran dan keinginan yang tidak murni. Paparan konten semacam ini dapat menyebabkan individu jatuh ke dalam dosa perzinahan dalam hati atau pikiran mereka. Selain itu, perselingkuhan daring (online infidelity) melalui aplikasi kencan, media sosial, atau platform komunikasi lainnya, juga merupakan pelanggaran terhadap kesetiaan pernikahan.
  • Relevansi Teologi Digital: Gereja harus menekankan pentingnya menjaga kekudusan hidup dan kesetiaan iman di tengah godaan digital. Pendidikan seksual yang sehat dan berbasis Alkitab, serta bimbingan tentang penggunaan media digital yang bertanggung jawab, sangat dibutuhkan.

G. Perintah Ketujuh: Jangan Mencuri (Pencurian Digital dan Hak Kekayaan Intelektual)

Perintah “Jangan mencuri” menekankan pentingnya kejujuran dan integritas dalam kehidupan Kristen, menuntut umat beriman untuk menghormati kepemilikan orang lain.

  • Dosa Digital: Pencurian identitas digital adalah tindakan di mana seseorang mencuri dan menggunakan informasi pribadi orang lain untuk melakukan penipuan atau aktivitas ilegal. Pelanggaran hak kekayaan intelektual (HKI), seperti pembajakan perangkat lunak, musik, film, dan konten digital lainnya, juga merupakan bentuk pencurian digital.
  • Relevansi Teologi Digital: Gereja perlu mengajarkan umat tentang etika digital yang mencakup penghormatan terhadap HKI, penggunaan data pribadi yang bertanggung jawab, dan perlindungan identitas digital. Prinsip kejujuran dan integritas harus diterapkan secara konsisten dalam semua transaksi dan interaksi daring.

H. Perintah Kedelapan: Jangan Bersaksi Dusta (Misinformasi dan Integritas Komunikasi)

Perintah “Jangan bersaksi dusta” menuntut kejujuran dalam kesaksian dan komunikasi, mengajarkan pentingnya integritas dan menjauhi kebohongan. Alkitab tidak membuat pembedaan antara “dusta putih” dan “dusta hitam”; semua kebohongan adalah dosa.

  • Dosa Digital: Penyebaran misinformasi dan berita palsu (hoaks) menjadi masalah serius yang dapat merusak reputasi, memecah belah masyarakat, dan bahkan memicu kekerasan. Media sosial menjadi platform yang sangat efektif untuk penyebaran hoaks karena kecepatan dan jangkauannya yang luas. Prinsip ini juga berlaku untuk “citra diri” yang disajikan di media sosial, di mana banyak orang cenderung menampilkan versi ideal dari diri mereka, yang dapat menyebabkan narsisme dan perbandingan sosial yang tidak sehat.
  • Relevansi Teologi Digital: Gereja harus secara aktif melawan fenomena ini dengan mengajarkan literasi digital dan pemikiran kritis kepada jemaatnya. Umat Kristen dipanggil untuk memverifikasi informasi sebelum membagikannya, menghindari gosip dan fitnah, serta berbicara kebenaran dengan kasih. Integritas komunikasi di dunia digital berarti setiap perkataan dan tindakan daring harus mencerminkan karakter Kristus.

I. Perintah Kesembilan dan Kesepuluh: Jangan Mengingini Milik Orang Lain (Konsumerisme Digital dan Kecemburuan)

Perintah “Jangan mengingini milik orang lain” melarang sikap iri hati terhadap harta atau keberhasilan orang lain, menekankan pentingnya bersyukur atas apa yang dimiliki dan menghindari hasrat yang tidak sehat. Tradisi Katolik memisahkan perintah ini menjadi dua: “Jangan mengingini istri sesamamu” (Perintah Kesembilan) dan “Jangan mengingini milik sesamamu secara tidak adil” (Perintah Kesepuluh), menunjukkan bahwa keinginan yang tidak sehat dapat berfokus pada hubungan (seksual) atau materi.

