Teologi ‘Go Digital’: Perspektif Pdt. Prof. Dr.(h.c.) Emanuel Gerrit Singgih, Ph.D dalam Konteks Indonesia

Oleh : Dharma Leksana, S.Th., M.Si. – Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Gereja Indonesia (PWGI)

1. Pendahuluan

Perkembangan pesat teknologi digital telah merasuki hampir seluruh aspek kehidupan modern, tidak terkecuali ranah agama dan diskursus teologis. Fenomena ini memunculkan sebuah bidang studi yang dikenal sebagai “teologi digital,” yang secara fundamental mempertanyakan dan menganalisis hubungan antara iman dan teknologi di era digital.1 Di tengah transformasi lanskap keagamaan ini, penting untuk menelaah perspektif para pemikir teologi terkemuka, khususnya di konteks Indonesia yang memiliki kekayaan budaya dan religiusitas yang unik.

Salah satu figur sentral dalam perkembangan pemikiran Kristen di Indonesia adalah Pdt. Profesor Emanuel Gerrit Singgih, Ph.D. Beliau adalah seorang teolog Indonesia yang lahir di Surabaya pada tahun 1951 dan dikenal luas, terutama dalam lingkup teologi kontekstual.

Perjalanan intelektualnya membawanya menempuh pendidikan teologi di berbagai institusi bergengsi, termasuk Sekolah Tinggi Teologi Jakarta, Universitas Edinburgh, dan Universitas Glasgow. Pengalamannya sebagai dosen di STT Duta Wacana (UKDW), sebagaimana disebutkan dalam informasi awal, telah memberikan pengaruh signifikan dalam pembentukan cara berpikir teologis banyak orang di Indonesia.

Reputasi Pdt. E.G. Singgih sebagai teolog kontekstual semakin kokoh melalui karya-karya tulisnya yang mendalam dan relevan dengan perkembangan zaman.

Artikel ini bertujuan untuk mengupas perspektif Pdt. Emanuel Gerrit Singgih mengenai integrasi teknologi digital dalam teologi, yang dalam konteks ini kita sebut sebagai “Teologi ‘Go Digital'”.

Tujuan utama adalah untuk memahami bagaimana seorang teolog kontekstual terkemuka di Indonesia memandang dampak dan implikasi era digital terhadap pemikiran dan praktik keagamaan.

Artikel ini akan mengawali dengan menelusuri latar belakang dan kontribusi Pdt. Singgih dalam teologi kontekstual, dilanjutkan dengan pemahaman mendasar tentang teologi digital dalam konteks global. Kemudian, kita akan menganalisis pandangan-pandangan spesifik beliau terkait digitalisasi teologi, peluang dan tantangan yang mungkin beliau identifikasi, serta implikasi teologis yang lebih luas bagi Indonesia.

Akhirnya, artikel ini akan menyajikan kesimpulan yang merangkum pemikiran Pdt. Singgih dalam ranah yang semakin penting ini. Yuk, Kita mulai pembahasannya.

Pesatnya interkonektivitas global melalui platform digital menghadirkan kebutuhan mendesak untuk respons teologis yang relevan. Pdt. Singgih, dengan latar belakangnya yang kuat dalam mengkontekstualisasikan teologi, menjadi sosok yang relevan untuk diteliti perspektifnya dalam menghadapi transformasi digital ini.

Perkembangan teknologi bukan sekadar perubahan teknis, melainkan juga transformasi budaya dan sosial yang mendalam. Agama, yang terjalin erat dengan budaya, tentu tidak dapat terlepas dari pengaruh ini. Oleh karena itu, para teolog seperti Pdt. E.G. Singgih, yang telah mendedikasikan karyanya untuk memahami dan mengartikulasikan iman dalam konteks budaya tertentu, memiliki peran krusial dalam menavigasi implikasi teologis dari transformasi digital ini.

