PERAN GEREJA DALAM MEMBANGUN KESADARAN EKOLOGIS

Penulis: Dr. Dharma Leksana, M.Th., M.Si.

Abstrak

Krisis ekologis merupakan tantangan terbesar peradaban manusia modern. Gereja, sebagai komunitas iman dan agen transformasi sosial, memiliki peran strategis dalam membangun kesadaran ekologis. Artikel ini mengkaji pengertian kesadaran ekologis secara multidisipliner, menelaah landasan teologis ekologi, dan mengevaluasi keterlibatan gereja melalui praksis pastoral, Pendidikan Agama Kristen (PAK), dan etika lingkungan. Studi ini mengusulkan paradigma pastoral ekologis, kurikulum PAK berbasis ciptaan, dan etika ekologis liturgis sebagai model baru pemberdayaan kesadaran ekologis berbasis gereja.

Kata kunci: Gereja, kesadaran ekologis, teologi ekologi, etika lingkungan, pastoral ekologis.

Pendahuluan

Krisis ekologis global—pemanasan global, hilangnya keanekaragaman hayati, polusi, kerusakan hutan dan laut—menjadi isu peradaban. Hans Jonas menegaskan bahwa manusia memikul “imperatif tanggung jawab” atas akibat teknologis terhadap biosfer.[1] Gereja perlu merespons tantangan ini secara teologis dan praktis. Kesadaran ekologis bukan hanya wacana ekologis sekuler, tetapi bagian dari spiritualitas ciptaan dan misi gereja dalam membangun kehidupan yang berkeadilan ekologis.

Pemahaman Kesadaran Ekologis dalam Perspektif Multidisipliner

1. Pengertian Kesadaran Ekologis

Kesadaran ekologis adalah pemahaman mendalam akan hubungan interdependen antara tindakan manusia dan dampaknya terhadap alam, yang mendorong perubahan pola pikir serta perilaku menjadi bertanggung jawab dan selaras dengan lingkungan. Secara psikologis, kesadaran ekologis mencakup aspek kognitif, afektif, dan konatif.[2]

2. Perspektif Para Filsuf dan Ahli Ekologi

Aldo Leopold menyebutnya sebagai “land ethic”—kesadaran bahwa manusia adalah bagian dari komunitas ekologis, bukan penguasanya.[3] Arne Naess menyebutnya ekologi mendalam, yakni transformasi eksistensial bahwa manusia adalah bagian integral dari biosfer.[4] Lynn White menyalahkan interpretasi teologi dominan yang antroposentris atas krisis ekologis modern dan menyerukan reformasi teologi ciptaan.[5]

3. Perspektif Para Teolog

Sallie McFague menawarkan metafora dunia sebagai tubuh Tuhan, sehingga eksploitasi bumi adalah pelanggaran spiritual.[6] Jürgen Moltmann menekankan doktrin penciptaan sebagai basis “teologi bumi” yang menuntut solidaritas ekologis.[7] Paus Fransiskus, melalui Laudato Si’, menegaskan ekologi integral sebagai panggilan iman kontemporer.[8]

Dasar Teologis Gereja dalam Ekologi

1. Imago Dei sebagai Mandat Pelestarian

Kejadian 1:26–28 bukan mandat dominasi tetapi “penatalayanan ciptaan” (stewardship).[9]

2. Penciptaan sebagai Sakramen Kehadiran Allah

Mazmur 24:1 menyatakan bahwa bumi milik Tuhan. Dunia bukan komoditas, tetapi “ruang kudus kehidupan.”[10]

3. Inkarnasi dan Rekonsiliasi Kosmis

Kolose 1:16–20 menunjukkan bahwa karya penebusan Kristus bersifat kosmik: memulihkan seluruh ciptaan.[11]

4. Eschatology dan Harapan Ekologis

Teologi kerajaan Allah menempatkan visi shalom ekologis sebagai bagian dari misi gereja di dunia.[12]

Peran Gereja dalam Membangun Kesadaran Ekologis

1. Dimensi Pastoral: Pastoral Ekologis

Gereja dapat membentuk “pastoral ekologis” berbasis:

Liturgi ciptaan (perayaan Hari Bumi, doa untuk alam),
pendampingan komunitas dalam advokasi lingkungan,
dan model gereja hijau (eco-church).

McDonagh menyebutnya sebagai “spiritualitas ekologis.”[13]

2. Pendidikan Agama Kristen (PAK)

PAK dapat mengintegrasikan:

  • hermeneutika ciptaan
  • pembelajaran lapangan (field learning) ke alam
  • kaderisasi pemuda sebagai agen ekologis

Hauerwas menegaskan pendidikan Kristen harus membentuk karakter moral komunitas.[14]

3. Etika dan Transformasi Sosial

Gereja dapat menerapkan:

  • etika konsumsi bertanggung jawab
  • gerakan keadilan ekologis
  • kolaborasi advokasi publik

Etika ekologis Kristen menggabungkan cinta kasih, penatalayanan, dan solidaritas ciptaan.

