Perdagangan Rohani di Era Digital: Memahami Algoritma dan ‘Pasar Iman’ Digital

Resensi Buku

Judul Buku : “Perdagangan Rohani di Era Digital: Memahami Algoritma dan ‘Pasar Iman’ Digital”.
Penulis : Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si.

Di tengah lautan konten media sosial yang tak pernah berhenti, di mana khotbah dapat dipotong menjadi video 60 detik dan doa dipanjatkan melalui live-stream, pertanyaan mendasar muncul: Apa yang sedang terjadi dengan cara kita menghayati iman? Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si., seorang teolog, jurnalis senior, dan pegiat media digital, menjawab kegelisahan ini melalui karyanya yang monumental dan relevan, “Perdagangan Rohani di Era Digital: Memahami Algoritma dan ‘Pasar Iman’ Digital”.

Buku ini bukanlah sebuah penghakiman atas modernitas, melainkan sebuah peta jalan yang jernih untuk menavigasi lanskap spiritualitas kontemporer. Dengan kedalaman akademis dan bahasa populer yang menyentil, Dr. Dharma Leksana mengajak pembaca untuk berhenti sejenak, memahami, mengkritisi, dan akhirnya menemukan jalan etis di tengah arus komodifikasi agama yang masif.

Dari Pura Kuno Hingga Marketplace Digital: Sebuah Perjalanan Komprehensif

Salah satu kekuatan terbesar buku ini adalah kemampuannya menempatkan fenomena “perdagangan rohani” dalam konteks sejarah yang panjang. Pembaca disadarkan bahwa hubungan antara agama dan ekonomi bukanlah hal baru. Jejaknya dilacak mulai dari sistem ekonomi kuil di Mesopotamia, penjualan surat indulgensi di Abad Pertengahan, hingga lahirnya industri musik rohani dan TV penginjilan di era modern. Dengan demikian, buku ini berhasil membongkar romantisme bahwa “dulu agama itu murni,” dan sebaliknya menunjukkan bahwa ketegangan antara yang sakral dan material adalah bagian dari kisah panjang keberagamaan manusia.

Untuk membongkar fenomena ini, penulis tidak hanya berhenti pada narasi sejarah. Ia meminjam kacamata para pemikir besar sosiologi dan ekonomi seperti Émile Durkheim (konsep sakral-profan), Max Weber (etika Protestan dan kapitalisme), Peter Berger (“pasar agama”), hingga Jean Baudrillard (simulacra dan hiperealitas). Teori-teori ini tidak disajikan secara abstrak, melainkan diaplikasikan secara konkret untuk membedah realitas gereja dan komunitas Kristen di Indonesia.

Studi Kasus Lokal yang Menampar dan Mencerahkan

“Perdagangan Rohani di Era Digital” menjadi sangat relevan karena kaya akan contoh dan data dari konteks Indonesia. Buku ini dengan tajam menyoroti berbagai bentuk komodifikasi yang kita jumpai sehari-hari:
• Merchandise Rohani: Kaos, mug, dan aksesoris iman yang dijual di marketplace.
• Event Berbayar: Konser rohani dengan tiket premium, retret eksklusif, hingga KKR dengan kursi VIP.
• Monetisasi Konten: Kanal YouTube dan podcast rohani yang mengandalkan donasi online.
• Layanan Berbayar: Fenomena doa berbayar atau sesi konseling premium yang kian marak.

Penulis juga menganalisis bagaimana megachurch di kota-kota besar beroperasi dengan manajemen modern, bahkan mengembangkan ekosistem spiritual yang menjadikan jemaat sebagai “konsumen”. Di sisi lain, buku ini juga menyoroti sisi psikologis di balik “kesalehan konsumtif”—mengapa orang merasa perlu membeli pengalaman rohani, dan bagaimana fenomena spiritual influencer membentuk ekspektasi baru bagi audiens.

Bukan Sekadar Kritik, Tetapi Tawaran Solusi Praktis

Setelah memetakan masalah dengan begitu detail, buku ini tidak meninggalkan pembacanya dalam keputusasaan. Justru, bab-bab terakhir menawarkan sebuah peta jalan praktis. Penulis memberikan panduan konkret bagi individu maupun lembaga:
• Untuk Konsumen: Sebuah checklist etis untuk membeli produk rohani secara sadar dan mendukung pelayanan secara etis, bukan karena ikut-ikutan (FOMO).
• Untuk Produsen (Gereja/Lembaga): Panggilan untuk menerapkan prinsip transparansi finansial, akuntabilitas melalui audit rutin, dan aksesibilitas bagi mereka yang tidak mampu.

Buku ini ditutup dengan sebuah permenungan mendalam tentang bagaimana kita bisa merawat dan menciptakan “ruang suci” di tengah riuhnya pasar digital. Sebuah ajakan untuk kembali pada esensi iman sebagai jalan transformasi, bukan sekadar transaksi.

Untuk Siapa Buku Ini?

“Perdagangan Rohani di Era Digital” adalah bacaan wajib bagi para pemimpin gereja, pendeta, majelis, dan aktivis pelayanan yang ingin menjaga integritas iman di era digital. Buku ini juga sangat penting bagi para akademisi teologi dan sosiologi agama, serta pegiat media Kristen.
Namun, pada akhirnya, buku ini adalah untuk setiap umat Kristen yang bergumul dan ingin menghayati imannya secara otentik di zaman yang serba terkoneksi, di mana algoritma seringkali lebih berpengaruh daripada Roh.

#PerdaganganRohaniDigital, #PasarImanDigital, #BukuDharmaLeksana, #TeologiDigital, #KomodifikasiAgama, #GerejaDigital, #ImanDigital, #AlgoritmaIman, #TeologiAlgoritma, #SpiritualitasDigital, #EtikaKristen, #GerejaDanTeknologi, #LiterasiDigital, #BukuKristen, #RekomendasiBuku , #BedahBukuKristen, #Kekristenan, #RohaniKristen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!