2. Profil Pdt. Emanuel Gerrit Singgih: Seorang Teolog Kontekstual Indonesia

2.1 Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman

Perjalanan akademis Pdt. Emanuel Gerrit Singgih menunjukkan dedikasi yang mendalam terhadap studi teologi. Berdasarkan informasi dari Fakultas Teologi UKDW 4, beliau saat ini menjabat sebagai Profesor dalam bidang Studi Alkitab – Perjanjian Lama. Pendidikan tingginya mencapai puncaknya dengan meraih gelar Ph.D. dari University of Glasgow. Sebelumnya, beliau menempuh pendidikan S1 di STT Duta Wacana, Yogyakarta.4 Pengalaman mengajar beliau juga sangat kaya, termasuk pernah mengajar di CRCS UGM dan saat ini mengajar di ICRS dalam bidang hermeneutika filosofis dan interpretasi kitab suci.5 Beliau menyelesaikan program Ph.D. pada tahun 1985.5

Pengalaman Pdt. E.G.  Singgih sebagai seorang pendidik, terutama di STT Duta Wacana, memiliki dampak yang luas dalam membentuk pemikiran teologis di Indonesia, sebagaimana diakui dalam informasi awal. Pendidikan beliau yang diperoleh baik di Indonesia maupun di Barat memberikan perspektif yang unik untuk menjembatani tren teologis global dengan konteks Indonesia, terutama dalam bidang teologi digital yang sedang berkembang. Pelatihan teologisnya di Indonesia memberinya pemahaman yang mendalam tentang lanskap religius dan budaya lokal, sementara studinya di Skotlandia memperkenalkannya pada tradisi teologis Barat dan pemikiran kontemporer. Kombinasi pengalaman ini memungkinkannya untuk terlibat secara kritis dengan tren global seperti teologi digital dan menilai relevansi serta penerapannya dalam konteks Indonesia, menjadikan perspektifnya sangat berharga.

2.2 Kontribusi dalam Teologi Kontekstual

Pdt. Emanuel Gerrit Singgih dikenal luas sebagai seorang teolog kontekstual yang terkemuka di Indonesia.6 Reputasinya ini semakin diteguhkan melalui karya-karya tulisnya yang mendalam dan relevan dengan perkembangan zaman, termasuk buku “Membaca Tanda-Tanda Zaman: Sebuah Refleksi Teologis” (1996) dan “Teologi Kontekstual: Sebuah Pengantar” (disebutkan dalam informasi awal). Karya-karya beliau tidak hanya terbatas pada buku, tetapi juga mencakup berbagai artikel yang fokus pada teologi Kristen dan interpretasi Alkitab, khususnya Perjanjian Lama.5

Beberapa buku penting lainnya termasuk “Berteologi dalam Konteks” (2000), “Hidup di Bawah Bayang-bayang Maut: Sebuah Tafsir Kitab Pengkhotbah” (2001), “Doing Theology in Indonesia” (2003), “Dua Konteks” (2009), dan “Menguak Isolasi Menjalin Relasi” (2009).5 Publikasi yang lebih baru juga menunjukkan keberlanjutan pemikiran beliau, seperti “What Has Ahok to Do with Santa? Contemporary Christian and Muslim Public Theologies in Indonesia” (2019) 7 dan “Pengantar Teologi Ekologi” (2021).8

Salah satu ciri khas karya Pdt. Singgih adalah upayanya untuk menghubungkan teks-teks Alkitab dengan konteks Indonesia, termasuk melalui elemen-elemen budaya. Contohnya, dalam snippet 6 disebutkan bagaimana beliau menganalisis relevansi cerita wayang Jawa tentang Murwakala dengan pandangan dunia Jawa, bahkan melihat adanya paralel dengan konsep penebusan oleh Kristus.

Keterlibatan Pdt. Singgih yang konsisten dengan budaya Indonesia dalam refleksi teologisnya menunjukkan adanya kerangka kerja yang potensial untuk memahami bagaimana beliau mungkin mendekati integrasi kekuatan budaya signifikan lainnya – teknologi digital – dalam teologi.

Metode beliau yang mapan dalam menafsirkan dan menerapkan prinsip-prinsip teologis melalui lensa budaya Indonesia, sebagaimana tercermin dalam analisis cerita Murwakala, mengindikasikan kecenderungan terhadap pengkontekstualisasian fenomena baru.

Oleh karena itu, ketika mempertimbangkan dampak teknologi digital terhadap iman, kemungkinan besar beliau akan menggunakan pendekatan kontekstual yang serupa, berupaya memahami implikasinya dalam lanskap budaya dan agama Indonesia yang spesifik.