  • Dosa Digital: Di era digital, konsumerisme dan kecemburuan daring diperkuat oleh platform media sosial dan iklan yang terus-menerus menampilkan gaya hidup ideal, produk terbaru, dan “kehidupan sempurna” orang lain. Ini dapat memicu sifat-sifat manusia yang kurang menarik seperti ketamakan, agresi, dan egoisme. Kecemburuan daring (covetousness) adalah sikap hati yang terfokus pada hal-hal duniawi, yang menurut Paulus, “sama dengan penyembahan berhala” (Kolose 3:5).
  • Relevansi Teologi Digital: Gereja harus mengajarkan umat untuk mengembangkan rasa syukur dan kepuasan atas apa yang telah Allah berikan. Ini melibatkan penolakan terhadap budaya konsumerisme digital yang mendorong ketidakpuasan dan pengejaran materi tanpa akhir. Gereja dapat membimbing umat untuk menggunakan media sosial dengan bijaksana, membatasi paparan terhadap konten yang memicu kecemburuan, dan berfokus pada nilai-nilai spiritual yang lebih dalam daripada kepemilikan materi atau status daring.

V. Sepuluh Perintah Allah (Dekalog) sebagai Pedoman Penting Etika dan Moral Gereja dan Orang Kristen dalam Berinternet

Dekalog tetap menjadi fondasi moral dan iman yang tak tergantikan bagi gereja di era digital yang disruptif. Meskipun diberikan ribuan tahun yang lalu, prinsip-prinsipnya yang abadi mencerminkan karakter Allah yang kekal dan kudus, menjadikannya kompas etis yang stabil di tengah perubahan teknologi yang cepat dan relativisme nilai. Analisis ini menunjukkan bahwa Dekalog tidak hanya relevan, tetapi juga esensial untuk membimbing umat Kristen dalam menavigasi kompleksitas dunia digital.

Pelanggaran terhadap sesama (dimensi horizontal) seringkali merupakan cerminan dari kegagalan dalam hubungan dengan Allah (dimensi vertikal), dan sebaliknya. Di era digital, di mana interaksi seringkali tidak langsung dan bahkan anonim, sangat mudah untuk mengabaikan dampak tindakan seseorang terhadap orang lain. Menekankan bahwa setiap tindakan daring (horizontal) adalah juga cerminan dari hubungan seseorang dengan Allah (vertikal) dapat mendorong tanggung jawab moral yang lebih dalam dan mencegah perilaku negatif seperti ujaran kebencian, penipuan digital, atau penyebaran misinformasi. Hal ini menggarisbawahi bahwa etika digital adalah bagian integral dari spiritualitas Kristen, bukan sekadar seperangkat aturan tambahan.

Relevansinya dengan Teologi Digital:

Penyempurnaan Dekalog oleh Yesus Kristus menjadi hukum kasih adalah kunci untuk aplikasi yang transformatif di era digital. Kasih bukan sekadar aturan tambahan, melainkan “algoritma” yang mengarahkan setiap interaksi daring, mendorong empati, pengampunan, dan pembangunan kedamaian bahkan di ruang digital yang paling antagonis. Roh Kudus memampukan umat untuk hidup sesuai ketetapan dan peraturan Allah, menjadikan kuk yang dikenakan enak dan beban ringan. Roh Kudus adalah daya penggerak untuk mewujudkan kasih ini, memungkinkan umat untuk melampaui kemampuan alami mereka dalam berinteraksi secara etis daring.

Gereja memiliki peran krusial dalam mendidik umatnya tentang etika digital ini, yang melibatkan:

  • Pendidikan Literasi Digital: Membekali jemaat dengan kemampuan untuk memilah informasi, mengenali disinformasi, dan berpikir kritis.
  • Pembentukan Karakter Digital: Mengajarkan otentisitas, kerendahan hati, dan tanggung jawab dalam representasi diri dan interaksi daring.
  • Penetapan Batasan Sehat: Mendorong praktik “Sabat digital” dan manajemen waktu yang bijaksana untuk menyeimbangkan kehidupan daring dan luring.
  • Penekanan pada Kasih: Mengajarkan kasih sebagai motivasi utama di balik setiap tindakan daring, mengubah interaksi digital menjadi ekspresi spiritualitas Kristen.
  • Kolaborasi Antardisiplin: Mengintegrasikan teologi, filsafat, dan pemikiran teknologi untuk menghasilkan panduan yang komprehensif dan relevan.

