BELENGGU DI BALIK LAYAR: Menyingkap Wajah Baru Perbudakan di Era Peradaban Digital
RESENSI BUKU :
Judul Buku : BELENGGU DI BALIK LAYAR: Menyingkap Wajah Baru Perbudakan di Era Peradaban Digital
Belenggu di Balik Layar adalah sebuah karya yang memadukan analisis sosial, kajian teologis, dan kritik budaya digital secara sangat kuat dan komprehensif. Dalam buku ini, Dr. Dharma Leksana menghadirkan sebuah peta konseptual tentang bagaimana perbudakan bermetamorfosis di era modern—dari bentuk fisik yang historis menjadi belenggu digital yang tak terlihat. Dengan gaya penulisan yang tajam dan argumentatif, penulis menyajikan sebuah kajian multidisiplin yang relevan, aktual, dan mendesak untuk dibaca oleh masyarakat luas.
Yang paling menonjol dari buku ini adalah keberhasilannya menunjukkan bahwa teknologi digital tidak hanya menciptakan kemudahan dan efisiensi, tetapi juga menghadirkan bentuk penindasan baru yang lebih subtil dan sistemik. Perbudakan tidak lagi berkaitan dengan rantai besi, melainkan aliran data, algoritma, kecanduan digital, eksploitasi ekonomi gig, dan perdagangan manusia melalui jaringan global yang sulit dilacak. Penulis secara tegas membongkar bagaimana ruang digital membentuk relasi kuasa baru yang justru menghadirkan kerentanan, terutama bagi mereka yang secara ekonomi, literasi, atau akses berada dalam posisi lemah.
Buku ini kaya akan penelusuran kasus aktual: mulai dari scam centers di Asia Tenggara yang memperbudak tenaga kerja, eksploitasi buruh mikro AI, hingga perdagangan manusia berbasis media sosial. Di sisi lain, pembahasan mengenai kapitalisme pengawasan (surveillance capitalism) ala Shoshana Zuboff menawarkan perspektif teoretis yang kuat: bahwa data manusia telah menjadi komoditas utama, dan manusia secara tidak sadar menjadi objek yang diekstraksi oleh raksasa teknologi.
Menariknya, penulis tidak hanya berhenti pada kritik sosial. Bagian teologis—yang merupakan kekuatan utama Dr. Dharma Leksana sebagai teolog digital—memberikan fondasi spiritual dan etis yang mendalam. Konsep Imago Dei ditempatkan kembali sebagai dasar martabat manusia yang tidak boleh direduksi oleh logika algoritma, sementara analisis mengenai dosa struktural digital membawa isu ini ke ruang moral dan profetik. Ini menjadikan buku ini bukan sekadar karya akademik, tetapi juga manifesto kemanusiaan digital yang menyentuh sisi iman dan eksistensi.
Di bagian akhir, buku ini memberikan roadmap pembebasan: mulai dari etika baru teknologi, pedoman literasi digital kritis, peran regulator dalam melindungi data pribadi, hingga panggilan bagi komunitas iman menjadi “ruang aman” bagi korban perbudakan digital. Pendekatan ini membuat buku ini memiliki nilai praktis, bukan hanya teoritis.
Secara keseluruhan, Belenggu di Balik Layar adalah bacaan yang sangat penting di tengah percepatan digitalisasi global. Buku ini tidak hanya membongkar sisi gelap peradaban digital, tetapi juga menawarkan jalan transformasi. Ia menjadi alarm moral bahwa kemajuan teknologi tidak boleh dibayar dengan hilangnya martabat manusia.
Karya ini layak menjadi referensi untuk akademisi, pemimpin agama, pembuat kebijakan, pekerja media, aktivis HAM, mahasiswa, hingga masyarakat umum yang ingin memahami risiko digital dan bagaimana membangun ekosistem siber yang manusiawi.
Sebuah karya visioner yang relevan bagi Indonesia—dan dunia—di tengah arus peradaban digital yang tak terhindarkan.
KATA KUNCI
perbudakan digital,
trafficking online,
scam center Asia Tenggara,
kapitalisme pengawasan,
data slavery,
ekosistem digital Indonesia,
buruh mikro AI,
gig economy Indonesia,
teologi digital,
Imago Dei di era AI,
keamanan digital,
literasi digital Indonesia,
kekerasan seksual berbasis elektronik,
eksploitasi manusia di ruang digital,
cyber slavery,
etika teknologi,
antropologi digital,
buku peradaban digital,
Dr. Dharma Leksana,
Hashtag