3. Teologi Kontekstual: Landasan Pemikiran Pdt. Emanuel Gerrit Singgih

3.1 Definisi dan Prinsip Dasar Teologi Kontekstual

Teologi kontekstual, sebagaimana didefinisikan oleh berbagai sumber, merupakan sebuah upaya untuk memahami iman Kristen dari perspektif konteks tertentu.9 Pendekatan ini mengakui bahwa sumber-sumber teologi tidak hanya terbatas pada kitab suci dan tradisi, tetapi juga mencakup pengalaman manusia kontemporer, budaya, dan perubahan sosial.9

Beberapa tokoh global yang dikenal dengan isu teologi kontekstual antara lain Kosuke Koyama, C.S. Song, dan Gustavo Gutierrez.10 Di Indonesia sendiri, beberapa teolog yang mengembangkan teologi kontekstual adalah Andreas A. Yewangoe, Eka Darmaputera, dan tentu saja Emanuel Gerrit Singgih.10

Eka Darmaputera bahkan berpendapat bahwa kontekstualisasi bukanlah sekadar merek teologi baru, melainkan hakikat dari teologi itu sendiri.9 Menurutnya, teologi hanya dapat disebut teologi jika benar-benar kontekstual, yaitu sebagai upaya untuk mempertemukan secara dialektis, kreatif, dan eksistensial antara “teks” (kerygma universal) dengan “konteks” (kenyataan hidup yang kontekstual).9

Secara lebih sederhana, teologi kontekstual dapat dipahami sebagai upaya untuk merumuskan penghayatan iman Kristen dalam konteks ruang dan waktu yang spesifik.9

Terdapat berbagai model teologi kontekstual yang telah dikembangkan, seperti model terjemahan, antropologis, praksis, sintesis, dan transendental 12, serta model transformasi dan dialektis.10

3.2 Relevansi Teologi Kontekstual di Era Digital Indonesia

Prinsip-prinsip teologi kontekstual memiliki relevansi yang sangat tinggi di era digital ini, terutama dalam konteks Indonesia yang beragam. Pendekatan ini menyediakan kerangka kerja untuk menafsirkan dan merespons tantangan serta peluang yang dihadirkan oleh teknologi digital terhadap iman dan praktik keagamaan. Ruang digital menciptakan konteks-konteks baru yang memerlukan refleksi dan kontekstualisasi teologis, serupa dengan bagaimana para teolog di masa lalu menanggapi perubahan sosial-politik atau budaya.9

Platform digital memiliki potensi untuk memperluas jangkauan dan mengubah bentuk-bentuk otoritas, komunitas, dan praktik keagamaan tradisional. Hal ini menuntut respons teologis kontekstual yang setia pada keyakinan inti sekaligus relevan dengan realitas kontemporer. Konteks Indonesia, dengan keragaman budaya dan agama yang kaya, menambah lapisan kompleksitas dan pentingnya kontekstualisasi teologi di era digital.

Platform digital dapat menghubungkan komunitas yang beragam sekaligus berpotensi memperburuk ketegangan sosial dan agama yang ada. Teologi kontekstual, dengan penekanannya pada pemahaman iman dalam latar belakang budaya dan sosial yang spesifik, menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk menavigasi kompleksitas ini di ranah digital, memastikan bahwa keterlibatan teologis relevan dan menghormati masyarakat Indonesia yang pluralistik.

4. Memahami Teologi Digital: Sebuah Lanskap Global

4.1 Definisi dan Ruang Lingkup Teologi Digital

Teologi digital, atau yang juga dikenal sebagai cybertheology, adalah studi tentang hubungan antara teologi dan teknologi digital.1 Bidang ini mencakup berbagai aspek, termasuk penggunaan teknologi digital sebagai alat pedagogis untuk mengajarkan teologi, sebagai metode baru untuk penelitian teologis, sebagai sarana refleksi teologis terhadap digitalitas atau budaya digital, dan sebagai basis untuk kritik terhadap digitalitas berdasarkan etika teologis.1

Teologi digital berupaya untuk memahami bagaimana digitalisasi agama mengubah cara kita mempraktikkan, mengalami, menyembah, dan membentuk kembali keyakinan kita.3

Penting untuk membedakan teologi digital dari “agama digital” atau “agama daring”.3 Agama digital sering kali berfokus pada fenomena agama dalam budaya digital, sementara teologi digital merupakan studi yang lebih kritis tentang hakikat Allah dan interaksi-Nya dengan dunia di era digital.