Kesimpulan

Dekalog, yang berakar pada karakter Allah yang kekal dan kudus, menyediakan fondasi moral yang tak tergoyahkan bagi gereja di era digital. Dosa digital, dalam berbagai manifestasinya—mulai dari penyembahan teknologi, ujaran kebencian, kecanduan konektivitas, hingga pencurian digital dan kecemburuan daring—dapat didiagnosa dan ditangani melalui prinsip-prinsip yang terkandung dalam Sepuluh Perintah Allah. Dengan memahami Dekalog sebagai “kabar baik” yang Allah berikan untuk dilaksanakan, umat Kristen didorong untuk melihat kepatuhan bukan sebagai beban, melainkan sebagai jalan menuju kehidupan yang selaras dengan kehendak ilahi dan demi kebaikan diri sendiri.

Melalui penyempurnaan Dekalog oleh Yesus Kristus menjadi hukum kasih, etika digital Kristen melampaui kepatuhan lahiriah, menuntut “kasih yang tidak berkesudahan” sebagai motivasi utama di balik setiap tindakan daring. Gereja, dengan peran edukatifnya dalam literasi digital, pembentukan karakter, penetapan batasan sehat, penekanan pada kasih, dan kolaborasi antardisiplin, dapat membimbing umatnya untuk tidak hanya bereaksi terhadap disrupsi digital, tetapi juga proaktif dalam membentuk budaya digital yang bertanggung jawab dan etis. Dengan menjadikan Dekalog sebagai fondasi moral dan iman, gereja dapat menjadi terang yang memimpin umatnya untuk hidup secara etis, otentik, dan transformatif di lanskap teknologi yang terus berkembang.

