Buku Revolusi Digital dan Potret Manusia di Era AI

📚 Resensi Buku
Judul: Revolusi Digital dan Potret Manusia di Era AI
Penulis: Dharma Leksana, S.Th., M.Si.
Penerbit: PWGI.ORG
Tahun: 2025

🔑 Isi dan Gagasan Besar

Buku ini bukan sekadar kajian teknis tentang perkembangan kecerdasan buatan (AI) atau transformasi digital, melainkan sebuah refleksi interdisipliner yang menggabungkan teknologi, filsafat, teologi, dan kebudayaan. Dharma Leksana menempatkan revolusi digital sebagai fenomena ontologis dan spiritual, bukan hanya sosial-ekonomi.

Ada lima gagasan besar yang membuat buku ini berbeda:

  1. Teologi Lintas Generasi Digital – dari Baby Boomer hingga Generasi Beta, setiap generasi menafsir iman dan budaya dengan cara berbeda, dipengaruhi ekosistem digitalnya.
  2. Digital Leap vs Digital Divide – percepatan sejarah melahirkan “superdigital society” sekaligus “digital underclass”.
  3. Potret Manusia Hibrid (Homo Digitalis) – manusia masa kini dan masa depan hidup separuh nyata, separuh digital, mirip metafora “Putri Duyung” Mangunwijaya.
  4. Profil Manusia AI 2125 – apakah manusia tetap subjek utama atau sekadar mitra sekunder mesin?
  5. Manifesto Manusia Digital – sebuah kompas moral agar manusia tetap manusiawi di tengah algoritma.

📖 Struktur Buku

Buku ini dibagi dalam empat bagian:

  1. Pendahuluan – memetakan revolusi digital dan krisis identitas manusia.
  2. Periodisasi & Percepatan Sejarah – membahas generasi Baby Boomer hingga Generasi Beta, dengan sorotan pada perubahan teologi, budaya, dan percepatan sejarah (Paul Virilio, Byung-Chul Han).
  3. Prediksi Masa Depan – skenario Generasi Beta (2025–2039) dan potret manusia tahun 2125: optimis, pesimis, atau moderat (simbiosis manusia-AI).
  4. Jalan Aman ke Masa Depan – peran teologi, budaya, pemerintah, pendidikan, media, hingga Manifesto Manusia Digital sebagai etika bersama.

🌍 Nilai Lebih Buku
• Kedalaman akademis: Mengutip pemikir besar seperti Harari, Kurzweil, Heidegger, Spadaro, hingga Castells.
• Konteks Indonesia: Menyajikan periodisasi generasi Indonesia dengan detail, memperlihatkan bagaimana iman dan budaya berubah dalam arus digital.
• Relevansi global: Mengaitkan dengan regulasi AI internasional (UNESCO, OECD, WEF, McKinsey) dan strategi nasional Indonesia.
• Bahasa populer-reflektif: Meski sarat teori, buku ini tetap mudah dipahami, sehingga bisa menjangkau mahasiswa, akademisi, pemuka agama, jurnalis, hingga masyarakat umum.

🎯 Relevansi dan Manfaat

Buku ini sangat relevan bagi:
• Pendidik & akademisi – sebagai bahan refleksi interdisipliner tentang era digital.
• Pemuka agama & teolog – untuk merumuskan teologi digital dan spiritualitas di dunia maya.
• Pemerintah & pegiat kebijakan – sebagai rujukan etika AI dan literasi digital.
• Generasi muda – untuk memahami potret dirinya di era algoritma.

💡 Kutipan Kunci

“Revolusi digital bukan hanya soal aplikasi atau perangkat, melainkan tentang siapa kita sebagai manusia di tengah arus perubahan yang begitu cepat.” (Kata Pengantar)

“Jika dulu liturgi tradisional dan media cetak menjadi sarana utama pembentukan iman, kini algoritma dan aplikasi digital turut menentukan arah spiritualitas.” (Bab 2.7)

“Kami menolak menjadi sekadar data. Manusia adalah pribadi yang utuh, dengan martabat, kesadaran, dan nilai, bukan sekadar angka dalam mesin.” (Manifesto Manusia Digital)

🌟 Kesimpulan

Revolusi Digital dan Potret Manusia di Era AI adalah cermin sekaligus peta: cermin untuk melihat wajah manusia yang semakin digital, sekaligus peta untuk menavigasi masa depan agar tetap etis, spiritual, dan manusiawi. Buku ini bisa menjadi bacaan wajib bagi siapa pun yang ingin memahami dan menyiapkan diri menghadapi peradaban algoritmik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!