Teologi digital berusaha untuk membawa perspektif teologis ke dalam studi tentang digitalitas kontemporer dan juga membawa perspektif digital ke dalam teologi.14

Bidang ini semakin menarik perhatian para akademisi dari berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu komputer, teologi, sosiologi, dan studi agama.3

4.2 Perkembangan Teologi Digital secara Global

Perkembangan teologi digital secara global menunjukkan peningkatan penggunaan platform digital oleh gereja-gereja dan institusi teologis, terutama yang semakin terlihat selama pandemi COVID-19.1

Banyak gereja yang perlu menerapkan langkah-langkah pembatasan sosial dan memilih untuk mengadakan layanan secara daring.1 Pergeseran ini memunculkan kebutuhan untuk refleksi teologis yang mendalam mengenai perubahan-perubahan dalam praktik keagamaan.17

Para sarjana telah mengidentifikasi berbagai kategori atau tingkatan dalam teologi digital, termasuk penggunaan teknologi untuk pengajaran teologi, untuk penelitian teologis, dan untuk keterlibatan dengan budaya digital dari perspektif teologis dan etis.3

Selain itu, muncul pula pusat-pusat studi akademis dan simposium yang didedikasikan untuk studi teologi digital, seperti Theocom symposium di Santa Clara University 1 dan Centre for Digital Theology di Durham University.18

Tren global menuju keterlibatan digital dalam kehidupan beragama, yang dipercepat oleh peristiwa seperti pandemi, menggarisbawahi ketepatan waktu dan relevansi untuk mengeksplorasi perspektif Pdt. Singgih tentang fenomena ini dalam konteks Indonesia.

5. Perspektif Pdt. Emanuel Gerrit Singgih tentang “Go Digital” dalam Teologi

5.1 Pandangan terhadap Teknologi dan Era Digital

Analisis terhadap pandangan Pdt. Emanuel Gerrit Singgih mengenai teknologi dapat ditemukan dalam berbagai kesempatan beliau menyampaikan pemikirannya.

Dalam sebuah artikel dari Arcus GPIB 19, beliau menekankan bahwa kecerdasan buatan (AI) dan Google adalah ciptaan, bukan pencipta atau Tuhan. Beliau memperingatkan terhadap potensi pemberhalaan teknologi, dan menyarankan adanya pergeseran dalam deskripsi tentang Tuhan dari sekadar “maha kuasa” atau “maha tahu” (yang atributnya mungkin tampak ditiru oleh AI) ke atribut yang lebih relasional dan spiritual seperti “pengasih dan penyayang”.19

Lebih lanjut, Pdt. E.G. Singgih mengungkapkan keprihatinannya tentang potensi penggantian tenaga kerja manusia oleh otomatisasi yang didorong oleh AI, serta pentingnya untuk tidak meminggirkan manusia dan alam dalam mengejar kemajuan teknologi.19 Beliau menyoroti bahwa manusia memiliki “hati,” sebuah atribut yang tidak dimiliki oleh AI.19

Pandangan ini mengindikasikan bahwa pendekatan beliau terhadap “Teologi ‘Go Digital'” kemungkinan akan melibatkan integrasi yang kritis dan bijaksana, bukan penerimaan tanpa syarat. Beliau tampaknya memprioritaskan aspek unik dari eksistensi manusia dan transendensi Tuhan di luar kemampuan teknologi.

Peringatan eksplisit beliau terhadap penyamaan AI atau Google dengan Tuhan menunjukkan kerangka teologis yang menekankan sifat khas ilahi. Ini menyiratkan bahwa ketika mempertimbangkan peran teknologi digital dalam teologi, Pdt. Singgih kemungkinan akan menganjurkan perspektif yang seimbang yang mengakui potensi manfaat teknologi sambil mempertahankan perbedaan yang jelas antara yang diciptakan (teknologi) dan Sang Pencipta (Tuhan).