Karya yang dikutip

  1. (PDF) Peran Orang Tua di Era Digital – ResearchGate, diakses Juni 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/346169176_Peran_Orang_Tua_di_Era_Digital
  2. Strategi Keterlibatan Orang Tua dalam Pendidikan Anak di Era Digital, diakses Juni 8, 2025, https://journal.aripafi.or.id/index.php/jbpakk/article/download/551/843/3093
  3. MISI GEREJA DI ERA DIGITAL: PEMANFAATAN TEKNOLOGI …, diakses Juni 8, 2025, https://jkm.my.id/index.php/komunikasi/article/view/14
  4. USE OF SOCIAL MEDIA BY LEADERS OF CHARISMATIC CHURCHES IN GHANA – UNL Digital Commons, diakses Juni 8, 2025, https://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=10102&context=libphilprac
  5. TINJAUAN TEOLOGIS: DIGITALISASI DAN … – tentang jurnal, diakses Juni 8, 2025, https://humanisa.my.id/index.php/hms/article/download/287/342
  6. Jason Thacker (ed.), The digital public square: Christian ethics in a technological society, diakses Juni 8, 2025, https://philpapers.org/rec/THATDP
  7. The Ethics of Hate Speech in Digital Communication – Number Analytics, diakses Juni 8, 2025, https://www.numberanalytics.com/blog/ethics-hate-speech-digital-communication
  8. Kebaktian – Golgotha Ministry, diakses Juni 8, 2025, https://golgothaministry.org/fk/fk_27.htm
  9. Social Media and Church Communication The role of modern technology in transformation of church interactions – DUO, diakses Juni 8, 2025, https://www.duo.uio.no/bitstream/handle/10852/69125/1/CONT-4602-MASTER-THESIS-CAND–NO-114002.pdf
  10. Menyikapi Tantangan Pendidikan Agama … – STAK DIASPORA, diakses Juni 8, 2025, https://e-journal.stakdiaspora.ac.id/index.php/JAK/article/download/171/pdf
  11. Mempelajari Makna Teologis Sepuluh Perintah Allah bagi Umat Kristen (Keluaran 20:1-17) – Journal of Education Research, diakses Juni 8, 2025, https://jer.or.id/index.php/jer/article/download/1896/1037/8866
  12. Mengenal Hukum Taurat 1-10 Kristen Protestan sebagai Perintah …, diakses Juni 8, 2025, https://m.kumparan.com/berita-terkini/mengenal-hukum-taurat-1-10-kristen-protestan-sebagai-perintah-allah-22TxoB6I8nK
  13. DEKALOG DAN PERJANJIAN YANG BARU (UL. 5:6-21; KEL. 20:1-17, diakses Juni 8, 2025, https://journal.driyarkara.ac.id/index.php/diskursus/article/download/314/248/
  14. 10 Hukum Taurat, Perintah Allah Kepada Manusia | kumparan.com, diakses Juni 8, 2025, https://kumparan.com/berita-hari-ini/10-hukum-taurat-perintah-allah-kepada-manusia-1v6ZXzVdc7t
  15. (PDF) Aspek Teologis dan Aplikatif Dasa Titah – ResearchGate, diakses Juni 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/340737395_Aspek_Teologis_dan_Aplikatif_Dasa_Titah
  16. Merdeka dari Penyembahan Berhala – Elohim Ministry, diakses Juni 8, 2025, https://elohim.id/merdeka-dari-penyembahan-berhala/
  17. Injil dan hukum Taurat (1) – GBI Danau Bogor Raya, diakses Juni 8, 2025, https://dbr.gbi-bogor.org/wiki/Article:20241208/RK
  18. Telaah buku “Antara Al-Ghazali dan Kant: Filsafat Etika Islam” – ejournal UIN Raden Intan Lampung, diakses Juni 8, 2025, https://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/ijitp/article/view/22100/7111
  19. Intip 10 Perintah Allah yang Wajib Kamu Ketahui, diakses Juni 8, 2025, https://jurnal.universitaskebangsaan.ac.id/10-perintah-allah/
  20. Peran Roh Kudus dalam Penginjilan Virtual di Era Digital, diakses Juni 8, 2025, https://e-journal.sttharvestsemarang.ac.id/index.php/harvester/article/download/220/pdf
  21. PESAN-PESAN MORAL DALAM ALQURAN, diakses Juni 8, 2025, http://repository.uinsu.ac.id/14861/1/BUKU-PESAN2%20MORAL%20DALAM%20AL-QURAN%20FINAL.pdf
  22. Sepuluh Perintah Allah | PDF | Filsafat – Scribd, diakses Juni 8, 2025, https://id.scribd.com/doc/111807672/Sepuluh-Perintah-Allah
  23. Sepuluh Perintah Allah (Kel. 20:1-17) | Keuskupan Agung Jakarta, diakses Juni 8, 2025, https://www.kaj.or.id/dokumen/pokok-pokok-iman/sepuluh-perintah-allah-kel-201-17
  24. Mengapa Ada Perbedaan 10 Perintah Allah: Versi Katolik dan Versi …, diakses Juni 8, 2025, https://katolisitas.org/mengapa-ada-perbedaan-10-perintah-allah-versi-katolik-dan-versi-non-katolik/
  25. 3 Ways to Number the Ten Commandments (& Which Is Right), diakses Juni 8, 2025, https://www.logos.com/grow/hall-number-ten-commandments/