Model Baru Penguatan Kesadaran Ekologis Berbasis Gereja

1. Model Liturgi Ekologis sebagai Pendidikan Nilai

Liturgi harus mengandung simbol ekologis, doa penciptaan, dan praktik liturgis pengurangan limbah gereja. Liturgi menjadi pedagogis profetik.

2. Kurikulum PAK Ciptaan

PAK berbasis ciptaan:

  • teologi penciptaan
  • ekologi Alkitab
  • praktik lapangan ekologis

Kurikulum ini membentuk habitus ekologis.

3. Pastoral Organik Gereja

Pendeta dan pemimpin jemaat dipanggil untuk:

  • menjadi “pendamping ekologis”
  • membina komunitas gereja hijau
  • membangun kebun gereja, bank sampah, energi surya

Model ini memadukan spiritualitas, aksi sosial, dan pemberdayaan ekonomi.

4. Etika Ekologis Liturgis

Etika ekologis tidak hanya berupa larangan moral, tetapi integrasi dalam ibadah, kepemimpinan, dan pelayanan sosial gereja.

Kesimpulan

Kesadaran ekologis merupakan inti spiritualitas manusia di era krisis lingkungan. Gereja memikul peran profetik dalam mengintepretasi ciptaan sebagai ruang kudus Allah dan memimpin transformasi perilaku umat. Melalui pastoral ekologis, kurikulum PAK ciptaan, dan etika ekologis liturgis, gereja dapat membentuk umat yang “hidup ekologis”—yaitu memahami, peduli, dan bertindak bagi kelestarian bumi.

Catatan Kaki

[1] Hans Jonas, The Imperative of Responsibility (Chicago: University of Chicago Press, 1984), 4.
[2] Clayton Spencer, “Environmental Awareness and Cognitive Ecology,” Journal of Human Ecology 12, no. 3 (2002): 242.
[3] Aldo Leopold, A Sand County Almanac (Oxford: Oxford University Press, 1949), 203.
[4] Arne Naess, Ecology, Community and Lifestyle (Cambridge: Cambridge University Press, 1989), 27.
[5] Lynn White Jr., “The Historical Roots of Our Ecologic Crisis,” Science 155, no. 3767 (1967): 1203–1207.
[6] Sallie McFague, The Body of God (Minneapolis: Fortress Press, 1993), 15.
[7] Jürgen Moltmann, God in Creation (San Francisco: Harper & Row, 1985), 13.
[8] Pope Francis, Laudato Si: On Care for Our Common Home (Vatican: Libreria Editrice Vaticana, 2015), 15.
[9] Christopher Wright, The Mission of God (Downers Grove: IVP Academic, 2006), 128.
[10] Denis Edwards, Ecology at the Heart of Faith (Maryknoll: Orbis Books, 2006), 19.
[11] Moltmann, God in Creation, 27.
[12] Norman Habel, The Earth Bible (Sheffield: Sheffield Academic Press, 2000), 38.
[13] Sean McDonagh, The Greening of the Church (Maryknoll: Orbis Books, 1990), 12.
[14] Stanley Hauerwas, The Peaceable Kingdom (Notre Dame: University of Notre Dame Press, 1983), 112.

Daftar Referensi

  • Edwards, Denis. Ecology at the Heart of Faith. Maryknoll: Orbis Books, 2006.
  • Francis. Laudato Si: On Care for Our Common Home. Vatican: Libreria Editrice Vaticana, 2015.
  • Habel, Norman. The Earth Bible. Sheffield: Sheffield Academic Press, 2000.
  • Hauerwas, Stanley. The Peaceable Kingdom. Notre Dame: University of Notre Dame Press, 1983.
  • Jonas, Hans. The Imperative of Responsibility. Chicago: University of Chicago Press, 1984.
  • Leopold, Aldo. A Sand County Almanac. Oxford: Oxford University Press, 1949.
  • McDonagh, Sean. The Greening of the Church. Maryknoll: Orbis Books, 1990.
  • McFague, Sallie. The Body of God. Minneapolis: Fortress Press, 1993.
  • Moltmann, Jürgen. God in Creation. San Francisco: Harper & Row, 1985.
  • Naess, Arne. Ecology, Community and Lifestyle. Cambridge: Cambridge University Press, 1989.
  • Spencer, Clayton. “Environmental Awareness and Cognitive Ecology.” Journal of Human Ecology 12, no. 3 (2002): 241–256.
  • White Jr., Lynn. “The Historical Roots of Our Ecologic Crisis.” Science 155, no. 3767 (1967): 1203–1207.
  • Wright, Christopher. The Mission of God. Downers Grove: IVP Academic, 2006.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!