Agama sebagai Simbol Kelompok dan Potensi AI dalam Memahami dan Mempromosikan Pluralisme

Penulis:

Dharma Leksana, S.Th., M.Si.

Penerbit:

(PWGI.ORG)

Tahun:

2025


Menakar Ulang Fungsi Agama di Era AI

Buku ini adalah karya kontemporer yang menyatukan ketajaman refleksi sosiologis, kedalaman teologis, dan wawasan futuristik tentang kecerdasan buatan (AI) dalam satu narasi yang memukau. Dharma Leksana menuliskan sebuah karya penting yang tidak hanya mendiagnosis problem agama di abad ke-21, tetapi juga menawarkan harapan baru dalam wajah teknologi yang semakin otonom.

Dengan pendekatan interdisipliner yang kaya, buku ini menelusuri bagaimana agama, yang semula menjadi sumber etika publik, telah mengalami degradasi menjadi simbol identitas kelompok. Agama yang seharusnya menyatukan, justru sering dijadikan alat untuk membedakan “kami” dari “mereka.” Di sinilah letak keberanian intelektual buku ini: memetakan transformasi agama dari dalam, sekaligus menyodorkan AI sebagai peluang etis yang tak terduga.


Isi dan Kerangka Gagasan

Buku ini terbagi ke dalam 12 bab yang sistematis dan progresif, dimulai dari pembahasan teoretis tentang fungsi agama menurut Peter L. Berger dan Clifford Geertz, hingga peran etis AI menurut Luciano Floridi. Di bagian tengah, pembaca diajak menyelami kerusakan etika publik akibat politik identitas dan erosi fungsi moral agama — dilengkapi dengan studi kasus faktual seperti GKI Yasmin, Ahmadiyah, Syiah, dan Penghayat Kepercayaan.

Dalam bagian penutup, Dharma menyajikan argumen kuat bahwa pluralisme bukanlah sekadar semboyan ideologis, melainkan suatu etika publik yang harus diperjuangkan melalui rekonsiliasi antara spiritualitas esensial dan teknologi etis. Penulis juga menegaskan bahwa Bhinneka Tunggal Ika harus dihidupi bukan hanya dalam pidato, tetapi juga dalam kebijakan dan desain AI yang berkeadilan.


Keunggulan Buku:

  1. Multidisipliner dan Mendalam: Menggabungkan sosiologi agama (Berger, Geertz), filsafat etika (Rawls, Levinas), hingga teknologi dan etika digital (Floridi, Harari).
  2. Analisis Kontekstual Indonesia: Studi kasus intoleransi di Indonesia dikupas dengan data dan kerangka hukum yang komprehensif.
  3. Solusi Visioner: AI bukan dipandang sebagai ancaman agama, melainkan mitra untuk membangun dunia yang lebih plural dan manusiawi.
  4. Relevansi Kebijakan Publik: Penulis memberikan rekomendasi konkret untuk pendidikan, desain kebijakan AI, serta reformasi hukum agama.

Kutipan Populer untuk Promosi:

“Agama bukan musuh pluralisme, tapi ketika ia menjadi alat identitas kelompok, maka pluralisme mati pelan-pelan — dan AI, secara paradoks, justru membuka peluang untuk menyelamatkannya.”
Dharma Leksana, Agama sebagai Simbol Kelompok dan Potensi AI


Untuk Siapa Buku Ini Ditujukan?

  • Akademisi di bidang agama, filsafat, dan teknologi
  • Aktivis kebebasan beragama dan HAM
  • Pengambil kebijakan dan regulator AI
  • Pemimpin agama dan pendidik
  • Mahasiswa interdisipliner yang haus perspektif baru

Penutup

Buku ini wajib dibaca di tengah maraknya konflik identitas dan transformasi digital global. Bukan sekadar kritik, buku ini adalah seruan bijak: bahwa kita perlu spiritualitas yang lebih intim, agama yang lebih etis, dan AI yang lebih manusiawi.

BACA BUKU SILAKAN KLIK : https://online.fliphtml5.com/syony/ralp/

Download BUKU :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!