  26. 10 Perintah Allah untuk Manusia yang Wajib Diketahui Umat Katolik – detikcom, diakses Juni 8, 2025, https://www.detik.com/jogja/berita/d-7521906/10-perintah-allah-untuk-manusia-yang-wajib-diketahui-umat-katolik
  27. 2808-5418 – PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM MEMBENTUK …, diakses Juni 8, 2025, https://www.adisampublisher.org/index.php/edu/article/download/1022/1065/2034
  28. Sepuluh Perintah Allah – Dari Kitab Suci sampai Tradisi — WKICU …, diakses Juni 8, 2025, https://www.wkicu.org/bulletin/sharing-dari-romo/2020/6/6/sepuluh-perintah-allah
  29. The Truth About Tongues: What Most Churches Aren’t Telling You – Charisma Magazine, diakses Juni 8, 2025, https://mycharisma.com/spiritled-living/the-truth-about-tongues-what-most-churches-arent-telling-you/
  30. 1 Korintus 13:8-13 TB – Bible.com, diakses Juni 8, 2025, https://www.bible.com/id/bible/306/1CO.13.8-13.TB
  31. A Christian Code of Ethics for Using Social Media – The Anglican Church in North America, diakses Juni 8, 2025, https://anglicanchurch.net/a-christian-code-of-ethics-for-using-social-media/
  32. Beyond the Language: Sebuah Studi Analisis Dan Komparasi antara Konsep Bahasa Roh dalam Teologi Pentakosta dengan Konsep Rede dalam Filsafat Martin Heidegger | Layantara | DUNAMIS, diakses Juni 8, 2025, https://sttintheos.ac.id/e-journal/index.php/dunamis/article/view/207
  33. Identitas Digital: Jenis, Ancaman, dan Cara Melindunginya, diakses Juni 8, 2025, https://digitalcitizenship.id/pengetahuan-dasar/identitas-digital
  34. 3 Ciri Berhala Modern, Adakah di Hidup Kita? – Gereja GKDI – gkdi.org, diakses Juni 8, 2025, https://gkdi.org/blog/berhala-modern/
  35. Slow to Speak: Biblical Wisdom for Social Media, diakses Juni 8, 2025, https://wm.wts.edu/read/slow-to-speak-biblical-wisdom-for-social-media
  36. Dekalog 10 Perintah Allah | PDF – Scribd, diakses Juni 8, 2025, https://id.scribd.com/doc/285221380/Dekalog-10-Perintah-Allah
  37. EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN Penggunaan Teknologi …, diakses Juni 8, 2025, https://edukatif.org/edukatif/article/download/2883/pdf
  38. 1 BAB II LANDASAN TEORI A. Teknologi, Teologi dan Ibadah 1 …, diakses Juni 8, 2025, http://digilib-iakntoraja.ac.id/2363/5/adheline_bab_2.pdf
  39. Artikel Penuntun – BERKATA-KATA DENGAN BAHASA ROH – Alkitab SABDA, diakses Juni 8, 2025, https://alkitab.sabda.org/article.php?id=8450
  40. Gereja Menyikapi Arus Globalisasi Digital – Jurnal STT Iman Jakarta, diakses Juni 8, 2025, https://e-journal.sttiman.ac.id/index.php/efata/article/download/54/41
  41. Thou Shalt Not Kill? – Christ Reformed Church of Alexandria, diakses Juni 8, 2025, https://crcalexandria.org/thou-shalt-not-kill/
  42. Q69. What is forbidden in the sixth commandment? – The Reformed Classicalist, diakses Juni 8, 2025, https://www.reformedclassicalist.com/home/q-69-what-is-forbidden-in-the-sixth-commandment
  43. Islam Melindungi Perempuan dari Kekerasan Seksual – Jurusan Informatika – Fakultas Teknologi Industri, diakses Juni 8, 2025, https://informatics.uii.ac.id/2021/12/17/islam-melindungi-perempuan-dari-kekerasan-seksual/
  44. AYAT-AYAT ANTI KEKERASAN DALAM SEPULUH PERINTAH …, diakses Juni 8, 2025, https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/el-umdah/article/download/3709/1818
  45. (PDF) Jangan Berzinah (Hukum yang tak pernah lekang oleh waktu), diakses Juni 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/337591557_Jangan_Berzinah_Hukum_yang_tak_pernah_lekang_oleh_waktu
  46. Bagaimana Pencurian Identitas Terjadi di Dunia Digital? – UTI-TTIS, diakses Juni 8, 2025, https://csirt.teknokrat.ac.id/bagaimana-pencurian-identitas-terjadi-di-dunia-digital/
  47. SQL Injection: Mencuri Data dengan Menginjeksi Kode Berbahaya – PuskoMedia Indonesia, diakses Juni 8, 2025, https://www.puskomedia.id/blog/sql-injection-mencuri-data-dengan-menginjeksi-kode-berbahaya/
  48. Discovering Our True Identity – Institute for Faith and Learning, diakses Juni 8, 2025, https://ifl.web.baylor.edu/sites/g/files/ecbvkj771/files/2022-11/consumerismarticlemedley.pdf
  49. Have You Ever Noticed that “Love It” Rhymes with Covet? – Church Bulletin Inserts, diakses Juni 8, 2025, https://bulletininserts.org/have-you-ever-noticed-that-love-it-rhymes-with-covet/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!