FRANKENSTEIN: ANTARA UTOPIA DAN DISTOPIA

✍️ Oleh Dharma Leksana, S.Th., M.Si.
📘 Penerbit: [PWGI.ORG]
🗓️ Tahun: 2025
📄 Tebal: ±50 halaman
🔍 Sinopsis Umum
Buku FRANKENSTEIN: Antara Utopia dan Distopia bukanlah sekadar reinterpretasi atas novel klasik karya Mary Shelley, melainkan sebuah karya reflektif interdisipliner yang mengaitkan antara dunia fiksi, teologi Kristen, dan etika teknologi digital masa kini. Dharma Leksana mengajak kita menyelami sisi terdalam dari narasi penciptaan dan tanggung jawab dalam konteks revolusi AI dan algoritma modern.
Buku ini mempersoalkan: Apakah kita sedang menciptakan ‘makhluk’ digital tanpa etika? Apakah kita akan menjadi seperti Victor Frankenstein yang menciptakan dan meninggalkan? Melalui eksplorasi teologis, filosofis, dan teknologi digital, penulis menawarkan sebuah kerangka etik baru yang disebutnya sebagai tanggung jawab profetik.
BACA BUKUNYA KLIK DISINI https://online.fliphtml5.com/syony/nhao/
🧠 Gagasan Inti & Struktur Buku
Buku ini dibagi menjadi lima bab besar:
Bab I: Membaca Frankenstein di Zaman AI
Dharma membaca ulang novel Frankenstein sebagai metafora untuk kecemasan digital modern. Ia menempatkan Shelley sebagai “nabi teknologi” yang jauh hari telah memperingatkan bahaya penciptaan tanpa etika. Bab ini menghubungkan narasi makhluk tanpa nama dengan AI tanpa pengawasan etis—makhluk yang lahir bukan dari kejahatan, melainkan dari kelalaian penciptanya.
Bab II: Teknologi Digital – Janji Utopia, Ancaman Distopia
Bab ini menyajikan tinjauan tajam atas AI, algoritma, kendaraan otonom, kapitalisme digital, serta pengawasan masif berbasis data. Penulis menunjukkan bahwa teknologi digital membawa paradoks: bisa menjadi penebus atau pembawa kehancuran, tergantung siapa dan bagaimana ia diciptakan.
Bab III: Refleksi Teologis-Filosofis atas Ciptaan
Pilar utama buku ini terletak di sini. Dharma menyandingkan tiga tokoh pencipta: Victor Frankenstein, Yahweh (Kitab Kejadian), dan Yesus Kristus sebagai “Kontra-Frankenstein”. Ia membandingkan metode, motivasi, dan tanggung jawab mereka secara sistematis. Konsep imago Dei, kasih pengorbanan Kristus, serta prinsip relasi “Aku-Engkau” Martin Buber dan etika tanggung jawab Hans Jonas menjadi fondasi argumen teologis dan filosofis buku ini.
Bab IV: Menuju Etika Teknologi yang Berbelas Kasih
Ini adalah bagian yang sangat aplikatif. Penulis menyusun prinsip-prinsip etika desain teknologi berbasis kasih, keberlanjutan, dan martabat manusia. Ia mengusulkan pendidikan digital yang membebaskan ala Paulo Freire sebagai bentuk literasi teknologi yang memberdayakan, bukan sekadar teknis. Teknologi harus menjadi ekspresi kasih, bukan instrumen kekuasaan atau pengawasan.
Bab V: Kesimpulan – Menjadi Pencipta yang Mengasihi
Di akhir, penulis merangkum bahwa “monster” bukanlah kesalahan ciptaan, melainkan kekosongan etis penciptanya. Dharma menyerukan munculnya pencipta-pencipta digital yang profetik—yang menciptakan dengan kasih, keberanian moral, dan tanggung jawab lintas generasi.
💡 Keunggulan dan Novelty
Buku ini menawarkan tiga kebaruan penting:
- Pendekatan Interdisipliner yang Langka:
Mengintegrasikan literatur klasik, teologi Kristen, filsafat relasi, dan wacana AI kontemporer dalam satu narasi utuh. - Yesus sebagai “Kontra-Frankenstein”:
Gagasan ini sangat segar dan dalam. Kristus diposisikan sebagai model etis tertinggi bagi pencipta AI, melampaui model saintifik modern yang egoistik dan tanpa pengorbanan. - Etika Inkarnasional dan Tanggung Jawab Profetik:
Buku ini tidak berhenti di kritik, tapi membangun etika konstruktif yang dapat digunakan dalam desain kebijakan teknologi dan kurikulum pendidikan etis masa depan.