Penekanan beliau pada hati dan akal manusia lebih lanjut menunjukkan bahwa beliau menghargai aspek-aspek pengalaman dan interaksi manusia yang tak tergantikan yang seharusnya dilayani oleh teknologi, bukan menggantikannya.

5.2 Mengaitkan Teologi Kontekstual dengan Digitalisasi Teologi

Kerangka teologi kontekstual yang telah mapan dari Pdt. E.G. Singgih kemungkinan besar akan memengaruhi pemahamannya tentang “Teologi ‘Go Digital'”. Mengingat penekanannya pada pemahaman iman dalam konteks budaya yang spesifik, dapat diasumsikan bahwa beliau akan menganalisis konteks digital dengan cara yang serupa. Kemungkinan besar beliau akan melihat ranah digital sebagai “konteks” baru yang perlu dijangkau oleh teologi secara kritis dan relevan, seperti halnya beliau terlibat dengan budaya Indonesia. Beliau mungkin akan menganjurkan pengkontekstualisasian pesan dan praktik teologis untuk ranah digital.

Selain itu, kepedulian beliau terhadap keadilan sosial dan martabat manusia, yang sering kali tersirat dalam teologi kontekstual, kemungkinan akan meluas ke isu-isu yang muncul dari kesenjangan digital, etika daring, dan dampak teknologi terhadap komunitas yang terpinggirkan di Indonesia.

Meskipun tidak ada kutipan langsung yang secara eksplisit menghubungkan teologi kontekstual beliau dengan teologi digital, kita dapat menyimpulkan berdasarkan pendekatan beliau yang mapan dan pandangannya tentang teknologi secara umum.19

Karya-karya beliau yang tercantum dalam 8 dan 20 juga dapat memberikan konteks yang lebih luas tentang perhatian teologis beliau. Sangat mungkin bahwa Pdt. Singgih akan mendekati “Teologi ‘Go Digital'” melalui lensa teologi kontekstual, menekankan perlunya memahami dunia digital sebagai konteks baru dengan karakteristik, tantangan, dan peluang uniknya untuk refleksi dan praktik teologis di Indonesia.

5.3 Peluang dan Tantangan “Go Digital” bagi Gereja dan Praktik Keagamaan di Indonesia

Berdasarkan perspektif Pdt. E.G. Singgih, dapat diperkirakan bagaimana beliau mungkin memandang peluang yang dihadirkan oleh teknologi digital bagi gereja di Indonesia. Ini bisa mencakup jangkauan yang lebih luas, bentuk-bentuk baru dalam membangun komunitas, cara-cara inovatif dalam pendidikan teologis, dan peningkatan akses ke sumber daya keagamaan. Namun, beliau juga mungkin melihat tantangan-tantangan seperti potensi penyebaran informasi yang salah, erosi komunitas tatap muka, dilema etika terkait perilaku daring, dan risiko keterlibatan yang dangkal dengan iman. Peringatan beliau terhadap “pemberhalaan” AI dalam 19 mengisyaratkan potensi kekhawatiran tentang dampak spiritual teknologi.

Mengingat pendekatan kontekstualnya, Pdt. Singgih kemungkinan akan menganjurkan pemahaman yang bernuansa tentang peluang dan tantangan teknologi digital bagi gereja-gereja Indonesia, menekankan baik potensi keterlibatan positif maupun perlunya kesadaran kritis terhadap risiko yang melekat.

Beliau mungkin juga akan menawarkan rekomendasi spesifik tentang bagaimana gereja-gereja dan individu di Indonesia dapat menavigasi lanskap digital secara teologis dan etis,  dengan mengacu pada penekanannya pada kasih, belas kasih, dan kebenaran.19

6. Implikasi Teologis dari Era Digital di Indonesia

6.1 Reinterpretasi Konsep Teologis Tradisional dalam Konteks Digital

Era digital di Indonesia memicu reinterpretasi konsep-konsep teologis tradisional seperti komunitas, ibadah, otoritas, dan etika. Komunitas kini dapat terbentuk secara daring, ibadah dapat dilakukan secara virtual, dan otoritas keagamaan dapat diakses melalui berbagai platform digital. Tren global ini juga terlihat di Indonesia.1

Pdt. E.G. Singgih, dengan penekanannya pada kontekstualisasi, kemungkinan akan melihat reinterpretasi ini sebagai adaptasi yang perlu dianalisis secara kritis agar tetap setia pada inti iman Kristen sekaligus relevan dengan pengalaman digital umat Kristen Indonesia. Peningkatan ketersediaan sumber daya teologis daring juga membawa implikasi bagi pendidikan dan pembentukan teologis di Indonesia, berpotensi mendemokratisasi akses ke pengetahuan teologis.

