Novel Orang-orang di Kota Bayangan

đź“– Resensi Novel
Orang-orang di Kota Bayangan
Karya: Dr. Dharma Leksana, S.Th., M.Si., M.Th.
Di sebuah kota imajiner yang seluruh hidup warganya diatur oleh Menara Algoritma, cahaya bukan lagi simbol kebebasan, melainkan alat kontrol. Setiap orang mendapat “jatah cahaya” sesuai aturan—tak lebih, tak kurang. Semuanya terlihat tertib, adil, bahkan indah. Namun di balik keteraturan itu, perlahan identitas manusia terkikis: wajah-wajah menjadi seragam, suara-suara tinggal gema, dan bayangan justru mulai hidup lebih jujur daripada tubuh pemiliknya.
Novel Orang-orang di Kota Bayangan menghadirkan alegori yang menggugah tentang zaman kita—tentang kuasa algoritma, kehilangan identitas, dan pencarian cahaya sejati. Lewat tokoh Pengembara, Penjaga Menara, Orang-orang Bayangan, dan Anak Kecil yang penuh simbol, pembaca diajak memasuki dunia distopia yang puitis, mistis, sekaligus filosofis.
Dengan gaya penulisan sederhana namun penuh metafora, novel ini bisa dibaca seperti dongeng modern yang sarat makna. Ia mengingatkan kita pada Animal Farm karya George Orwell atau The Little Prince karya Antoine de Saint-Exupéry, namun bernafaskan roh digital–algoritmik khas zaman sekarang.
đź’ˇ Mengapa layak dibaca?
• Puitis & simbolis → setiap bab dipenuhi metafora cahaya dan bayangan yang menyentuh lapisan batin pembaca.
• Relevan dengan era digital → alegori tentang algoritma, ketaatan buta, dan kehilangan identitas sangat dekat dengan kehidupan kita hari ini.
• Inspiratif & reflektif → mengundang pembaca merenungkan: apakah kita masih punya “cahaya sendiri” di tengah gempuran cahaya buatan zaman digital?
• Atmosfer distopia mistis → interludium-interludium berupa doa, nyanyian, hingga hukum cahaya menghadirkan nuansa ritual dan menambah kedalaman narasi.
Novel ini bukan sekadar cerita, melainkan cermin: setiap pembaca akan menemukan pantulan berbeda—tentang keberanian, kebenaran, ketakutan, maupun harapan.
✨ Orang-orang di Kota Bayangan adalah bacaan bagi siapa saja yang mencari sastra dengan lapisan filsafat, spiritualitas, dan kritik sosial yang mendalam.