SETELAH KEMATIAN

Resensi Novel
“Setelah Kematian”:
Sebuah Ziarah Batin yang Menggugat Surga dan Menemukan Cahaya Sejati
Apa yang sesungguhnya menanti kita setelah napas terakhir? Pertanyaan universal ini telah melahirkan ribuan jawaban, namun novel “Setelah Kematian: Sebuah Perjalanan Jiwa di Ambang Kekekalan” karya Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si., tidak menawarkan peta surga atau neraka. Sebaliknya, karya reflektif-spiritual ini mengajak pembaca ke dalam sebuah ziarah batin yang sunyi, puitis, dan menusuk—sebuah perjalanan untuk berdamai dengan Tuhan, dan yang lebih sulit, dengan diri sendiri.
Ditulis dengan gaya kontemplatif, novel ini adalah alegori modern tentang jiwa yang ditelanjangi dari semua topeng—intelektualitas, keyakinan dogmatis, dan kepura-puraan saleh.
Sinopsis Perjalanan di Ambang Kekekalan
Cerita dibuka dengan “Pengembara” yang terbangun di sebuah ruang antara. Ia tidak ingat namanya, hanya sisa-sisa teologi yang pernah ia ajarkan dan gema luka batin yang belum sembuh. Di dunia yang terbuat dari kabut eksistensi dan ingatan, ia memulai perjalanannya.
Perjalanan ini membawanya melewati lanskap-lanskap simbolis yang mencerminkan kondisi jiwanya:
• Menyeberangi Sungai Pengenalan: Sebuah titik krisis di mana ia harus menghadapi pantulan masa lalunya yang terpantul di air.
• Kerajaan Cahaya yang Menipu: Ia tiba di sebuah tempat yang tampak seperti surga—penuh cahaya keemasan, musik lembut, dan senyum abadi. Namun, ini adalah kedamaian yang palsu, surga yang menuntut kepatuhan buta dan melarang adanya pertanyaan. Di sini tak ada bayangan, dan di mana tak ada bayangan, di situ tak ada kejujuran.
• Lembah Bayang Diri: Setelah berani menolak surga yang dangkal, ia terlempar ke lembah gelap pengakuan. Di sinilah setiap dosa, kelalaian, dan cinta yang terabaikan menuntut untuk diakui, bukan untuk dihukum, tetapi untuk disembuhkan.
Di tengah kehancuran egonya, ia justru bertemu dengan Sang Cahaya yang sejati—bukan sebagai sosok penghakim, melainkan sebagai kehadiran ilahi yang memurnikan dan memanggilnya pulang.
Analisis Mendalam: Lebih dari Sekadar Cerita
- Alegori Purgatorium untuk Manusia Modern “Setelah Kematian” adalah sebuah perenungan mendalam tentang proses penyucian (purgatorium). Namun, ini bukanlah api penyucian harfiah, melainkan “purgatorium batin di mana jiwa ditelanjangi”. Dr. Dharma Leksana dengan brilian mengkritik konsep “keselamatan instan” atau “surga murahan” melalui babak “Kerajaan Cahaya”. Ini adalah sindiran tajam bagi iman yang hanya mencari ketenangan tanpa pergulatan, damai yang datang dari pelupaan, bukan pengampunan.
- Sang Pengembara: Cermin bagi Jiwa Intelektual Protagonis yang tak bernama ini bisa jadi adalah seorang teolog, pengajar, atau siapa pun yang terjebak dalam pengetahuannya tentang Tuhan. Perjalanannya adalah proses “kehilangan kendali” dan menyadari bahwa iman bukanlah peta yang bisa dijelaskan, melainkan keberanian untuk tersesat dan ditemukan kembali. Ia adalah cerminan bagi kita yang sering kali “berbicara banyak tentang Tuhan, tapi sedikit sekali yang kau izinkan berbicara kepada hatimu sendiri”.
- Prosa Liris dan Meditatif Novel ini tidak dibaca dengan tergesa-gesa. Setiap babnya pendek, padat, dan ditulis dengan gaya bahasa puitis yang indah. Keunikan novel ini terletak pada bagian “Gema Batin” di akhir beberapa bab, yang berfungsi sebagai doa atau refleksi. Bagian ini mengundang pembaca untuk berhenti sejenak dan menyelami gema perjalanan Pengembara di dalam batin mereka sendiri.
- Otoritas Teologis dan Relevansi Digital Sebagai seorang teolog dengan gelar doktoral dalam Algorithmic Theology dan pendiri Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI), Dr. Dharma Leksana memiliki kedalaman yang luar biasa dalam menjembatani teologi klasik dengan kegelisahan manusia di era digital. Novel ini, meskipun bertema kekal, terasa sangat relevan, menyentuh isu keaslian (otentisitas) versus citra (kepalsuan) yang begitu marak saat ini.
Rekomendasi
“Setelah Kematian” adalah bacaan wajib bagi para pencari spiritual, mereka yang bergulat dengan imannya, dan siapa saja yang merindukan narasi rohani yang jujur, mendalam, dan tidak menggurui. Ini bukan buku yang memberi jawaban mudah, melainkan buku yang menemani kita dalam mengajukan pertanyaan yang benar. Sebuah kisah mistik yang menghantui dan pada akhirnya memberi harapan, bahwa terang sejati justru ditemukan saat kita berani melewati kegelapan batin kita sendiri.
Detail Buku:
• Judul: Setelah Kematian: Sebuah Perjalanan Jiwa di Ambang Kekekalan
• Penulis: Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si.
• Penerbit: PWGI.ORG (Self-Published)
• Tahun Terbit: 2025
• Genre: Reflektif-Spiritual / Filsafat Iman
Hashtag :