6.2 Peran Media Sosial dan Platform Online dalam Kehidupan Beragama

Media sosial dan platform daring memainkan peran yang semakin signifikan dalam kehidupan beragama di Indonesia. Platform ini menjadi sarana penyebaran ajaran agama, pembentukan komunitas virtual, dan fasilitasi diskusi keagamaan.21

Peluang untuk menjangkau khalayak yang lebih luas, melakukan evangelisasi, dan mengadakan dialog antaragama juga terbuka lebar. Namun, tantangan seperti penyebaran misinformasi, potensi polarisasi dan konflik daring, serta dampak terhadap interaksi tatap muka dalam komunitas agama juga perlu dipertimbangkan.

Pdt. E.G.  Singgih, dengan karyanya tentang teologi kontekstual dan peringatannya terhadap pemberhalaan teknologi, kemungkinan akan memiliki pandangan yang bijaksana tentang bagaimana menavigasi lanskap yang kompleks ini.

6.3 Potensi Masalah Etis dan Teologis Akibat Digitalisasi Agama

Digitalisasi agama di Indonesia juga memunculkan potensi masalah etis dan teologis. Pertanyaan tentang identitas digital, hakikat ibadah daring, keabsahan sakramen virtual (jika relevan dalam konteks Kristen Indonesia), dan implikasi etis penggunaan AI dalam konteks agama menjadi semakin penting.17

Kerangka teologis Pdt. E.G. Singgih, dengan penekanannya pada “hati” manusia dan transendensi Tuhan 19, dapat menjadi dasar untuk mengatasi masalah-masalah ini di Indonesia. Refleksi teologis dan pedoman etika diperlukan untuk memastikan bahwa integrasi teknologi digital dalam kehidupan beragama di Indonesia tetap konsisten dengan nilai-nilai inti Kristen dan mempromosikan kesejahteraan manusia.

7. Kesimpulan

Dengan latar belakang pemikiran diatas, ijinkan penulis untuk mengambil kesimpulan bahwa Perspektif Prof. Pdt. Emanuel Gerrit Singgih tentang “Teologi ‘Go Digital'” kemungkinan besar akan didasarkan pada kerangka teologi kontekstualnya yang kuat. Beliau cenderung menganjurkan integrasi teknologi yang kritis dan bijaksana, yang berakar pada pemahamannya tentang Tuhan dan kemanusiaan. Karyanya menekankan perlunya memahami dan merespons konteks budaya yang spesifik, dan era digital merupakan konteks baru yang signifikan bagi umat beriman di Indonesia.

Teologi kontekstual, sebagaimana dipraktikkan oleh Pdt. E.G. Singgih, memberikan kerangka kerja yang penting untuk menanggapi perkembangan teknologi digital yang berkelanjutan dalam lanskap keagamaan Indonesia. Pemikirannya menyoroti pentingnya mempertahankan fokus pada nilai-nilai inti iman Kristen sambil secara kreatif dan relevan terlibat dengan realitas digital.

Masa depan teologi di era digital Indonesia akan membutuhkan keterlibatan teologis yang berkelanjutan, refleksi etis yang mendalam, dan komitmen untuk membuat iman tetap relevan dan bermakna dalam dunia yang semakin digital.

Warisan Pdt. E.G.  Singgih sebagai seorang teolog kontekstual menempatkannya sebagai suara yang penting dalam membentuk masa depan “Teologi ‘Go Digital'” di Indonesia, menganjurkan integrasi teknologi yang bijaksana dan berlandaskan teologis yang memprioritaskan hubungan antarmanusia dan transendensi Tuhan.

Tabel 1: Publikasi Utama Pdt. Emanuel Gerrit Singgih

Judul PublikasiTahun PublikasiPenerbitTema Utama/Relevansi
Membaca Tanda-Tanda Zaman: Sebuah Refleksi Teologis1996Tidak TersediaRefleksi teologis tentang perkembangan zaman
Berteologi dalam Konteks: Pemikiran-pemikiran mengenai Kontekstualisasi Teologi di Indonesia2000BPK Gunung MuliaKonsep dan praktik teologi kontekstual di Indonesia
Dua Konteks2009PT BPK Gunung Mulia JakartaInterpretasi Perjanjian Lama dalam konteks Reformasi di Indonesia
Mengantisipasi Masa Depan: Berteologi dalam Konteks di Awal Milenium III2004PT BPK Gunung MuliaTeologi kontekstual dalam menghadapi masa depan
Iman dan Politik dalam Era Reformasi di Indonesia2000PT BPK Gunung Mulia JakartaHubungan antara iman dan politik di era Reformasi Indonesia
Dari Eden Ke Babel: Sebuah Tafsir Kejadian 1-112011PT KanisiusTafsir Kitab Kejadian 1-11
Menguak Isolasi Menjalin Relasi2009PT BPK Gunung Mulia JakartaRefleksi teologis tentang relasi sosial
Pengantar Teologi Ekologi2021KanisiusPengantar studi tentang teologi ekologi
What Has Ahok to Do with Santa? Contemporary Christian and Muslim Public Theologies in Indonesia2019International Journal of Public TheologyTeologi publik Kristen dan Muslim di Indonesia

Tabel 2: Model Teologi Kontekstual dan Aplikasi Digital Potensial

Model Teologi KontekstualDeskripsi Singkat ModelAplikasi Potensial dalam Ranah Digital
Model TerjemahanMenekankan kesetiaan pada teks dan tradisi, berupaya menyampaikannya dalam konteks budaya lokal.Menerjemahkan konsep dan ajaran teologis ke dalam bahasa dan format digital yang mudah dipahami.
Model AntropologisBerusaha mengungkap pesan-pesan Injil melalui pemahaman mendalam tentang budaya setempat.Menganalisis dampak budaya digital terhadap praktik dan pemahaman agama.
Model PraksisMenekankan tindakan dan pengalaman konkret sebagai titik awal refleksi teologis.Menggunakan platform digital untuk aksi sosial dan refleksi teologis berdasarkan pengalaman daring.
Model SintesisMencari titik temu dan harmoni antara pesan Injil dan nilai-nilai budaya setempat.Mengintegrasikan elemen-elemen budaya digital yang positif dengan nilai-nilai Kristen.
Model TransendentalBerupaya untuk melampaui batasan budaya dan menemukan kebenaran universal Injil.Menggunakan teknologi untuk menghubungkan umat beriman pada tingkat spiritual yang lebih dalam, melampaui batas geografis.
Model TransformasiMemandang budaya sebagai sesuatu yang perlu diubahkan oleh Injil.Menggunakan platform digital untuk menyebarkan pesan Injil dan mendorong perubahan positif dalam budaya digital.
Model DialektisMenekankan interaksi dinamis antara teks dan konteks, di mana keduanya saling memengaruhi.Menganalisis bagaimana budaya digital memengaruhi interpretasi teologis dan sebaliknya.

Karya yang dikutip

  1. Digital theology – Wikipedia, diakses April 3, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Digital_theology
  2. Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Kajian Teologi Digital Terhadap Penggunaan Alkitab Elektronik Di Kalangan Naposobulung HKBP Lumban Nabolon, diakses April 3, 2025, https://repository.uksw.edu/handle/123456789/35466?mode=full
  3. Digital Theology An Overview – IJTSRD, diakses April 3, 2025, https://www.ijtsrd.com/papers/IJTSRD52243.pdf
  4. Rev. Prof. Dr(h.c.) Emanuel Gerrit Singgih, Ph.D. | Fakultas Teologi UKDW, diakses April 3, 2025, https://teologi.ukdw.ac.id/en/lecture/egs/
  5. Biblical Interpretation and Contextualization: An Interview with Prof. Gerrit Singgih – CRCS UGM, diakses April 3, 2025, https://crcs.ugm.ac.id/biblical-interpretation-and-contextualization-an-interview-with-prof-gerrit-singgih/
  6. Genesis 1-11 from an Indonesian Perspective: A New Commentary by Gerrit Singgih in, diakses April 3, 2025, https://brill.com/abstract/journals/exch/42/3/article-p215_1.xml
  7. Profile of Pdt. Prof. Emanuel Gerrit Singgih, Ph.D. – ICRS Yogyakarta, diakses April 3, 2025, https://www.icrs.or.id/person-profile/emanuel-gerrit-singgih
  8. ‪Emanuel Gerrit Singgih – ‪Google Scholar, diakses April 3, 2025, https://scholar.google.co.id/citations?user=zLIdYDoAAAAJ&hl=en
  9. Studi Teologi Kontekstual Terhadap Dasar Teologi Pola Induk dan Rencana Induk Pengembangan Pelayanan (PIP-RIPP) GPM Tahun 2005-2, diakses April 3, 2025, https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/12284/2/T1_712010003_Full%20text.pdf
  10. Teologi kontekstual – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses April 3, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Teologi_kontekstual
  11. BAB II LANDASAN TEORI A. Teologi kontekstual 1. Pengertian Teologi Kontekstual – repository IAKN Toraja, diakses April 3, 2025, http://digilib-iakntoraja.ac.id/911/4/ela_bab_2.pdf
  12. Kontekstualisasi Ibadah Sebagai Usaha Kontekstualisasi Teologi | Titian Emas, diakses April 3, 2025, https://ejournal.teologi-ukit.ac.id/index.php/titian-emas/article/view/17
  13. Digital theology: A proposal and the need for diverse voices – ResearchGate, diakses April 3, 2025, https://www.researchgate.net/profile/Stephen-Garner-2/publication/346900309_Digital_theology_A_proposal_and_the_need_for_diverse_voices/links/642b688820f25554da0883bc/Digital-theology-A-proposal-and-the-need-for-diverse-voices.pdf
  14. Phillips | DIGITAL THEOLOGY AND A POTENTIAL THEOLOGICAL APPROACH TO A METAPHYSICS OF INFORMATION | Zygon: Journal of Religion and Science, diakses April 3, 2025, https://www.zygonjournal.org/article/id/14937/
  15. PERSETIA – Perkumpulan Sekolah – sekolah Teologi di Indonesia, diakses April 3, 2025, https://persetia.or.id/
  16. Youth key persons’ digital discipleship process during the pandemic and post-pandemic era, diakses April 3, 2025, https://hts.org.za/index.php/hts/article/view/9673
  17. Digitalizing the Church? Different Contexts, Similar Theological Challenges in the Catholic and Orthodox Churches – Talk About: Law and Religion, diakses April 3, 2025, https://talkabout.iclrs.org/2020/08/06/digitalizing-the-church-different-contexts-similar-theological-challenges-in-the-catholic-and-orthodox-churches/
  18. Centre for Digital Theology – Durham University, diakses April 3, 2025, https://www.durham.ac.uk/research/institutes-and-centres/digital-theology/
  19. AI, Google Bukan Tuhan, Prof. Emanuel Gerrit Singgih: “Cegah Pemberhalaan…”, diakses April 3, 2025, https://arcusgpib.com/ai-google-bukan-tuhan-prof-emanuel-gerrit-singgih-cegah-pemberhalaan/
  20. SINTA – Science and Technology Index, diakses April 3, 2025, https://sinta.kemdikbud.go.id/authors/profile/5981525
  21. (PDF) The Church in a Digital Society: An Effort to Transform Church Ministry in Indonesia, diakses April 3, 2025, https://www.researchgate.net/publication/388281341_The_Church_in_a_Digital_Society_An_Effort_to_Transform_Church_Ministry_in_Indonesia
  22. TEOLOGI DI ERA DIGITAL (STUDI ATAS FENOMENA KEBERAGAMAAN MEDIA SOSIAL DI SMA 11 PANGKAJE’NE DAN KEPULAUAN) SKRIPSI Diajukan, diakses April 3, 2025, http://repositori.uin-alauddin.ac.id/27900/1/MUTMAINNAH_30100120078.pdf
  23. Perspektif Teologis Tentang Makna “Kehadiran” Dalam Kultur Digital, diakses April 3, 2025, https://ejournal.stftws.ac.id/index.php/spet/article/download/454/241

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!